Tanda

1104 Words
“A..apa?” putri Adora sangat terkejut, saking syoknya ia tanpa sadar melepas pelukannya. Tapi saat dadanya kembali terasa nyeri, ia dengan cepat memeluk tubuh Asoka kembali. Wajah putri memerah, malu, takut dan gugup bercampur menjadi satu. “Hanya itu jalan satu-satunya agar kau bisa sembuh,” ucap Asoka berusaha meyakinkan. Putri Adora memeluk erat tubuh Asoka. Ia menyembunyikan wajahnya di d**a Asoka. Ia bahkan bisa mendengar desiran darah Asoka yang menggelora di dalam pembuluh darahnya. “Apakah benar itu adalah penawar untuk rasa sakitku ini? d…dan, apakah tuan Asoka ingin memberikan tanda itu padaku? bukankah, aku sudah terikat dengan tuan Riftan,” taya putri Adora. “Ah, kau tidak perlu pikirkan itu dulu. Yang terpenting kau bisa sembuh, karena aku tidak bisa melihatmu menderita seperti ini,” ucap Asoka. Putri Adora terdiam, ia bingung. apakah ia harus menerima tanda itu dari Asoka? Mengharapkan Riftan pun sudah tidak bisa lagi sedangkan di hadapannya ini ada pria yang ingin menolongnya. Ia mengangkat wajahnya dan menatap wajah tampan Asoka. “Tuan Asoka, apakah kau menyukaiku?” tanya putri Adora tanpa ragu. Asoka terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu perasaannya terhadap putri Adora. Ia ingin menjawab kalau ia menyukainya tapi lidahnya seketika kelu. Berbagai macam keraguan yang mengusik keyakinannya. “A..aku, tapi kenapa kau menanyakan hal itu, putri?” tanya Asoka. Ia ingin mengorek sedikit informasi mengenai perasaan putri Adora kepadanya. “Aku hanya ingin tahu saja. Kau ingin memberiku tanda, itu sama artinya kau sudah menjadikanku milikmu. Apa itu tidak aneh kalau kau tidak memiliki perasaan apa-apa padaku?” tanya putri Adora. “Aku menyukaimu,” tiba-tiba ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Asoka. “Apa? kau menyukaiku?” putri Adora kembali bertanya untuk meyakinkan pendengarannya. “Ah, maksudku, siapa yang tidak menyukaimu, putri. Kau adalah calon penguasa kerajaan yang nantinya akan memerintah dan menggantikan ayahmu. Kau pasti akan disanjung dan disukai oleh semua orang. Iya, kan?” ucap Asoka mengarang alasan. Ia sama sekali tidak berani mengakui perasaannya di hadapan putri Adora. Ia masih merasa tidak pantas. Apalagi ia tahu kalau putri Adora tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Putri Adora sangat tergantung padanya karena adanya ikatan jiwa, tapi untuk perasaan putri Adora sendiri, Asoka masih belum mampu mengikatnya untuk disatukan dengan perasaannya. Mendengar alasan itu, ada semburat kekecewaan yang tergambar di wajahnya. Jadi Asoka menyukainya hanya karena alasan itu. Putri Adora akhirnya menyadari jika selama ini Asoka menaruh perhatian kepadanya karena itu adalah tugas yang dilimpahkan padanya. Kasih sayang yang ia terima hanya karena Asoka memang pria yang sangat baik. Tapi kenapa ia merasa kecewa mendengar itu semua? ia sedih, ternyata selama ini kehadirannya di kastil hanya sebagai pengusik ketenangan mereka. Dari Riftan yang bermasalah dengan pasangan jiwanya, Asoka yang mungkin sedang memiliki kekasih hati tapi terhalang oleh tugas sehingga ia tidak sempat bertemu dengan kekasihnya itu, dan sekarang, ia kembali menimbulkan kekacauan dengan kembali mengacaukan latihan para vampir dan menyusahkan Kudra dengan sikap kekanak-kanakannya. Ah, Kudra di mana ia sekarang? Semoga ia baik-baik saja. “Oh, begitu rupanya. Terserah tuan Asoka saja kalau begitu. Seperti yang kau bilang, aku adalah calon penguasa, berarti aku harus sembuh demi masa depan kerajaanku. Aku akan hidup lama, oleh karena itu tuan Asoka, aku minta sembuhkanlah aku. Aku berjanji, setelah sembuh nanti, aku akan kembali ke istana. Sudah cukup aku merepotakan kalian semua. Aku akan memperbaiki semuanya dan meminta maaf,” ucap putri. Mendengar itu tentu saja Asoka terkejut, putri Adora ingin kembali ke istana? Itu berarti mereka akan berpisah setelah terikat semakin kuat? Apa yang kau lakukan Asoka bodoh? Kenapa kau tidak mengakui saja dengan jujur alasanmu yang sebenarnya, kenapa kau malah mencari alasan yang menimbulkan kesalahpahaman? “Tuan putri ingin kembali ke istana? Lalu bagiamana dengan rumor dan kesengsaraan yang putri akan rasakan di sana? Kau akan direndahkan oleh para bangsawan id kerajaan. Kau akan di anggap sebagai orang yang dicampakkan oleh pasangan jiwanya, kaa akan dikucilkan putri,” ucap Asoka dengan gusar. “Tidak apa-apa tuan Asoka, mungkin awalnya mereka akan mengangapku seperti itu, tapi seiring dengan berjalannya waktu, mereka akan melupakan itu. Lagipula, aku adalah seorang pewaris tunggal, dan memiliki kekuasaan penuh nantinya. Aku tentunya akan membuktikan kepada para bangsawan kerajaan dan rakyatku jika aku bukan orang yang seperti mereka pikirkan. Aku akan membukatikan itu,tuan Asoka. Jadi jangan khawatir. Terlebih aku tidak ingin membuatmu susah karena diriku, setelah kepergian ku, kau akan bebas melakukan semuanya semaumu. Aku juga ingin meminta maaf kepadamu, karena selama ini aku selalu menyusahkan mu,” putri Adora menjelaskan maksudnya panjang lebar. Asoka semakin gusar, ia tidak berhenti menyesali dirinya karena telah membuat alasan konyol itu. Apa yang harus ia lakukan untuk meyakinkan putri Adora agar tetap berada di tempat ini? “Putri, jika aku memintamu untuk tinggal di sini saja, apakah kau juga tetap ingin pergi? Kau perlu tahu kalau aku melakukan semua ini tanpa merasa terbebani sama sekali,” ucap Asoka. “Terima kasih, ucapanmu itu membuatku sangat lega, tapi aku tetap harus pergi, aku akan memperbaiki semuanya dari awal,” ucap putri Adora. Asoka tidak ada kuasa untuk membujuk putri Adora lagi, ia hanya bisa menyesali dirinya sendiri. Terlebih saat ini ia harus melakukan hal besar yaitu menyembuhkan putri Adora dengan memberinya tanda. Ini semakin membuatnya resah. “Tuan Asoka, kita sudah lama saling memeluk seperti ini. Aku tahu ini membuatmu sangat tidak nyaman dan terganggu. Jadi tolong selesaikan saja semua agar aku tidak akan pernah membuatmu kesusahan karena diriku lagi,” ucap putri Adora. “Tidak, putri. Aku sama sekali tidak merasa terganggu. Tolong jangan berpikir seperti itu lagi,” ucap Asoka. Ia lalu merenggangkan pelukannya tanda memisahkan sentuhan mereka agar putri Adora tetap merasa nyaman. Ia menatap mata bulat indah gadis itu dengan dalam. “Sekarang aku akan memberimu tanda yang bisa membuatmu semakin tergantung padaku,” ucap Asoka . Gemuruh di dadanya kembali menyeruak. Perasaannya bergejolak, tapi rasa gugup dan tegang membuatnya tangannya gemetar dan itu dirasakan oleh putri Adora. “Kau sepertinya sangat tegang dan gugup, tuan Asoka,” ucap putri Adora. “Maafkan aku putri, a…aku baru pertama kali menyentuh seorang wanita,” ucap Asoka terbata. “Aku juga baru pertama kali, tuan Asoka. Mari kita belajar dan menikmatinya sama-sama,” ucap putri Adora. Tanpa disangka, putri Adora langsung mencium bibir Asoka dan mengulumnya dengan lembut. Asoka tersentak, ia hanya tertegun tanpa berbuat apa-apa, sedangkan putri Adora sudah membuat tubuh Asoka berbaring dan ia berada di atasnya. Baru setelah beberapa lama, Asoka membalas ciuman putri Adora dan secara naluri ia mulai menyentuh tubuh putri Adora membuatnya mendesah. Sementara itu, Kudra terlihat sudah babak belur. Tubuhnya dibiarkan bergelantungan dengan rantai yang terikat di kedua tangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD