Ide

1117 Words
Nayya berjalan dengan langkah berat diiringi oleh beberapa wanita berjubah, ia mengikuti seorang pria yang berjalan di hadapannya. Wajah lesu Nayya tampak jelas terlihat meskipun kecantikannya tidak menghilang di balik riasannya. Nayya dibawa ke dalam sebuah ruangan, sesampainya di tempat itu semua orang yang mengantarnya menunduk sebelum pergi meninggalkan tempat, meninggalkan Nayya yang berdiri terpaku. “Kau sudah datang?” suara berat entah dari mana datangnya tiba-tiba terdengar. Nayya tersentak, di hadapannya Gonzales tiba-tiba muncul dengan taring yang memanjang. Nayya langsung ketakutan, ia tidak pernah melihat vampir lain memanjangkan taringnya selain Riftan. Jika Riftan tampak sangat tampan dan seksi saat sedang memanjangkan taring dan menghisap darahnya, pria yang ada di hadapannya ini tampak seperti monster dengan mata merah menakutkan. Mata Nayya membola, ia tidak mau vampir ini menyentuh dan mengisap darahnya. Ia sangat menyeramkan. “Tidak… jangan dekati aku. Aku mohon jangan hisap darahku.” Nayya mundur menghindari Gonzales yang sedang melangkah perlahan ke arahnya. “Kenapa kau seperti ini? bukankah kemarin kau terlihat sangat berani terhadapku? Kenapa sekarang kau ketakutan?” Gonzales terus melangkah menghampirinya tapi Nayya malah berlari menjauh. “Tidak, aku tidak mau kau menghisap darahku setetespun. Darahku hanya milik Riftan, bukan untuk vampir sepertimu. Tidak jangan…!” Nayya terus berlari menghindari Gonzales yang menyeringai. “Kau sudah terlambat mangatakan itu, lagipula, kenapa kau harus membeda-bedakan antara Riftan dan aku? Riftan menangkapmu dan menjadikanmu sebagai sumber makanannya, tapi sekarang kau berada di tanganku, itu berarti tugasmu untuk Riftan telah berakhir dan sekarang kau harus menurutiku,” ucap Gonzales. “Tidak…!” bantah Nayya dengan cepat. “Kau jangan mencoba menguji kesabaranku, atau kau akan merasakan kemarahan seorang vampir yang sebenarnya.” Gonzales mulai terusik dengan sikap Nayya. Ia sudah tidak sabar untuk mencicipi darah perawan suci gadis cantik yang ada di hadapannya ini. Ia bisa merasakan aliran darah yang deras mengalir dalam pembuluh darah Nayya dan darah itu terlihat sengat segar di matanya, mata Gonzales semakin memerah. Keringat dingin Nayya mulai mengalir, ia tidak mau menjadi mangsa vampir menyeramkan ini. Kenapa ia bisa berada dalam kondisi seperti ini. “Kemarilah, kau jangan membuang-buang waktuku. Keinginanku untuk mencicipi darahmu sudah sampai pada puncaknya. Kau tidak tahu betapa aku menunggu saat ini dan kau masih saja bertingkah seperti tikus kecil yang berusaha lolos dari cengkeraman kucing yang siap memangsamu.” Dengan sekali gerakan, Gonzales telah mengurung tubuh kecil Nayya. Tubuh besarnya menghalangi pergerakan Nayya membuat gadis kecil itu tidak berdaya. Nayya semakin ketakutan, ia tidak bisa bergerak karena tubuh besar Gonzales mengungkungnya. Nayya menelan ludahnya ketakutan, apa yang harus ia lakukan. Gonzales menyeringai menakutkan. “Sebaiknya sekarang kau menurut lah, agar sakit yang kau rasakan tidak akan membuatmu semakin ketakutan. Jika kau melawan, sakit itu akan semakin menyiksamu, kau mengerti? Biasakanlah mulai sekarang karena mulai hari ini tugasmu adalah menyediakan darah segar yang manis untukku setiap minggu,”ucap Gonzales sambil mencekal tangan Nayya dan mulai mendekatkan wajahnya ke leher putih mulus Nayya. “Tidakk…..!!!” Nayya memekik sekuat tenaga menolak Gonzales, seketika itu cahaya biru muncul dari dalam tubuh Nayya membuat Gonzales tersentak dan mundur beberapa langkah ke belakang. “Kau…?! Kenapa kau memiliki tanpa kepemilikan Riftan?” mata Gonzales melotot tidak percaya. Bagaimana bisa seorang manusia bisa menyatu dengan seorang vampir. Dan lagi, gadis ini hanyalah seorang manusia biasa yang bahkan menyerap energi kecil dari kekuatan vampir saja tidak akan bisa, bagaimana bisa ia mendapatkan kekuatan cahaya bintang sekaligus tanda kepemilikan Riftan di tubuhnya? “Ah..?!” Nayya terkejut ketika menyadari hal aneh yang terjadi. cahaya biru itu masih memancar terang seakan melindungi tubuhnya dari Gonzales. Sedang vampir itu masih menatap Nayya dengan tatapan tidak percaya. “A..aku… aku tidak tahu.” Nayya tidak ingin membongkar identitasnya kepada Gonzales. Nayya mencoba berlari ke arah pintu tapi ketika ia mencoba membukanya, ternyata pintu itu terkunci. Gonzales yang masih tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya mencoba menghampiri Nayya sekali lagi. Ia ingin memastikan jika apa yang ia lihat itu adalah nyata. “Ma..mau apa lagi kamu?! Tolong lepaskan saja aku,” ucap Nayya kembali memohon saat Gonzales sudah berada di hadapannya menatapnya tanpa kedip. Gonzales berusaha menyentuh tangan Nayya lagi tapi seperti dugaannya, rasa panas yang tidak bisa ia tahan kembali menyakiti kulitnya saat bersentuhan dengan kulit tangan Nayya. Gonzales memegangi tangannya yang terasa nyeri. Keistimewaan apa yang manusia ini miliki sehingga ia mampu menyerap cahaya biru yang mengandung kekuatan super itu. Ia sangat yakin jika tubuh manusia biasa tidak mampu menahan kekuatan maha dahsyat itu. Tubuh karena akan meleleh bahkan hanya dengan percikan sinar biru itu saja. Tapi gadis yang ada di hadapannya ini bahkan bisa menyerap kekuatan itu dengan sempurna. Bagiamana bisa? “Kau siapa sebenarnya?” Gonzales menatap Nayya dengan tajam. Ia merasa jika ada sesuatu yang sangat familiar terhadap diri Nayya. Nayya yang juga bingung hanya menggeleng ketakutan. Tatapan ramah Gonzales berubah menjadi sinis dan ini semakin membuat Nayya takut. “Kenapa kau bisa memiliki kekuatan itu, jawab aku…!!!” tatapan Gonzales semakin tajam. Sementara itu, Riftan terlihat gelisah, ia bahkan berkeringat dingin saat sedang dalam pertemuan bersama orang-orang kepercayaannya. Mereka membicarakan mengenai strategi penyerangan mengingat pasukan mereka jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan yang di miliki musuh. Asoka dan Asyaq yang melihat kegelisahan Riftan di tempatnya jadi bereaksi. “Kau tidak apa-apa ketua?” tanya Asoka. Semua orang yanga ada di ruangan itu jadi menatap ke arah Riftan. “Ah, aku merasa tiba-tiba tidak enak badan. Kalian bisa melanjutkan diskusi kalian sampai akhir, untuk hasilnya kalian bisa putuskan tanpa aku. Asoka, kau ambil alih. Asyaq, kau ikut denganku,” ucap Riftan lalu beranjak dari tempatnya. Semua orang menunduk hormat, Asyaq menatap Asoka sejenak lalu beranjak dari tempatnya mengikuti langkah Riftan. Riftan membuka pintu kamar dan menghempaskan tubuhnya di kasur. Ia benar-benar merasa tidak tenang. Ia tahu jika Nayya merasa gelisah di sana. Bagaimana ia bisa menyelamatkan Nayya dengan cepat? Asyaq masuk dengan segelas darah segar di dalam gelas kaca berlapis emas. Meletakkan di atas meja dan berdiri di hadapan Riftan. “Nona Nayya pasti merasa kesakitan di sana, tuan harus menyelamatkannya sekarang juga,” ucap Asyaq. “Yah, aku tahu. Tapi bagaimana aku bisa menembus benteng pelindung yang menyelimuti kawasan Gonzales. “Tuan bisa membakar seluruh hutan jika itu memungkinkan.” Ucapan Asyaq membuat Riftan menatapnya tanpa kedip. “Bagiamana kau bisa memiliki ide yang secemerlang itu?!” “Ini hanya pemikiran ku yang terlintas saja Tuan. Tapi menurutku membakar hutan juga bukan ide yang bagus. Jika hutan terbakar, bukan cuma para singa Gonzales yang akan musnah tapi juga semua binatang tanpa kecuali akan kehilangan rumah dan mati sia-sia. Bagaimana kita akan menanganinya?” “Kau tidak perlu cemaskan hal itu, aku tahu yang akan aku lakukan,” ucap Riftan lalu beranjak dari tempatnya dan meminum darah yang tadi di sediakan Asyaq.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD