Kutukan Terangkat

1138 Words
“Nayya…” “Hmm…” “Nayya… bangun, apa kau tidur?” Riftan mengguncang lembut tubuh Nayya. Saat menyentuh d**a Nayya, Riftan hanya ingin menyembuhkan kesakitan yang dialaminya. Jiwa Adelia yang bersemayam di tubuh Nayya berontak karena jiwa Riftan yang ia genggam selama ini tertarik oleh sesuatu sehingga membuat d**a Nayya sakit. Cahaya biru dari tanda bintang di dadanya menjadi obat penyembuh untuk Nayya untuk sementara sepanjang Riftan tidak berhubungan dengan perempuan lain. Cahaya itu bersifat menenangkan sehingga Nayya tertidur. “Ah, dasar gadis nakal,” Riftan tersenyum sambil mengecup bibir Nayya lalu mengancingkan kembali baju Nayya yang sempat terbuka. Meskipun darahnya saat ini sedang mendidih melihat tubuh Nayya yang membuatnya hampir kehilangan akal, ia tetap bisa menahan semuanya. *** Nayya terbangun dan mendapati Riftan tengah menatapnya sambil tersenyum. “Pak Dosen? Apa yang sudah terjadi?” seingatnya ia dan Riftan tengah… Nayya dengan cepat menatap tubuhnya tapi tidak ada yang salah. Bajunya ternyata tidak terbuka sama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi pada saat ia tidur? “Pak, jawab! Kenapa diam saja?!” tuntut Nayya. Riftan tersenyum. “Apa kau ingin tahu apa yang terjadi tadi malam?” tanya Riftan. Nayya mengangguk dengan cepat, ia menjadi was-was, jangan-jangan Riftan telah menyentuhnya dan ia tidak merasakan apa-apa karena tertidur. “Kita tidak melakukan apa-apa karena kau tertidur gadis nakal,” ucap Riftan sambil menarik hidung Nayya dengan lembut. “Ah, syukurlah… aku pikir kita telah…” Nayya tertegun saat Riftan sudah berada di atas tubuhnya dan menatapnya dengan dalam. Wajah Nayya kembali memerah. “Maka dari itu, sekarang aku akan mengulangnya.” “Hah?!” Riftan menyeringai lalu mendaratkan ciumannya di leher Nayya. Sesaat kemudian taring Riftan sudah tertancap di lehernya. Tangan Riftan bergerak menyentuh d**a Nayya. Ia terus menghisap darah Nayya sementara tangannya dengan bebas menyentuh tubuh nayya membuat gadis itu hanya bisa mendesah dan menggelinjang dibawah tubuhn kekar Riftan. Baru setelah Riftan merasa puas menghisap darah Nayya, ia lalu melepaskan gigitannya. Riftan menatap Naya yang memejamkan matanya dan menggigit bibir, ia benar-benar terlihat seperti wanita dewasa yang sangat menggoda. Dijilatnya bekas gigitannya dengan lidahnya yang panjang, memberikan ciuman lembut di sekitar tempat itu membuat Nayya semakin mendesah. Rifan tambah ingin menggodanya. “Aku tahu kau juga sangat menginginkannya, iya kan? kau tidak usah berpura-pura lagi. Sekali saja kau katakan iya, maka aku akan memberikan yang kau inginkan,” ucap Riftan sambil menyentuh kulit leher sensitif Nayya dengan ujung jarinya. Nayya membuka mata setelah mendengar ucapan Riftan. Ia tidak bisa bergerak karena Riftan sudah mengunci kedua tangannya di atas kepala, sehingga ia hanya bisa pasrah. Ia benar-benar ingin sekali Riftan menyentuhnya lebih dari sekedar mencium tapi, ia berusaha menyembunyikan keringanannya itu meskipun pada akhirnya ia ketahuan juga. “Bagaimana, sayang? apakah sekarang kau akan menyerah?” Riftan menyusuri belahan d**a Nayya dengan ujung jari telunjuknya membuat Nayya tergidik gemetar menahan hasrat. “Riftan… tolong lepaskan aku. jangan membuatku seperti ini, kau sungguh jahat,” rintihnya lirih. “Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya menyentuhmu sedikit. Seharusnya kau bersyukur aku menyentuh tubuhmu hanya sebatas ujung jari ini, karena kau tidak mau aku melakukannya.” Ujung jemari Riftan terus menyentuh sampai ke perut dan berhenti tepat di bawah pusat Nayya. Membuat Nayya menahan nafasnya. Riftan tersenyum melihat reaksi Nayya, ia benar-benar menyukai wajah gadisnya yang memerah itu, Riftan perlahan mendekatkan wajahnya ke permukaan perut Nayya dan mulai memberikan kecupan lembut. Nayya semakin mengigit bibirnya hingga terlihat memutih. Riftan yang melihat itu dengan cepat mencium bibir itu agar Nayya tidak sampai melukai bibirnya sendiri. “Dasar gadis bodoh, kenapa kau menyiksa dirimu sendiri? kau seharusnya mengatakan iya saja agar kau bias menjadi milikku seutuhnya. Aku bisa melakukannya sekarang juga tapi harus dengan persetujuanmu. Aku bahkan hampir gila, Nayya,” ucap Riftan. Nayya menggeleng. “ Tidak, aku lebih menyukai darahku tetap berada dalam keadaan yang suci agar bisa kau gunakan untuk membalas dendamku.” “Riftan tolong lepaskan tanganku, aku ingin menyentuh wajahmu,” ucap Nayya dengan tatapan sayunya. Riftan melepas cekalan tangannya dan membiarkan tangan Nayya menyentuh wajahnya. “Aku sudah mendengar semuanya dari Asyaq kalau kau dan putri mahkota sudah resmi mejadi pasangan. Aku hanya berharap kau bisa mendapatkan semua yang kau butuhkan darinya. Biarkan aku menjadi makananmu saja dan putri mahkota menjadi sumber kebutuhanmu yang lain. Aku rela melakukanya karena aku sangat mencintaimu. Jika takdirku hanya sebatas itu saja, maka aku akan melakukannya untukmu. Jadi aku harap, kau jangan menyia-nyiakan pengorbananku ini. Hiduplah berbagaia dengan putri mahkota dan balaskan dendammu. Aku sudah memutuskan untuk tinggal di kamar yang jauh dari sini kalau putri sudah datang, agar kalian bisa bebas. Dan datanglah kepadaku jika kau membutuhkan darahku.” Tepat di saat Nayya mengucapkan itu, gambar bintang yang ada di d**a Riftan mengeluarkan cahaya biru terang. Sinar itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Nayya. Tubuh gadis itu bergetar hingga cahaya itu sepenuhnya meresap ke dalam tubuh Nayya. Riftan menatap kejadian itu dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa cahaya biru itu bisa keluar sendiri tanpa perintahnya? Apakah ini artinya ia sekarang mendapatkan izin untuk menyentuh Nayya? Cinta dan pengorbanan Nayya yang tulus membuat cahaya biru itu merespon keinginan mereka berdua untuk saling memiliki seutuhnya. Apakah itu benar? Setahu Riftan jika cahaya biru keluar dengan sendirinya dan masuk ke dalam tubuh orang yang diinginkannya, cahaya itu sudah sangat kuat. Kekuatannya itu bahkan sudah sempurna bahkan jika Riftan tidak lagi meminum darah Nayya. Riftan menatap Nayya tanpa kedip, membuat Nayya bingung. “Kenapa kau menatapku seperti itu? apa kau mau marah lagi kerena aku mengatakan hal ini? apa yang aku ucapkan menyakitimu? Maafkan aku, hanya itu yang bisa aku berikan. Maafkan aku. Aku tidak bisa memberikamu izin untuk menyentuhku sampai kapanpun. Jadi jika kau memang menginginkan itu, sebagai gantinya kau bisa menyentuh pasanganmu yang lain.” “Kau berhentilah bicara, Nayya! Aku menyadari satu hal sekarang,” ucap Riftan dengan wajah yang berbinar penuh semangat. “Apa?” Nayya terlihat bingung. “Cahaya biru yang ada di tubuhku masuk membagi dirinya dan masuk ke dalam tubuhmu. Itu artinya aku sekarang sudah bisa memberimu tanda kepemilikanku tanpa mempengaruhi kekuatanku sedikitpun, aku bahkan tidak perlu lagi meminum darahmu setiap bulan purnama karena kekuatanku ini sudah sempurna. Ah, Nayya aku tidak menyangka ucapanmu tulus dari mulutmu lah yang membuat cahaya biru itu memilihmu. Aku sangat bahagia sekarang,” ucap Riftan sambil memeluk Nayya dengan erat. Sedangkan Nayya masih terlihat bingung. “Apa yang kau katakan itu, Pak Dosen?” Riftan melepas pelukannya dan mengecup bibir Nayya. “Dasar gadis bodoh. Sini aku kasih tahu.” Riftan membingkai wajah Nayya dan menatapnya dalam. “Mulai sekarang, kita tidak perlu takut lagi untuk bersentuhan sebanyak apapun yang kita mau, Aku bisa melakukannya denganmu tanpa mengkhawatirkan apapun lagi, karena darahmu akan tetap suci dengan kebesaran dan kemurnian cinta yang kau miliki untukku. Nayya kita bisa melakukannya…” “Apa?!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD