Bandel

1166 Words
Riftan tidak peduli teriakan Nayya, ia terus membawa gadis itu menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Riftan meletakkan Nayya di atas tempat tidur. “Kau diam di situ, jangan kemana-mana, atau kau akan mendapat hukuman. Mengerti…?” ucap Riftan lalu meninggalkannya dan melangkah pergi. “Huh..! dasar vampir jahat…!” Nayya masih meneriaki Riftan yang sudah menghilang di balik pintu. Nayya berjalan mondar-mandir di kamarnya, ia sama sekali tidak bisa tenang. Bagaimana kondisi Sonia, ia ingin sekali mengetahuinya. Asyaq pun sampai sekarang tidak ada kabar. Apakah ia berhasil menangkap Reno atau tidak, ia belum mendapatkan informasi apa-apa. Ia tidak bisa terus-terusan di dera rasa khawatir seperti ini. Ia harus memastikannya sendiri. Nayya perlahan membuka pintu kamarnya diam-diam, berjalan mengendap menuju pintu keluar. Saat berada di luar, ia berpapasan dengan seorang penjaga. “Mau kemana Nona Nayya?” tanya penjaga itu. “Aku mau keluar sebentar, tuan Riftan memintaku mencari ranting kayu dari pohon cendana untuk keperluan obatnya. Aku harus bergegas, supaya hari tidak semakin sore. Obatnya tidak akan berpengaruh lagi jika diambilnya di sore hari. Sekarang biarkan aku pergi,” ucap Nayya beralasan. Untungnya penjaga itu mempercayai ucapan bohongnya itu sehingga tanpa berpikir dua kali, penjaga itu langsung memberikan jalan keluar untuk Nayya. “Aku harus cepat-cepat meninggalkan area ini. jangan sampai aku berpapasan dengan prang lain lagi,. atau lebih buruknya para serigala itu.” gumannya sambil terus berlari. Dari jauh Nayya melihat sebuah mobil melaju, ia pun berlari ketengah jalan untuk menyetop mobil itu. “Berhenti… !!” Nayya melompat-lompat di tengah jalan meminta mobil itu berhenti. Terdengar decikan ban mobil menggesek aspal karena rem. Seorang pria mengeluarkan kepalanya dari jendela pintu. Nayya dengan cepat menghampiri mobil itu. “Hei Nona, apa kau sudah kehilangan akal?” tanya pria itu. “Maafkan aku, Pak. aku terpaksa melakukannya. Aku tersesat dan ingin pulang. Tidak ada mobil atau kendaraan lain yang lewat di tempat ini, jadi saat melihat mobilmu, aku merasa mendapatkan pertolongan,” ucap Nayya. Pria itu terlihat berpikir sejenak. “Baiklah, ayo naik,” ucap pria itu. “Oh, terima kasih, Pak,” ucap Nayya. Tanpa ragu Nayya masuk ke dalam mobil orang asing itu, awalnya ia berpikir kalau di atas mobil akan hanya ada dirinya dan pemilik mobil tapi, tapi tidak di sangka, ada beberapa pria di dalam sana. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Nayya mulai tidak merasa nyaman dan kikuk berada di tengah-tengah beberapa pria. Namun, keinginan yang kuat untuk membantu Sonia membuat pikiran mawasnya sirna. Semakin lama, laju mobil itu semakin melambat. Nayya mulai gelisah. “Pak, kenapa laju mobil ini melambat? Aku ingin secepatnya tiba di tempat tujuan,” ucap Nayya. ‘Oh, maaf Nona, sepertinya bensinnya habis. jadi terpaksa kita harus berhenti dulu," jawab pria itu. Nayya terkejut. “Apa?! bensinnya habis? jangan bilang kalau kita akan menunggu lama di sini.” Nayya mulai takut. Barulah ia menyadari jika mungkin keputusannya yang nekat menyelinap keluar dari kamarnya dan ikut dengan beberapa pria sing ini adalah keputusan yang paling tidak bijak yang pernah ia lakukan. “Menyesal mengatakan ini, tapi sayangnya memang harus seperti itu. Tapi nona jangan khawatir, sebentar lagi teman saya akan datang membawa bensin. Nona tenang saja, ya," ucap pria itu. Nayya hanya mengangguk, meskipun hatinya masih cemas tapi ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti ucapan pria itu. Nayya membuka pintu mobil dan berniat turun, akan tetapi ia sangat terkejut saat salah satu dari beberapa pria itu menahannya untuk tidak turun. “Ah, Nona, saran saya jangan turun dari mobil,” ucap pria itu sambil menyeringai. “Tolong lepaskan tanganku, Aku ingin turun dan menunggu saja di luar. Aku merasa sesak dan tidak nyaman di dalam mobil,” respon Nayya. Namun, pria itu tidak melepaskan cekalan tangannya. Nura mulai panik, ia meronta berusaha lepas dari pria itu tapi semakin ia berontak, semakin kuat pegangan tangan pria itu. ia bahkan bisa merasakan pergelangan tangannya sakit sekali. “Lepaskan tanganku…! Kalau tidak aku akan berteriak,” ancam Nayya. Tiba-tiba semua pria yang ada di mobil itu sontak tertawa. Nayya semakin curiga dan takut. dalam hati ia merutuk ketidakberuntungan dan sikap keras kepala tidak mendengarkan peringatan Riftan. Dan lihatlah sekarang, ia malah masuk ke dalam lubang buaya. “Aku bilang lepaskan…!” Nayya mulai meninggikan suaranya. Tapi para pria itu hanya tertawa. “Nona, mana mungkin serigala melepaskan mangsa yang sudah berada dalam cengkeraman. Itu hal yang mustahil terjadi, ha..ha..ha…” ucap pria itu lalu tertawa, semua pria itu pun tertawa. Nayya meneteskan air mata, dia benar-benar bodoh dan tidak punya pikiran yang jernih. Dia menyesal tidak menghiraukan Riftan. “Tolong….! Tolong…!” Nayya berteriak sekuat tenaga berharap ada seseorang yang baik yang akan menolong ya dari situasi ini. Sementara itu, Reno berjalan ke arah Sonia yang sedang berdiri tidak jauh darinya. “Bantuan apa yang kau minta?” tanya Jelita. “Aku menginginkan sedikit darahmu,” ucap Reno sambil terus mendekat. Sonia yang terkejut mendengar permintaan tidak biasa dari Reno masih tetap berdiri membeku di tempatnya. “Da..darahku? kau mau apakan darahku?” tanya Sonia. “Aku ingin meminumnya sedikit saja,” jawan Reno dengan seringainya. Sonia terlonjak, apa yang dikatakan Reno? ingin meminum darahnya? Apa Reno sudah tidak waras? Kenapa ia ingin meminum darahnya? “Apa kau mau membagi darahmu sedikit saja karena aku merasa sangat haus sekarang,” ucap Reno lagi. “Ha? Apa ya g kau katakan itu Reno, Kalau haus ya minim air mineral, kenapa kau harus meminum darah?” ucap Sonia masih belum menyadari kalau dia berada dalam bencana besar. “Yah anggaplah aku seorag vampir. Aku hanya ingin meminum darahmu seteguk atau dua tegukan saja, aku berjanji,” ucap Reno. Reno kini sudah berada tepat di hadapan Sonia. “Kau tenang saja, ini tidak akan terasa sakit, sekarang tatap aku,” ucap Reno sambil menahan kepala Sonia agar tidak meronta nanti. Sonia hanya Menatap Reno yang mendekatkan bibirnya ke leher Sonia. “Krek…!!!” suara taring panjang Reno berhasil menembus kulit leher Sonia dengan sangat mudah. Akan tetapi baru Reno hendak mengisap darah Sonia, Reno melepaskan gigitannya lantaran merasakan hawa panas kembali membakar kepalanya. “Ahhhkkk….!” Teriaknya hingga tersungkur ke tanah. Sonia hanya terpaku melihat semua kejadian di luar nalar yang terjadi di hadapannya. Ia menyaksikan Reno menggelepar di atas tanah debgan seorang pria yang memegang kepala Reno yang berasap. “Ampun tuan, ampuuunnn…!” pekik Reno histeris, tidak kuasa menahan panas di kepalanya. “Aku sudah memperingatkanmu, agar tidak berurusan lagi dengan Nayya ataupun temannya. Tapi kau malah memilih di siksa seperti ini rupanya.” Asyaq belum melepas tangannya dari kepala Bima. “ Tidak…tidak aku bersumpah tidak akan menggangu mereka lain, aku mohon lepaskan aku,” pinta Reno menahan siksaan itu. “Baiklah, kau menang belum saatnya mati karena akan berguna,” ucap Asyaq. *** Sementara itu Nayya terus meminta tolong dan meronta ingin melepaskan dirinya dari pria-pria itu. jika ia tidak bisa lepas, berarti Nayya berada dalam masalah besar
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD