Puaskan Aku

1105 Words
“Aku adalah kiamatmu.” Pria berjubah itu mengarahkan tangannya tepat ke arah dua pria itu. seketika cahaya biru keluar dari tangan pria berjubah itu membuat keduanya membeku tak bergerak. Tubuh ke dua pria itu terangkat ke udara dan mengecil lalu masuk ke dalam sebuah kotak yang di siapkan oleh pria berjubah itu. Reno hanya tertegun menatap kehebatan pria berjubah itu yang tidak lain adalah Riftan. Setelah membuka jubahnya, Reno jadi bisa mengenaI Riftan dengan jelas. Riftan kemudian melangkah menghampiri Reno. Pria itu menelan ludahnya tegang. “Kau sekarang ikut aku,” ucap Riftan menatapnya dengan tajam. “I..iya baik. Tapi, ma…masih ada satu orang lagi yang harus kau tangkap,” ucap Reno. “Dia sudah mati..” ucap Riftan. *** Nayya terlihat gelisah menunggu di dalam kamarnya. Apakah Riftan bisa tepat waktu menyelamatkan Reno. Ia cukup ragu lantaran saat menceritakan semuanya, Riftan hanya menghela nafas dalam dan menatapnya dengan selidik. “Kau harus memberikanku imbalan saat aku kembali nanti,” ucap Riftan saat itu. “Hah?! di saat seperti ini pun kau mengambil kesempatan?” “Terserah kau saja, kalau tidak mau, memangnya aku peduli dengan keselamatan pria yang kau sebut temanmu itu? aku sama sekali tidak peduli,” ucapnya Riftan seenaknya. “Kau benar-benar jahat..!” gerutu Nayya. “Baiklah kalau kau tidak mau, aku juga akan melanjutkan tidurku. Sekarang pergilah, dan jangan ganggu tidurku lagi,” ucap Riftan lalu kembali membungkus tubuhnya dengan selimut. “Oke, baik! Aku akan memberimu imbalan. Katakan apa maumu!” Nayya terpaksa mengiyakan permintaan Riftan. Dasar vampir jahat! Gerutunya. Riftan menyeringai melihat Nayya menyerah, ia membelai wajah lembut Nayya yang memerah. “Ayo, Pak cepat katakan apa maumu. Reno dalam bahaya sekarang…!” ucap Nayya mengingatkan. Itu membuat Reno menatapnya dengan tajam. “Kau masih mengkhawatirkan pria itu? kau mau membuatku cemburu? Kalau begitu lupakan penyelamatannya, aku akan biarkan dia mati agar kau tidak pernah mengkhawatirkannya lagi!” “Tidak, aku mohon, jangan bersikap seperti ini ,Pak. Baiklah, baik. Terserah padamu saja kapan kau mau menolongnya. Aku hanya khawatir dengan Sonia saja, karena Sonia sangat mencintainya. Kalau Reno celaka, pasti Sonia akan patah hati,” ucap Nayya. Tapi Riftan tidak merespon, pria itu tetap tidak bergerak. Nayya semakin panik, bagiamana kalau Reno benar-benar celaka karena vampir ini lambat. Huh, apa boleh buat. “Baiklah pak Dosen, aku berjanji akan mengabulkan semua permintaanmu jika kau berhasil menyelamatkan Reno,” ucap Nayya dengan terpaksa. Riftan bangkit dari rebahnya dan langsung bergegas. Memakai jubahnya dan bersiap. “Aku akan menagih janjimu setelah aku kembali nanti, dan jika kau mencoba mengelak, aku sendiri yang akan membunuh pria itu.” Ucapan Riftan saat itu masih terngiang, semoga ia berhasil menyelamatkan Reno. Meskipun Nayya kecewa dengan perubahan Reno tapi melihatnya dekat dan membuat Sonia ceria, ia pun tidak punya pilihan lain selain memberinya kesempatan untuk mempercayainya kembali. “Semoga semuanya baik-baik saja…” gumannya sambil menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Tiba-tiba pintu di ketuk. Nayya tersentak dan langsung beranjak dari rebahnya. Dengan cepat ia membuka pintu dan melihat Riftan sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan datar. “Pak Dosen? Apa kau berhasil menyelematkan Reno? bagiamana keadaannya?” tanya Nayya bertubi-tubi. Wajah Riftan kesal melihat kekhawatiran Nayya terhadap Reno. “Apakah sepenting itu Reno untukmu, sampai-sampai kau hanya menanyakan keadaanya. Sedangkan aku sama sekali tidak kau perhatikan padahal aku sudah bekerja keras demi menyelamatkan pria yang menyebalkan itu,” Riftan terlihat murung. “Ah, bu…bukan itu maksudku, Pak Dosen. Aku juga tentunya mengkhawatirkanmu. Tapi aku sama sekali tidak cemas terhadapmu karena kau adalah vampir terhebat di dunia ini, jadi pastinya kau tidak akan terluka.” Nayya memeluk Riftan, ia sangat bahagia karena ternyata kekasihnya ini berhasil menyelamatkan Reno dari bahaya. Ia menatap Riftan dengan lembut dan tersenyum. “Terima kasih, kau memang pak Dosenku yang baik hati,” ucapnya. “Jangan berterima kasih dulu, nona. Kau akan memberikanku imbalan, kau ingat?” Riftan menyeringai. Wajah Nayya memerah mendengar ucapan Riftan, ia hampir lupa dengan imbalan yang pernah ia janjikan. “Ah, apa yang mesti aku lakukan sebagai imbalanmu?” ucapnya lirih. “Kau puaskan aku malam ini,” ucapnya sambil tersenyum nakal. “Hah? apa maksudmu?” Nayya mulai panik. Apa yang akan Riftan lakukan terhadapnya? Apa ia kabur saja? “Hei, jangan pernah berpikir untuk kabur. Mendekatlah…” Riftan membuka jubahnya lalu berbaring di atas kasur, menggerakkan telunjuknya ke arah Nayya sambil mengulum senyumnya. Wajah Nayya pun memerah dibuatnya. Saat Riftan melakukan itu, pria itu benar-benar tampak sangat menggoda. “Huh… kenapa dia bisa begitu tampan?” ucap Nayya dalam hati. Jantung Nayya mulai berdebar, perlahan ia naik ke atas ranjang dan menghampiri Riftan yang sudah membentangkan tangannya menyambut Nayya. “A..apa yang kau akan lakukan, pak Dosen?” taya Nayya gugup. Begitu Nayya mendekat, Riftan langsung memeluknya dengan erat. “Ah, nikmatnya jika bisa memelukmu terus seperti ini, Nayya,” ucap Riftan sambil mulai mengendus leher Nayya. Detik kemudian Riftan pun menyuntikkan taringnya ke leher Nayya dan menghisap darahnya. Tapi tidak seperti biasa, kali ini Riftan hanya menggigitnya sebentar saja. “Darahmu adalah segalanya,” guman Riftan sambil menjilat kulit bekas gigitannya. “Su..sudahkan? apa saya boleh pergi sekarang?” ucap Nayya. “Apa? siapa bilang ini imbalan? ini baru pemanasan,” ucap Riftan. “Apa? pak Dosen tidak boleh melakukannya kepadaku, aku tidak ingin kau mencemarkan darahku,” tolak Nayya sambil berusaha lepas dari cekalan Riftan. “Siapa bilang aku akan melakukannya terhadapmu? Kau, yang akan melakukannya kepadaku. Bukankah aku tadi bilang kalau kau harus memuaskanku?” Mata Nayya melotot, apa yang dikatakan vampire ini? pikiran aneh apa yang sedang merasuki kepalanya. Memuaskan bagaimana maksudnya? “Apa maksudmu, pak Dosen?” tanyanya bingung. “Kemarilah, akan aku ajarkan,” ucap Riftan. Nayya menghampiri Riftan, dengan gerakan kecil tubuh Nayya sudah ada dalam dekapannya. Jantung Nayya semakin berdebar, ia melihat mata Riftan berubah menjadi merah. Ia tahu Riftan sedang b*******h sekarang, karena ia pun merasakan hal yang sama. Tapi, tidak ada yang boleh melewati batasan. “Buka pakaianku,” perintah Riftan. Mendengar itu Nayya menelan ludahnya. “Di..dibuka?” “Iya, bukalah..” Perlahan, tangan Nayya bergerak membuka kancing baju Riftan satu persatu. Gemuruh di dadanya semakin terasa. Sebelumnya ia selalu bermimpi menyentuh tubuh indah ini. Tapi pada saat ia bisa dengan bebas menyentuhnya, ia justru tidak boleh melakukannya. Dada Riftan yang bidang dengan otot perut sempurna seketika terpajang di depan matanya. Ini indah sekali, ingin rasanya Nayya mendaratkan bibirnya di sana dan merasakan setiap inci tubuh pria itu tapi, ia tidak bisa melakukannya. “Sentuhlah sepuasmu, Nayya. Lakukan apa yang ingin kau lakukan pada tubuhku. Jika kau yang melakukannya, darahmu tidak akan terpengaruh. Jadi lakukanlah dan puaskan aku malam ini.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD