Kesepakatan

1165 Words
“Apa yang kau lakukan?” Nayya terkejut saat bibir Riftan menyentuh kulit lehernya. Ia bisa merasakan hembusan nafas Riftan yang dingin menyapu kulitnya. Nayya menahan nafas dan memejamkan matanya. Entah perasaan apa yang sedang mengalir dalam jiwanya, tapi yang terasa pada saat ini adalah rasa nyaman. “Nayya, aku ingin merasakan darah manismu lagi,” ucap Riftan dengan suara bergetar lirih, membuat buku kudu Nayya meremang. Ia tidak bisa bergerak, bahkan membuka mata pun ia tidak berani. Ada sesuatu yang terasa aneh yang menggelitik perutnya. Rasa ingin di sentuh lebih dalam lagi oleh pria yang ada di hadapannya ini. nayya merasa terbawa perasaan aneh itu, ia sangat ingin Riftan menyentuhnya. Nayya membuka mata dan melihat wajah Riftan sangat dekat dengannya, mata hitam Riftan berubah menjadi merah. Taringnya pun sudah keluar dan siap untuk menusukkan ke dalam kulit lehernya. Tapi Nayya tiba-tiba tersentak, ia dengan refleks mendorong tubuh Riftan dengan kuat. Ia hampir saja terbawa suasana dan menyerahkan darahnya lagi kepada pria ini. “Kau… kau benar-benar seorang Vampir!” ucapnya mulai ketakutan. ia melangkah mundur perlahan menuku kearah pintu. ia dengan cepat membuka pintu itu tapi sayangnya pintu itu sama sekali tidak bisa terbuka. Nayya menggeleng, air matanya mulai berjatuhan. Ia benar-benar syok melihat wujud pria mengerikan yang ada di hadapannya ini. “Jangan dekati aku, tidak,,,pergi kau dari sini!” teriak Nayya sambil terus menjauhi Riftan. Riftan menghela nafas dalam, ia terlihat menenangkan dirinya beberapa lama . matanya terpejam dan berusaha mengatur deru nafasnya yang memburu. Perlahan tubuhnya berubah seperti semual. Taring dan warna matanya kembali ke wujud normal. “Aku tidak bisa mengambil paksa darahmu,” ucapnya sambil mendekat ke arah Nayya. Nayya semakin tersudut. “Kau tahu, bagaimana tersiksanya aku menahan diri setiap kali kau ada di sekitarku? aku bahkan bisa berubah wujud seperti monster ketika aku tidak berhasil menahan diri dan sudah pasti kau akan celaka. Maka dari itu, aku minta padamu, jangan membuat aku terpancing. Kau gadis yang baik, entah kenapa Adelia memilih tubuhmu sebagai tempatnya bersembunyi sekarang. Tapi kau benar-benar sangat berharga untukku Nayya,” ucap Riftan, ia meraih beberapa helai rambut Nayya dan menciumnya. d**a Nayya berdegup kencang tatkala ia melihat sorot mata Riftan tertuju padanya. “Ap..apa yang kau bicarakan itu, aku sama sekali tidak mengerti? Jadi benar kau adalah seorang vampir? aku bahakan sampai saat ini masih tidak percaya kalau makhluk itu benar ada, bahkan setelah kau menghisap darahku, aku masih tidak bisa menerima hal itu sebagai kenyataan,” ucap Nayya. “Iya, aku adalah vampir. Seperti dalam legenda yang di yakini, aku tidak bisa bertahan hidup tanpa mengisap darah. Makananku adalah darah.” Ucap Riftan sambil menatap Nayya dengan tatapan dalam. “Jadi itulah kenapa kau mengincar dan mengganggu orang-orang terdekatku?” “Itu juga ada kaitannya , tapi kau pengecualian. Darahmu bukan hanya bisa memenuhi nutrisi dasarku, tapi juga bisa membangkitkan kekuatan dalam tubuhku. Tanpa darahmu, aku tidak berdaya. Maka dari itu aku sangat membutuhkanmu.” Ungkap Riftan. Nayya terdiam, ia kembali menelan ludah keringnya. Ia sama sekali tidak ingin percaya, tapi apa yang ia dengar dan saksikan sendiri itu membuktikan bahwa ini benar-benar nyata adanya. Vampir ternyata ada di dunia ini? wah, ini benar-benar akan menghebohkan dunia. “Oh begitu rupanya. Berarti, kau tidak bisa berbuat apa pun tanpa darahku, ya? hmm…” Melihat Nayya yang terlihat tidak gentar sama sekali, Riftan jadi bingung, ia punya firasat tidak baik dengan reaksi gadis ini. Apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya? “I..iya, itu benar. Maka dari itu kau harus memberkan darahmu setiap kali aku memintanya,” ucapnya mencoba kembali menekan. “Buaha..ha..ha…!” “Apa…kenapa kau malah tertawa, kau tidak takut?!” Riftan terkejut dan hera. “Kenapa aku harus takut padamu, ha..ha.. setelah mendengar kau mengungkapkan tentang kelemahanmu itu, mana mungkin aku takut. Kau tidak bisa berbuat apa-apa tanpa darahku. Itu berarti kalau aku menolak memberikanmu darah yang berharga ini padamu, kau tidak akan bisa lagi menggangguku dan orang-orang terdekatku. Jadi buat apa aku memberimu darah? Kau sudah membuat Sonia kebingungan dengan hipnotismu, kau juga telah mengganggu Reno dan telah membuat kekacauan dalam pikiranku dalam bis tadi. Kalau aku tidak memberikan darahku, kau tidak akan bisa melakukan itu semua,” ucap Nayya panjang lebat. Riftan hanya bisa tertegun mendengar ungkapan yang cukup berani dari Nayya. Riftan tidak menyangka akan mendapatkan respon seperti dari gadis muda ini. “Kau benar-benar tidak takut padaku? kau tidak takut jika orang-orang terdekatmu celaka jika kau menolak memberikan darahmu? Aku akan menghipnotis sahabatmu sampai ia lupa akan dirinya untuk selamanya. Aku akan menghisap darah teman laki-lakimu hingga mati jika kau berani-berani dekat dengannya, kau mengerti?” ancam Riftan. “Kau mau menyakiti sahabatku dan ingin membunuh Reno? Memangnya kau siapa, hah? kau jangan coba-coba menyentuh kedua orang yang berharga dalam hidupku itu, atau aku akan benar-benar menghilang dari dunia ini dan kau tidak akan mendapatkan apa-apa. Aku akan melindungi kedua orang itu, bahkan jika nyawaku taruhannya. Jadi jangan coba-coba melakukan apa pun terhadap mereka.” Tidak di sangka balasan Nayya seketika membuat Abizar gentar. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis ini tapi ucapannya membuatnya tidak berkutik. “Kau bisa mengambil darahku, tapi jangan sakiti mereka,” ucap Nayya lagi. “Apa?” Riftan kembali terkejut. “Apa kau tidak dengar? kau bisa mengambil darahku asalkan kau jangan menyentuh kedua orang yang aku sayangi itu.” ucap Nayya dengan suara lirih. “Sekarang apakah kau akan berjanji?” Nayya menatap Riftan dengan penuh harap, mata beningnya menatap langsung kearah mata Riftan yang juga menatapnya. “Apa kau rela memberikan darahmu sebanyak yang aku butuhkan?” Nayya mengangguk. “Baiklah, aku berjanji tidak akan mengganggu mereka,” ucap Riftan dengan penuh kepastian. Nayya tersenyum. “Terima kasih, Pak. ini…” Nayya memajukan tubuhnya dan mendekatkan lehernya ke arah wajah Riftan. Mendapat perlakuan tiba-tiba seperti itu, wajah Riftan memerah. Jantungnya berdegup kencang, entah kenapa pikirannya jadi mengarah kemana-mana. Sialnya pikirannya mengarah ke hal yang sangat terlarang dan mustahil terjadi. Dengan refleks ia menghindar. Nayya menjadi heran melihat Riftan menjauhinya. “Loh, kenapa, Pak? bukannya tadi kau mau menghisap darahku? Kenapa justru sekarang kau menolak?” tanya Nayya polos. “Ah, untuk sekarang, aku tidak butuh darahmu. Aku akan panggil lagi nanti kalau aku membutuhkannya,” ucap Riftan gugup. “Jadi, darahku di tolak, nih? Ya sudah. Apa aku boleh pergi sekarang?” tanya Nayya. “I..iya kau cepat pergi saja sana,” ucap Riftan. Pintu pun terbuka tiba-tiba. “Woah…! Kau memang vampire yang hebat. Bisa membuka dan menutup pintu tanpa di sentuh,” celoteh Nayya sambil memperhatikan pintu itu dengan seksama. “Dasar bodoh, itu karena pintunya otomatis terbuka dengan remot. Cepat pergi sana!” Seloroh Abizar kesal. “Oh…” Nayya mengangguk-angguk paham. Riftan kembali menutup pintu dengan rapat. Ia langsung terperosok ke lantai sambil menutup wajahnya. Ia kembali teringat saat Nayya membuka sedikit kerah bajunya dan mendekatkan leher putih mulusnya ke arah Riftan. “Sial, kenapa aku bisa berdebar begini…!” rutuknya tidak senang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD