Kepanikan Reno

1057 Words
Reno bersembunyi di balik semak belukar, menatap dengan tajam pria berambut keriting yang sedang mengisap darah dengan bengisnya. Ia dengan tanpa rasa belas kasihan tega membiarkan orang-orang itu mati kehabisan darah dan terburuknya adalah setelah menghisap habis darah manusia itu, pria itu akan mengeluarkan cairan hijau gelap dari ujung taringnya dan kembali menggigit mangsanya itu,embiarkan cairan itu masuk ke dalam jasadnya hingga para mangsa itu berubah menjadi vampir. Reno sudah muak dengan apa yang ia lihat, ia tidak ingin ada kaorban lagi setelah ini. Selama beberapa hari ini, ia tidak pernah sekalipun membunuh manusia, jika rekannya itu bertanya, ia akan menjawab jika korbannya sudah mati dan berubah menjadi vampir. Padahal ia tidak pernah sekalipun membunuh manusia. Jika kehausan, ia hanya meminum darah hewan karena darah Sonia yang bawa sudah habis. “Reno!” Reno menghentikan langkahnya saat ia berjalan ke arah kamarnya. “Ada apa?” tanyanya. “Aku tidak pernah melihatmu membunuh manusia, apa kau sengaja tidak membunuh?” tanya pria itu dengan tatapan menyelidik. “Apa maksudmu ? aku baru saja menghisap darah orang. Sebaiknya kau urus saja urusanmu, jangan mencampuri urusanku,” ucap Reno ketus, ia kesal karena sepertinya rekannya itu sudah mulai curiga kepadanya. “Oh ya? bebarti kau tidak begitu suka berburu manusia, ya. Aku sama sekali belum pernah melihatmu melakukannya.” “Ya, begutulah. Aku kan sudah bilang kalau aku tidak bisa sembarangan meminum darah manusia. Tapi, kau tidak perlu khawatir, jika aku membutuhkan darah, aku pasti akan mencari mangsa.” ucap Reno lalu melanjutkan langkahnya. “Aku masih punya satu orang lagi yang belum mati, aku sudah sangat kenyang, jadi aku mau kau meminum darahnya.” Pria itu menyentuh pundak Reno sehingga langkahnya tertahan. Reno menoleh ke arahnya dengan wajah tegang. Gawat, jangan sampia ia ketahuan. “Oh, benarkah? Kalau begitu biar nanti saja aku tangani. Aku juga baru selesai meminum darah jadi sepertinya malam ini aku mau langsung istirahat saja.” Reno berusaha beralasan. Pria itu menyeringai, ia menghampiri Reno yang berdiri mematung lalu diendusnya tubuh Reno “Aku tahu, selama ini kau tidak pernah meminum darah manusia, aku sama sekali tidak merasakan bau manusia di tubuhmu. Hanya bau hewan yang menyelimuti tubuhmu. Kenapa? Apa kau sedang merencanakan sesuatu? Atau kau beniat berkhianat?” ucap pria itu. Reno menatapnya tajam, pria ini ternyata tidak bisa dibohongi. Tapi, jika kalau ia mengaku sekarang, itu sama saja dengan bunuh diri. “Kau jangan asal bicara, aku sudah mengatakan dengan jujur dan itulah yang terjadi. Aku peringatkan kau, jangan pernah mencoba turut campur dengan urusanku, kau mengerti?” ucap Reno menahan emosi. Mulai sekarang ia harus waspada dan melakukan sesuatu sebelum pria ini benar-benar membongkar semuanya di hadapan atasannya. “Aku tidak tidak asal bicara, jika apa yang aku katakan itu tidak benar, kau pasti tidak akan keberatan menerima manusia itu dan menghisap darahnya. Vampir tidak akan pernah menolak darah manusai jenis apapun, karena dari semua jenis darah di dunia itu, darah manusialah yang paling nikmat. Jadi, apakah kau mau membuktikannya padaku?” pria itu masih menantang Reno. Reno hanya terdiam, tangannya mengepal penuh emosi. Pria yang ada di hadapannya ini benar-benar menguji kesabarannya. “Aku tidak butuh pemberianmu, aku akan mencari manusia sendiri jika aku butuh, kau mengerti. Jadi jangan pernah mencoba mengusikku,” ucap Reno sebelum akhirnya melangkah pergi. Di dalam kamarnya, Reno tampak gelisah. Pria yang bersamannya mengemban tugas mulai mencurigainya. Jika sampai orang itu melaporkan dirinya, maka ia akan di bakar dan dimusnakan. Ia harus segera menghubungi Silvia. Reno kemudian menghubungi Silvia. tapi Sivia tidak mengangkat teleponnya. Berulangkali Reno mencoba tapi Sonia tidak menjawab panggilannya. Lalu, ia pun mencoba menghungi nomor kontak Nayya dan terhubung. Awalnya, panggilannya juga seperti diabaikan, tapi setelah mencoba beberapa kali akhirnya suara Nayya yang lembut menggetarkan jiwanya terdengar. “Halo…” Reno seakan terhanyut untuk sesaat mendengar suara itu. tapi setelah Nayya mengulang sapaannya, Reno pun tersadar. “Halo, Nayya, ini aku Reno…” ucapnya sedikit terbata karena gugup. “Oh, ya. Ada apa kau tiba-tiba menelponku?” terdengar suara dingin Nayya dari seberang sana. “Eh, Nayya sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan padamu dan ini sangat penting. Jadi dengarkan aku ba…” “Maaf Reno, tapi sepertinya sudah tidak ada yang perlu kita bahas lagi sekarang. Bukankah kau dengan Silvia sudah bersama? Aku turut senang karena Sonia bahagia, tapi aku minta kau jangan sekali-kali mengecewakannya,” ucap Nayya. “Nayya tunggu, aku mohon jangan tutup teleponnya dulu. Ini benar-benar sangat penting. Tolong dengarkan aku.” Reno panik karena Nayya terdengar tidak perduli. “Apa lagi, Reno?!” “Nayya, sekarang aku berada di kota Devdas dan aku di sini karena misi dari atasanku. Kau mungkin sudah tahu bagaimana aku bisa berubah menjadi vampir seperti ini dan menjadikan Silvia sumber makananku, aku terpaksa melakukannya. Dengarkan aku, pemimpinku sekarang sedang mengumpulkan sebanyak-banyaknya pasukan di berbagai kota untuk melawan musuhnya. Aku juga tidak begitu tahu siapa musuhnya itu, tapi sekarang aku menjalankan misi itu. Aku diperintahkan membunuh orang-orang dengan menghisap darah mereka dan mengubah mereka menjadi vampir sepertiku. Aku tidak ingin melakukannya tapi sepertinya orang yang mengawasiku disini sudah mulai curiga karena aku tidak pernah membunuh manusia di sini. Jadi aku mohon bantuanmu, aku tahu kau berhubungan dengan pak Riftan, dia seorang vampir yang cukup di takuti di semua wilayah . Beritahu dia tentang rencana jahat pimpinanku dan tolong selamatkan aku. Aku akan memberimu informasi tentang persembunyian pemimpinku nanti.” “…” “Nayya, apa kau masih di sana?” “A..apa yang aku katakan itu benar?” ucap Nayya setelah lama terdiam. “Iya, ini semua benar. Kau bisa meminta anak buah pak Riftan untuk memeriksanya. Aku..aku juga sangat membutuhkan bentuannya di sini. Tolong aku sebelum orang-orang itu membunuhku,” ucap Reno dengan penuh kecemasan. “Ah, ba..baiklah, kau di mana sekarang? jangan tutup teleponnya dulu, aku akan memberitahu Riftan segera,” ucap Nayya. “Reno…Reno, kau masih di sana kan?” tapi tidak ada jawaban lagi dari seberang sana. Nayya semakin panik, jika benar apa yang dikatakan Reno, ini bisa jadi petunjuk penting untuk mempermudah Riftan menangkap musuhnya. Sementara itu Reno dengan cepat mematikan teleponnya saat mendengar suara gresk di luar kamar. Ia menghapus riwayat panggilan dan buru-buru tidur. Tapi baru saja ia memejamkan mata, terdengar suara ketukan pintu. Reno tersentak, ia perlahan bangkit dan berjalan ke arah pintu. Saat pintu terbuka, ia terkejut melihat 2 orang pria berdiri menatapnya tajam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD