Menyelamatkan Reno

1133 Words
Dua orang pria berhoodi menatap ke arah Reno sebelum masuk ke dalam. “A..ada apa kalian datang kemari?” tanya Reno dengan wajah tegang. Ia tahu jika kedua orang ini adalah utusan dari pimpinan mereka untuk memeriksa setiap vampir yang bertugas. “Perlihatkan tanganmu?” ucap salah satu dari pria itu. “Tangan? Kau mau apa dengan tanganku?” tanya Reno. Ia mulai merasa takut, kalau kedua pria ini akan mencelakainya, ia akan melarikan diri. “Kami hanya akan melihatnya saja, ada laporan bahwa kau tidak menjalankan tugasmu dengan semestinya. Jadi tentu saja kami harus memeriksanya. Bukan begitu?” jelas pria itu. “Siapa yang telah berbohong kepada kalian? Aku selalu menjalankan tugas dengan baik, kalian jangan percaya kepada laporan itu,” Reno berusaha mengelak. “Kami tentu saja tidak bisa langsung percaya begitu saja pada laporan apapun, maka dari itu kami harus memastikan sendiri kebenaran dari laporan itu, sekarang tunjukkan kedua tanganmu.” Reno tidak bisa membantah lagi, ia sepertinya sudah terjebak. Jika ia memperlihatkan tangannya, otomatis ia akan ketahuan. Salah satu dari kedua pria itu menggerakkan tangannya ke arah tangan Reno. “Ah, baiklah, baik. Aku akan menunjukkannya pada kalian,” ucap Reno. Ia pun dengan perlahan mengerakkan kedua tangannya ke arah kedua pria itu lalu secepat kilat tangan Reno mengeluarkan asap berwana abu-abu sambil menyeringai. Keduanya terkejut sambil menutup hidung. Reno pun mengambil kesempatan itu untuk kabur. Ia menghilang dari tempatnya dan pergi. *** Sementara itu Nayya dengan terburu-buru berlari menuju kamar Riftan, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ia langsung membuka kamar Riftan dan mendapati pria itu sedang tertidur dengan lelap. “Duh, kenapa ia mesti tidur dengan posisi menggoda begini sih? Aku kan jadi tidak tega membangunkannya. Mana situasinya genting begini lagi. Apa kau selalu tertidur dengan posisi seperti ini, pak Dosen? Rasanya aku ingin mencium wajahnya sampai puas, tapi aku harus minta bantuannya sekarang. Bagiamana ini?” gumannya bingung. Posisi Riftan yang terlihat sangat tampan dengan d**a bidangnya yang bidang, membuat Nayya ingin terus menatapnya. Tapi keselamatan Reno harus lebih diutamakan. Ia harus merelakan pemandangan indah ini dulu. “Riftan, ayo bangun. Aku butuh bantuanmu…!” Nayya mengguncang lembut tubuh Riftan untuk membangunkannya. Tapi vampir itu tidak bangun. “Kenapa tidak bangun? Pak Dosen bangunlah, ada hal gawat yang terjadi…!” Nayya kembali mengguncang tubuh Riftan dan kini sedikit lebih keras. Tapi masih tidak ada respon. “Hmm… kenapa vampir ini tidurnya seperti orang mati saja? aku tidak ada pilihan lain.” Nayya tersenyum misterius lalu menjepit hidung Riftan sehingga pria itu tidak bisa bernapas. Nayya tertawa geli melihat Riftan kesusahan bernafas. “Hi..hi.. dasar, ternyata kalau tidur, vampir bisa sampai tidak menyadari apa-apa,” guman Nayya. Tiba-tiba tangan Riftan bergerak dan meraih tubuh Nayya, membaliknya hingga gadis itu sudah berada di bawah tubuh kekar Riftan. Tapi anehnya mata Riftan masih terpejam. “Pak, bangun, kau menindihku, aku tidak bisa bernapas. Nayya ,meronta dan menggeliat di bawah tubuh Riftan. Namum saat merasakan sesuatu yang keras menekan perutnya, Nayya jadi terdiam. “Pak dosen tolong sadarlah, aku butuh bantuanmu sekarang juga, aku mohon…” ucap Nayya sambil mengelus wajah Riftan. Tiba-tiba mata Riftan terbuka, ia terkejut karena Nayya tiba-tiba ada di bawah tubuhnya. “Kau? Kenapa ada di sini?” tanya Riftan sambil menggulingkan tubuhnya ke samping. “Ah, syukurlah, kau sudah bangun. Aku ke sini karena butuh bantuanmu.” “Bantuan apa? “Reno sedang dalam bahaya..” ucap Nayya. Tapi melihat wajah Riftan yang mulai tidak bersahabat, Nayya menjadi tidak yakin. “Kau masih memikirkan orang itu?” “Tidak, bukan begitu. jadi begini…” Nayya pun menceritakan semua yang ia dengar dari Reno. *** Reno menggunakan kekuatannya untuk lari secepat mungkin menghindari kejaran ke dua pria itu. kalau dirinya tertangkap, tamatlah riwayatnya. Namun, tidak di sangka. Kecepatan kedua pria itu tidak terduga. Mereka sudah berada tidak jauh dari Reno. “Braakkk…!” sekali terjangan, tubuh Reno melayang ke udara dan terhempas jatuh ke tanah. Reno meringis kesakitan sambil memegang dadanya yang terasa sesak dan sakit. Kedua pria itu menatapnya tajam, salah satunya menyeringai ke arahnya. “Seharusnya kau tidak perlu keras kepala begini, Reno. kami hanya ingin melihat tanda di tanganmu. Kenapa kau malah melarikan diri? Apa memang laporan itu benar? Hmm…?!” pria itu menghampirinya. Dengan kasar ia menarik tangan Reno dan melihatnya dengan seksama. “Wah, pantas saja kau kabur, rupanya kau memang tidak menjalankan tugasmu dengan baik,” ucap pria itu lalu menoleh ke arah pria yang satu lagi. Keduanya saling memberikan isyarat. Pria itu menatap Reno . “Sudah saatnya kau dipulangkan dan mendapatkan sedikit peringatan dari ketua. Kami tidak ingin bertanya apa motifmu sehingga kau lalai dalam tugasmu tapi aturan tetap aturan. Kau akan di bawa sekarang,” ucap pria itu. “Oh, tunggu dulu, tunggu aku mohon. Dengarkan aku. Setidaknya kalian harus tahu alasan aku tidak membunuh. Kau mau kan mendengarkan?” ucap Reno. Ia harus mengulur waktu sampai paling tidak bantuan dari Nayya datang, meskipun ia tidak yakin kalau Nayya bisa tepat waktu membantunya. “Jadi kau mau kami mendengarkan omong kosongmu? Atau kau sedang merencanakan sesuatu?” “Tidak sama sekali, setidaknya dengarkan alasanku baru setelah itu kalian bisa membawaku,” ucap Reno. “Hmm… baiklah. Kau harus cepat karena kami tidak punya banyak waktu,” ucap pria itu. “Iya, aku mengerti. Kau tahu aku tidak membunuh orang-orang itu karena aku sangat pemilih. Aku tidak bisa meminum sembarang darah, aku hanya menginginkan darah tertentu dan sepajang penciumanku, darah orang-orang di sini tidak sesuai dengan seleraku,” Reno mengarang cerita. “Oh begitu rupanya, gampang. Kalau begitu aku juga harus membuktikan semua ucapanmu. Jika matamu tidak berubah setelah mencium darah orang ini, maka berarti ucapanmu benar, tapi jika warna matamu berubah, berarti kau lagi-lagi berusaha untuk mengibuli kami.” Reno terkejut, apakah mereka berniat membunuh manusia tidak bersalah itu di hadapannya dan membiarkan dia melihat semuanya? matanya memang akan berubah merah karena darah yang tercium, itu refleks alami seorang vampir, tapi bukan berarti ia ingin meminum darah itu. Reno menjadi tegang, ia tidak bisa melihat manusia mati di hadapannya. Apa yang harus ia lakukan. Kedua pria itu mulai mengeluarkan seorang pria dari gudang. Pria itu terikat dengan mulut yang disumpal sehingga ia tidak bisa berteriak atau bergerak. Dengan seringai yang lebar, pria itu langsung menggigit leher korban malang itu. Korban itu hanya bisa meronta-ronta dan mengeram kesakitan. Mata Reno mulai memerah melihat tindakan sadis di hadapannya. Tapi seakan ada angin yang berhembus di sekitarnya. Saat Reno menoleh dia melihat sosok tinggi berjubah menghampiri mereka. “Rupanya kalianlah yang selama ini membuat onar dan meresahkan masyarakat.” Suara pria itu berat dan lantang. Kedua pria yang tengah meminum darah korban yang sudah lemas itu terkejut. Mereka melepas gigitannya dan menatap ke arah pria berjubah itu. “Siapa kau?!” ucap salah satu dari mereka. “Aku adalah kiamatmu…”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD