Hukuman

1133 Words
Nayya yang sedang masih berada dalam pelukan Riftan tampak semakin menyembunyikan tubuhnya ke d**a bidang Riftan. Kedua anak buah Riftan itu hanya saling pandang dan menghela nafas dalam. Asoka menatap Riftan seakan ingin menyampaikan sesuatu. “Aku tahu apa arti tatapanmu itu. Tidak perlu khawatir begitu, aku tidak akan melakukan apa-apa padanya. Aku hanya akan membuatnya jera dengan caraku sendiri,” jelasnya. Setelah itu ia pun menghilang dengan membawa Nayya. Hanya dalam hitungan detik, Nayya sudah berada di dalam sebuah ruangan. Ini jelas bukan kamar yang selama ini ia tempati. Ini kamar Riftan, iya. Nayya masih mengingat dengan jelas kamar ini. Riftan meletakkan Nayya di atas kasur dan menatapnya dengan tatapan dalam. Nayya jadi merasa bersalah, ia menunduk. Ia sadar kalau dirinya sudah membuat kesalahan fatal. “Tolong maafkan saya, Pak. Saya tahu saya salah, saya banyak membuatmu susah, saya tidak pantas di maafkan. Saya…” Riftan menaruh telunjuknya di mulut Nayya dan menyeringai. “Kau harus di hukum,” ucapnya. “Apa?” Nayya terkejut. “Aku bilang kau akan di hukum, mengerti?” ucap Riftan mengulangi kalimatnya. “Apa yang Pak dosen akan lakukan?” tanya Nayya. Jantungnya sudah berdegup dengan kencang. “Kau akan tahu sendiri, sekarang ikut aku!” ucap Riftan lalu menarik tangan Nayya dan membawanya ke suatu tempat. Riftan membuka sebuah pintu, lalu masuk. Nayya pun tidak punya pilihan lain selain mengikutinya. Di dalam ruangan itu hanya ada sebuah ranjang dan sebuah kamar mandi. Selain itu tidak ada perabot atau benda lain lagi. Nayya mulai ketakutan. “I..ini ruangan apa,Pak? kenapa Bapak membawa saya ke sini?” Tanya Nayya, dia mulai tidak tenang. Ia menatap ke seluruh ruangan dengan penuh kecurigaan. Ruangan ini tampak biasa tapi enath kenapa bulu kuduknya meremang. “Ini adalah sebuah ruang hukuman. Aku pernah menggunakan ruangan ini untuk menghukum Adelia. Terbukti, setelah merasakan siksaan ruangan ini, Adelia tidak pernah lagi membantah omonganku. Dan ternyata setelah kembali pun, Adelia masih menurunkan sikap keras kepala dan tidak penurutnya kepadamu. Jadi kau harus merasakan ruangan ini juga,” jelas Riftan. Nayya menggeleng, ia punya firasat tidak baik dengan ruangan ini. ia harus membujuk Riftan agar mengganti hukumannya dengan hukuman yang lain. “Pak, apa Bapak tega meninggalkanku di ruangan ini sendiri dan mengurungku selama seminggu tanpa makanan? Aku bisa benar-benar mati, Pak. Kalau aku mati, lantas siapa yang akan memberikan Bapak darah?” ucap Nayya dengan polosnya. Ia juga sudah kehabisan akal untuk mencari ide bujukan yang sekiranya akan mempan untuk Riftan. Mendengar ucapan Nayya, Riftan tersenyum sembari menggeleng. “Siapa bilang kau akan tinggal sendiri? kau juga tidak akan kelaparan, kau bahkan akan mendapatkan nutrisi baik di sini. Jadi jangan khawatirkan itu?” ucap Riftan. Mata Nayya berbinar. “Jadi Bapak yang menemaniku di sini? Kalau begitu aku tidak akan menolak apapun. Selama bersama Bapak, mau kemanapun saya mau..” ucapnya dengan senang. Riftan hanya menghela nafas dalam mendengar celotehan Nayya. Gadis ini benar-benar menguji kesabarannya. Ingin rasanya ia lahap gadis polos ini. Ia begitu lugu dan juga keres kepala. Kita akan lihat, apakah setelah ini, ia masih bisa bertingkah seperti itu. “Aku tidak akan tinggal bersamamu, melainkan dia…” ucap Riftan sambil menunjuk ke sudut ruangan yang gelap. Karena cahaya lampu tidak menerangi bagian ruangan itu, mata Nayya hanya melihat samar-saman. Terlihat seperti kotak besi besar, atau sebuah kandang? Ah..kandang…?! Nayya menatap tempat itu, ia bahkan menghampiri tempat itu tanpa merasa ragu sedikitpun. “Apa kau yakin akan melihatnya lebih dekat? Menurutku kau tidak perlu terburu-buru seperti itu, karena dialah yang akan menemanimu selama sebulan penuh di kamar ini,” ucap Riftan. “Ah… Dia?! Apa maksud Bapak? Dia…dia siapa? Kenapa berada di tempat gelap seperti itu dan kenapa dia berada di tempat seperti itu?” Nayya mulai panik. “Tak…” Tiba-tiba lampu di bagian tempat itu menyala. Betapa terkejutnya Nayya saat melihat seekor serigala besar berwarna putih bersih sedang tertidur pulas di dalam sebuah kandang. “I..itu se..serigala?! serigala? Bapak jangan bercanda denganku seperti ini, ini benar-benar tidak lucu, Pak. aku tidak suka…” wajah Nayya pucat pasi. Ia langsung berlari ke arah pintu tapi tidak bisa membukanya. Nayya kemudian ia berlari ke arah Riftan. “Pak.. tolong, Bapak jangan terlalu kejam kepada saya. Bapak kan tahu kalau saya sangat takut dengan serigala. Kenapa Bapak menjadi kejam begini kepada saya? Lebih baik hisap darah saya saja sampai habis lalu kuburkan saya dengan baik. Aku mohon, jangan.. aku tidak mau berada di sini…” Nayya memohon. Ia bahkan sudah menangis. Karena berisik, serigala yang sedang tertidur itu bergerak dan mengeram. “Siapa yang sudah bersikap tidak sopan dengan mengganggu tidurku?” ucap serigala itu sambil menatap ke arah Nayya dan Riftan. Nayya semakin ketakutan, ia dengan cepat bersembunyi di balik punggung Riftan. Ia memegang erat pakaian Riftan. “Di..dia juga bisa bicara dengan suara wanita. Apakah serigala itu serigala betina?” gumannya sambil terus bersembunyi di balik punggung Riftan. “Ah.. tuan Riftan. Sudah sangat lama sejak anda mendatangi tempatku.” Sapa Serigala itu sambil berjalan keluar dari kandangnya. ‘Hah..?! di..dia bisa keluar dari kandangnya sendiri?!’ jerit Nayya dalam hati. Ia semakin ketakutan. jika Riftan benar-benar akan meninggalkannya di sini dengan serigala itu, maka ia benar-benar akan mati. “Kau mendapatkan tugas baru, Ganna. Aku harap kali ini pun kau bisa mengatasinya,” ucap Riftan. Nayya semakin panik. Riftan rupanya benar-benar akan menyerahkannya sebagai santapan untuk serigala itu. dasar pria kejam! “Oh, begitukah? Dengan senang hati tuanku,” sahut Ganna sang Serigala. Riftan meraih tangan Nayya untuk di perlihatkan kepada serigala itu, namun, Nayya sama sekali tidak mau bergerak di tempatnya. Ia bahkan duduk berjongkok memperkuat posisinya agar Riftan tidak bisa menarik tubuhnya dengan mudah. “Rupanya dia cukup pemalu, jadi kalian akan berkenalan setelah aku tinggal. Aku percayakan dia kepadamu,” ucap Riftan. Ia pun melangkah menuju pintu tanpa memperdulikan Nayya yang masih ikut di belaknganya. “Bapak, tolong. Kali ini saya benar-benar berjanji tidak akan berbuat hal yang menyusahkannya lagi. aku mohon…” Nayya menangis tersedu-sedu. “Tinggallah di sini dan renungkan semua perbuatanmu.” Hanya itu ucapan terakhir Riftan untuknya sebelum pria itu benar-benar menghilang. Nayya membeku di tempatnya, ia sama sekali tidak mau bergerak. Biarkan ia berdiri di sini saja sampai mati. Toh sebentar lagi juga dirinya akan menjadi satapan serigala itu. “Apa kau tidak merasa capek terus berdiri di sana?” Nayya tersentak, ia menoleh melihat serigala sudah berada di dalam kandang lagi. “Aku masih ingin melanjutkan tidur, kau juga tidur di ranjang saja. Sebenarnya itu adalah ranjangku, tapi aku lebih suka tidur di dalam kandang,” ucap serigala itu. “Apa? ia membiarkanku tidur di ranjang itu dan setelah aku lengah, dia akan langsung menerkamku,” ucapnya dalam hati. “Kalau itu maumu, aku dengan senat hati akan melakukannya.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD