Pemberian

1097 Words
Wajah Kudra tampak lebam dengan bibir yang berdarah dan membengkak. Ia tampak sangat tersiksa. Tubuhnya terkulai lemas sedangkan tangannya menggantung dengan rantai yang terikat. Seorang pria bertubuh besar membuka pintu, dengan langkah yang berat ia menyeret cambuknya dan berdiri tepat di hadapan Kudra yang tertunduk lemas. “Kau telah melakukan kesalahan besar dengan membiarkan putri pasangan jiwa tuan Riftan celaka. Untuk itu terima hukumanku yaitu dicambuk sampai purnama berikutnya. Setiap kali tubuhmu pulih kau akan menerima cambukan lagi hingga tubuhmu kembali hancur, kau mengerti?!” “Ctaaaaakk…!!!” sebuah cambukan mendarat di tubuh Kudra. Pria malang itu hanya bisa menahan rasa sakit dengan meringis. Ia pasrah menerima hukuman itu, karena sakit yang ia rasakan ini belum seberapa dibandingkan rasa sakit yang putri Adora rasakan akibat terkena efek cahaya biru dan itu semua karena dirinya. “Aku akan menerima semua hukuman ini demi dirimu putri,” gumannya dengan suara lemas. Sementara itu, tampak dua orang sedang berciuman satu sama lain. saling berbagi kehangatan dengan penuh perasaan. Meskipun kenyataan yang terjadi adalah mereka di dera rasa gugup dan tegang. “Putri…” panggil Asoka dengan suara lirih. “Ya tuan Asoka,” jawab putri Adora dengan wajah yang memerah. “Tu…tunggu sebentar….”Asoka tergagap saat putri Adora terlihat ingin kembali menindih tubuhnya. “Ada apa tuan Asoka?” tanya putri Adora dengan tatapan polos. “A..apa yang harus aku lakukan padamu selanjutnya?” tanya Asoka. Ia merasa sangat bodoh dan tidak berguna di hadapan putri Adora saat ini. Ia tidak tahu perlakuan apa yang seorang pasangan lakukan terhadap pasangannya jika mereka berhubungan intim. Apa ia harus mengikuti kemauannya saja? Tapi apakah boleh? “Apa? kau sungguh tidak tahu apa yang harus kau lakukan?” tanya putri Adora tidak percaya. Pria dewasa dengan fisik yang perkasa dan tampan, tidak tahu apa yang harus dilakukan di saat seperti ini?Asoka hanya mengangguk dengan wajah yang memerah menahan malu. “Bagiamana kalau kau mengikuti nalurimu saja, tuan Asoka?” ucap putri Adora. “Mengikuti naluriku? Ta..tapi aku rasa aku tida bisa melakukan itu, putri Adora. Kau tidak tahu betapa buasnya naluriku. Aku takut kau akan kesakitan,” ucap Asoka dengan polosnya. “Pfftt… ha..ha..ha…!” putri Adora tertawa mendengar ucapan Asoka yang sangat jujur itu. Benar-benar menggemaskan,” pikirnya dalam hati. “Kenapa kau ketawa? Yang aku katakan ini benar, putri,” ucap Asoka. “Kau lucu, tuan Asoka. Tidak apa-apa kau mengikuti nalurimu. Aku bukan seseorang yang lemah, tuan Asoka. Jadi tidak perlu mengkhawatirkan itu,” ucap putri Adora. Putri Adora mendekatkan wajahnya ke wajah Asoka sambil berbisik. “Kita nikmati saja saat ini, sembuhkan aku dan jangan pikirkan apapun,” ucapnya dengan senyumnya. Mendengar hal itu, wajah Asoka semakin memerah. Bagiamana bisa putri Adora berubah seagresif itu? ia bahkan dengan terang-terangan mengajaknya menikmati kebersamaan mereka. d**a Asoka semakin berdebar. “Ba..baiklah…” ucapnya terbata. Asoka kembali mencium bibir putri Adora dengan penuh kelembutan, seakan tubuh kecil lembut itu akan hancur jika diperlakukan kasar. Semakin lama ciuman mereka semakin dalam, Asoka yang awalnya masih ragu, perlahan mulai menunjukkan nalurinya. Perasaan yang menggebu terhadap putri Adora membuatnya merasa sangat bahagia bisa menyentuh gadis yang ia cintai. Sedangkan putri Adora juga terlihat sangat menikmati setiap kehangatan yang diberikan Asoka kepadanya. “Putri, apakah aku bisa memulainya?” tanya Asoka lagi, saat tangannya ragu untuk menyentuh tubuh putri Adora lebih dalam lagi. “Hmm…” putri Adora hanya berguman. Pikirannya sudah melayang ke langit ke tujuh. Ia sudah tenggelam dalam kenikmatan sentuhan Asoka yang lembut namun garang. Pria ini benar-benar telah membuatnya mabuk kepayang. Dengan perlahan, Asoka melabuhkan kembali ciumannya dan menyatakan tubuh mereka berdua. Taring Asoka yang memanjang siap untuk ditancapkan ke leher putri Adora. Wajah mereka memerah, dengan mata yang juga memerah, kedua vampire itu terlihat telah berada dalam pengaruh hasrat yang membara. Saat tubuh keduanya menyatu, Asoka menancapkan taringnya ke leher putri Adora. Seketika cahaya hijau muncul dari tubuh Asoka dan masuk meresap masuk ke tubuh putri Adora. Desahan putri Adora kembali terdengar, gerakan liar penuh gairah menjadi bukti betapa besarnya keinginan mereka untuk saling memiliki. Hingga akhirnya tubuh mereka ambruk bersamaan dengan kepuasan dan kenikmatan yang mereka rasakan untuk pertama kalinya. Seiring dengan berakhirnya keintiman mereka, putri Adora tidak merasakan sakit lagi, ia merasa seakan ia dilahirkan kembali. Ia merasa sangat segar dan sehat. Kekuatan yang terkuras, kembali terasa memenuhi tubuhnya sehingga membuatnya bertenaga. Sedangkan Asoka terkulai lemas dengan tubuh yang berkeringat. Ia masih tidak percaya ia telah melakukan hubungan yang sangat intim dengan putri Adora. Dadanya masih bergemuruh, wajahnya masih memerah dengan nafas yang masih tersengal. Ia menoleh ke arah putri Adora yang kebetulan sedang menatapnya. Putri Adora tersenyum. “Tubuhku sudah kembali sehat, tuan Asoka. Terima kasih,” ucap putri Adora. Asoka tersenyum malu-malu. Diliriknya tubuh Adora yang tidak tertutupi sehelai benangpun. Bekas gigitannya juga masih terlihat membiru meskipun sudah mulai pulih. “Syukurlah kalau tubuhmu sudah sehat sekarang, kalau begitu tugasku sudah selesai. A…aku akan keluar,” ucap Asoka lalu beranjak dari ranjang. Tapi tangan putri Adora menahan langkahnya. Tangan lembut itu memegang erat tangannya. “Maukah tuan Asoka tetap di sini untuk beberapa saat saja? aku masih merasa asing dengan situasi seperti ini. Setidaknya setelah hatiku beradaptasi dengan situasi ini,” pinta putri Adora. “Ah, baiklah kalau begitu. tapi bisakah kau menutupi tubuhmu dulu?” ucap Asoka. “Apa? tapi kenapa? Kau tidak suka melihat tubuhku seperti ini?” tanya putri Adora. “Ah tidak, bu…bukan begitu. Justru yang aku khawatirkan itu dirimu. Apakah kau tidak merasa malu memperlihatkan tubuhmu kepadaku?” tanya Asoka. Ia sudah kembali berpakaian lengkap sedangkan putri Adora terlihat tidak perduli. Ia masih tidak bergerak dari rebahnya. Ia bahkan menyentuh dadanya saat Asoka menatapnya, wajah Asoka pun memerah, ia dengan cepat mengalihkan pandangannya. “Aku? aku tidak apa-apa, tuan Asoka. Lagipula, kenapa aku harus malu? toh kau sudah melihat dan menyentuhnya, bahkan memberiku tanda di sini?” tanya putri Adora sambil menyentuh tubuh bagian intimnya. “Ti…tidak. Kau jangan salah paham begitu putri. Aku tidak keberatan melihat tubuhmu, aku hanya tidak bisa ….” Suara Asoka hampir tidak terdengar saking rendah suaranya. “Tidak bisa apa tuan Asoka?’ putri Adora beringsut mendekati Asoka yang duduk di sisi ranjang. Ia tersenyum padanya. Asoka menjadi tegang lagi. Bagian tubuh bawahnya bereaksi. “Kau tidak perlu malu seperti itu tuan Asoka, aku tidak keberatan jika kau ingin mencobanya lagi. Kau tahu, aku ingin merasakan tubuhmu sekali lagi sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan kastil ini,” ucap putri Adora lalu mengarahkan tangan Asoka untuk menyentuh dadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD