Tidak Mau Hamil

1179 Words
Mata Nayya terbelalak melihat siapa yang berdiri sambil tersenyum di ambang pintu. “Sonia…?!” serunya sambil berlari dan memeluk sahabatnya itu dengan erat. “Selamat ulang tahun, sahabatku yang super cantik…” ucap Sonia. Nayya kembali terkejut. “Apa? ini hari ulang tahunku? Oh iya, benar hari ini tanggal 8 agustus! Ah. Terima kasih…!” Nayya melompat riang dan kembali memeluk sahabat yang sudah lama ia rindukan itu. “Kau ke mana saja, kenapa baru muncul?” tanya Nayya protes. Sonia tersenyum, ia melangkah masuk ke dalam dan duduk di sofa. “Aku baru saja kembali dari perjalanan tugas dari kekasihmu itu. Aku dan Reno,” ucap Sonia. “Hmm, begitu rupanya. Tapi aku sangat senang sekali kau sudah bisa kembali ke kastil dan bertemu denganku,” ucap Nayya. “Aku juga,” balas Sonia, mereka pun kembali saling berpelukan lama melepas kerinduan masing-masing. “Berarti, kita bisa kembali kuliah dan bersenang-senang kalau begitu,” ucap Nayya penuh semangat. Sonia mengangguk antusias. “Oh tapi sayangnya kalian tidak bisa. Kalian harus tetap berada di kastil ini untuk beberapa lama. Nayya, bukankah sudah kukatakan alasan kenapa kau tetap harus berada di kastil? Kau juga sudah berjanji padaku, ingat?!” Riftan mengingatkan. “Hmm…” Nayya berguman. Ia sedikit kecewa. Tapi ia harus tepat memenuhi janjinya itu. “Lalu sekarang apa?! mereka berdua berbicara bersamaan membuat gelak tawa pecah di antara mereka. Riftan hanya melihat mereka sambil tersenyum dan menggelengkan kepala. Setidaknya ia sudah melihat wajah riang dari Nayya, selama ini Nayya tidak pernah menunjukkan ekspresi sesenang itu beberapa hari ini. “Sonia, kau temani saja Nayya di sini, aku ada urusan penting,” ucap Riftan memberi perintah. “Baik, Riftan,” ucap Sonia sambil menunduk hormat. Setelah Riftan pergi, keduanya pun melanjutkan ngobrol. “Eh, aku dengar ada pelakor yang mencoba merebut Riftan?” tanya Sonia sambil memasukkan buah anggur ke dalam mulutnya. “Huss, jangan keras-keras ngomongnya. Nanti kedengaran,” ucap Nayya. Wajahnya berubah tegang. Sonia yang menyadari rasa tidak nyaman sahabatnya itu mengernyitkan kening. “Eh. Emang benar ada? Ya ampun siapa yang berani mencoba merebut Riftan darimu?” Sonia terkejut. “Dia bukan orang sembarangan, dia itu seorang putri mahkota kerajaan vampir. Tapi sekarang sudah tidak lagi karena dia sudah mau pergi dari kastil ini,” ucap Nayya masih terlihat tidak nyaman membicarakan putri Adora. “Oh begitu, tapi kau terlihat tegang membicarakan perempuan itu. Apa kau baik-baik saja, Nayya?” Sonia menjadi khawatir karena wajah Nayya tiba-tiba terlihat pucat. “Iya, aku hanya sedikit tidak suka kita membicarakan putri itu. Sebaiknya kita lupakan saja. Omong-omong, hubunganmu dengan Reno sudah sampai di mana?” tanya Nayya tersenyum. Wajah Sonia memerah. “Reno sudah melamar ku, ia datang ke rumah orang tuaku untuk meminta restu,” ucap Sonia tersipu. “Ah, yang benar? wah, selamat ya. aku turut bahagia mendengar itu,” ucap Nayya sambil memeluk sahabatnya itu. “Iya, terima kasih,” balas Sonia. “Dan kejutan lainnya adalah, aku hamil anak Reno,” imbuh Sonia sambil memegangi perutnya. “Waaaahhh…. Kau hamil? selamat, Sonia…!” ucap Nayya melompat kegirangan. Ia benar-benar merasa sangat bahagia mendengar itu semua . “Tapi… ada satu masalah, Nayya.” Wajah Sonia menjadi murung. “Masalah apa?” tanya Nayya. “Reno belum tahu kalau aku hamil, aku tidak berani memberitahunya karena dia pernah bilang kalau aku tidak boleh hamil,” ucap Sonia. “Loh, kenapa? Kok Reno seperti itu? di mana Reno? aku akan memarahinya. Bisa-bisanya ia ngomong seperti itu kepadamu?” Nayya emosi mendengar pengakuan Sonia. “Tidak Nayya, dia sudah memberitahu alasannya. Tapi karena sudah terlanjur, aku tidak bisa begitu saja menggugurkan kandunganku. Aku sayang anak ini.” Sonia mengelus perutnya. “Iya jelaslah, kau harus melahirkan anakmu. Jangan pernah berpikir untuk menggugurkannya, Sonia. Reni ini benar-benar tidak punya hati. Aku tidak menyangka Reno semakin jahat, Sonia. Aku pikir dia mencintaimu, tapi ternyata dia hanya ingin menggunakanmu saja.” Nayya tidak berhenti mengoceh, wajahnya yang memerah terlihat menggemaskan saat ia marah. “Nayya tenang dulu, Reno mencintaiku. Awalnya memang aku pikir dia masih mencintaimu, tapi sekarang aku merasa yakin dengan cintanya. Dia melarangku hamil karena jika seorang manusia melahirkan anak dari seorang vampir, maka di saat ia melahirkan anaknya kelak, wanita itu akan mati. Reno tidak ingin itu terjadi, makanya dia sangat mewanti-wanti agar aku tidak hamil. Kami juga sebenarnya sudah berhati-hati tapi entah kenapa aku bisa hamil.” “Wanita yang melahirkan anak dari seorang vampir akan mati saat melahirkan bayinya? Agak menakutkan sih, tapi itu hanya kemungkinan saja, kan? ada kemungkinan lagi wanita itu tidak akan mati?” Nayya mulai penasaran, ia juga menjadi takut. “Tidak, Nayya. Itu sudah pasti dan Reno sangat tidak menginginkan kehamilan ini, aku takut jika dia tahu, Reno akan kecewa dan meningglakanku. Apa yang harus aku lakukan?” Sonia mulai menangis. Nayya ikut sedih, ia juga bingung apa yang harus dilakukan. Dia kadi berpikir, kalau Sonia bisa hamil anak vampir, berarti dia juga bisa. “Tenanglah, Sonia. Kita akan mencari jalan keluarnya. Aku akan menanyakan hal ini kepada Riftan. Siapa tahu dia ada solusi untuk masalahmu,” ucap Nayya menenangkan sahabatnya itu. “Iya, terima kasih. Tapi aku minta jangan sampai Reno mengetahuinya.” “Iya.” Malamnya, Nayya tidak bisa tidur. ia hanya bolak-balik di atas ranjangnya tanpa sedikitpun bisa memejamkan mata. Ia terus saja memikirkan ucapan Sonia. Bagaimana bisa wanita yang melahirkan anak dari vampir akan mati saat melahirkan anaknya? Ya meskipun melahirkan bayi dari manusia biasa saja juga bisa menyebabkan kematian. Tapi itu hanya terjadi dalam beberapa kasus. Bagiamana kalau ia juga hamil anak dari Riftan? kalau begitu, ia tidak ingin berhubungan intim lagi dengan Riftan. Riftan membuka pintu kamar dan melihat Nayya masih belum tertidur. Ia melirik jam dinding sudah menunjukkan puku 2 dini hari. “Loh, kenapa mau masih belum tidur? apa yang kau pikirkan, hmm?” tanya Riftan sambil melangkah menghampiri dan meraba tubuhnya seperti biasa. Nayya tersentak, ia kembali mengingat masalah yang sedang dialami oleh Sonia. Ia jadi tidak ingin disentuh oleh Riftan. Ia refleks menghindar saat Riftan ingin menciumnya. “Ada apa, bukankah kau menungguku?” tanya Riftan bingung. “Riftan, Sonia hamil anak dari Reno,” ucap Nayya. “Itu bagus, lantas kenapa?” tanya Riftan masih belum mengerti arah pembicaraan Nayya. “Itu bagus katamu? Bukannya kehamilan manusia dari seorang vampir akan mengalami kematian pada saat melahirkan nanti?” ucap Nayya. Riftan terdiam. “Iya, itu benar,” ucap Riftan. “Jadi Sonia harus bagaimana?” tanya Nayya menjadi cemas. “Jika dia terus mempertahankan kehamilannya dan memaksakan untuk melahirkan bayinya. Maka dia akan mati. Satu-satunya cara aga dia bisa hidup kembali adalah menjadikan Sonia vampire,” ucap Riftan menjelaskan. “Apa?!” Nayya sangat syok mendengar itu. Riftan menatap Nayya lalu menangkup wajahnya. “Kau takut?” tanya Riftan. Nayya mengangguk. “Temanmu hanya memiliki dua p Menggugurkan kandungannya atau menjadi vampir,” imbuh Riftan. “Riftan, aku takut sekali,” Nayya memeluk Riftan dengan erat. “Jangan takut, kau tidak akan hamil anakku,” ucap Riftan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD