Meminta Tolong

1100 Words
“Kau…?!” Sonia berdiri dari duduknya dan menatap Reno dengan tajam. Reno tersenyum. “Kenapa berdiri, sini duduk di dekatku. Apa kau tersinggung dengan ucapanku? Aku minta maaf, ya,” ucap Reno. Sonia terkejut, kenapa Reno nisa kembali tiba-tiba berubah. “Kenapa? Kau tidak percaya kalau aku sungguh-sungguh menyesal dengan ucapanku padamu?” imbuh Reno, ia terlihat menyesal dan itu membuat Sonia merasa bingung. “Apa kau benar-benar menyesali ucapanmu? Aku memang tidak menyangka kau bisa berucap keterlaluan seperti tadi. Aku bahkan sempat berpikir kalau kau bukan Reno yang aku kenal. Baiklah kalau kau memang sudah mengakui kesalahanmu, aku juga akan memaafkan, ” ucap Sonia. Reno tersenyum. “Terima kasih, ya. Kau memang sahabat Nayya yang paling baik. Tapi aku butuh bantuanmu sekarang,” ucap Reno sambil menghampiri Sonia. Sementara itu, Nayya mulai cemas mencari sahabatnya Sonia yang ternyata tidak ada di mana-mana. Ia benar-benar khawatir Sonia akan bertemu Reno. “Asyaq, apakah kau bisa menggunakan kekauatanmu untuk melacak keberadaan Sonia?” tanya Nayya. “Saya tidak punya kuasa untuk menggunakan kekuatan itu Nona, yang memiliki kekuatan semacam itu hanya tuan Riftan.” Ucap Asyaq. “Jadi bagaimana sekarang, Aku sangat khawatir dengan Sonia. Bagaimana kalau Reno mencelakainya?” tanya Nayya gusar. Asyaq terdiam sejenak lalu memejamkan matanya. Setelah beberapa saat, ia membuka mata dan menatap Nayya. “Mereka sudah bertemu,” ucap Asyaq. “Apa?” Nayya sangat terkejut. “Aku merasakan keberadaan Vampir baru itu di sekitar sahabat Nona,” jelas Asyaq. “Di mana mereka, Asyaq tolong, selamatkan Sonia aku mohon,”pinta Nayya dengan mata berkaca-kaca. Asyaq kembali memejamkan matanya , lalu menatap Nayya. “Maaf Nona, tapi saya tidak bisa mengetahui keberadaan mereka. saya hanya bisa merasakan vampire itu ada di sekitar Sonia saat ini.” terang Asyaq. “Tidak, aku harus menemukan Sonia sekarang juga. antar aku menemui pak Dosen sekarang juga,”tuntut Nayya. Vampir baru cenderung lebih agresif mencari darah untuk melegakan rasa haus. Tubuh mereka yang masih berada dalam tahap transisi dari manusia ke vampire, mereka lebih sering merasa sangat kehausan dan belum mampu menahan diri dan mengontrol rasa haus itu. Sesampainya di kastil, Nayya langsung berlari masuk, ia sudah tahu letak ruangan Riftan, sehingga tanpa menunggu Asyaq, Nayya langsung berlari menuju ke ruangan Riftan. Riftan baru saja selesai mandi, handuk kecil yang melilit tubuhnya tampak membuat tubuh berotot itu begitu semakin menggoda. Ia sedang mencari pakaian yang hendak di pakainya saat pintu tiba-tiba terbuka. “Pak Dosen…” teriak Nayya memanggil Riftan. Riftan tentu saja terkejut melihat Nayya yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamarnya. “Hei, kenapa kau tiba-tiba masuk kemari? Apakah kau sama sekali tidak diajarkan etika saat ingin memasuki kamar seseorang? Apalagi kamar itu adalah milik seorang laki-laki?” tegur Riftan kesal. “Ah, maaf pak Dosen. Si..silakan pakai pakaiannya dulu kalau begitu, tapi aku mohon cepatlah.” Nayya masih berusaha menguasai diri. Wajah Nayya memerah, ia tidak menyangka akan melihat sosok Riftan seperti sekarang. Jantungnya berdebar-debar, ia segera membalik tubuhnya memunggungi Riftan yang sedang buru-buru memakai pakaiannya. “Sekarang kau bisa berbalik,” ucap Riftan. Dengan ragu, Nayya perlahan membalikkan butuhnya ke arah Riftan. “Aku benar-benar minta maaf, Pak. Aku tidak bermaksud untuk tidak sopan. Hanya saja sekarang aku benar-benar sangat membutuhkan bantuanmu,” ucap Nayya menatap dalam Riftan. “Bantuan? Bantuan apa? kau sudah dengan seenaknya masuk ke dalam kamarku tanpa izin, dan sekarang kau ingin aku membantumu, kau pikir kau siapa?” ucap Riftan. Pak tolong aku sekali ini saja, aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan ini lagi, Pak,” ucap Nayya sedih, ia sangat menyesal telah melakukan tindakan ceroboh dan memalukan itu. “Rupanya kau memang tidak berniat untuk mendengarkan ucapanku. Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak seenaknya berkeliaran di kastil ini dan tetap berada di kamar setelah pulang, tapi kau sama sekali tidak mempedulikan hal itu.” Riftan masih mengoceh. “Pak, kalau mau marah aku akan menerimanya , bahkan jika kau ingin menghukumku aku akan terima. Tapi tolong kali ini dengarkan aku dulu. Reno sudah kemnjadi Vampir dan sahabatku Sonia ada dalam bahaya. Kata Asyaq, Sonia ada di sekitar Reno, aku takut Reno akan mencelakai Sonia. jadi aku mohon padamu, pak selamatkan sahabatku. Tolong beritahu sahabatku ada di mana sekarang,” ucap Nayya dengan mata berkaca-kaca. “Reno, pria yang menjadi kekasihmu itu, menjadi Vampir?” tanya Riftan sedikit terkejut. Ia tidak menyangka di Zaman sekarang ada manusia berubah menjadi vampir. Jika hal itu benar, maka ada salah satu vampire yang menyalahi aturan. Ini tidak boleh di biarkan. “Asyaq, kemarilah,” panggil Riftan. Asyaq masuk dan membungkuk hormat. “Apa benar yang dikatakan Nayya?” tanya Riftan. “Iya tuan, saya juga baru tadi melihat itu. Vampir baru itu bahkan tidak berhenti menggangu Nayya.” Jawab Asyaq. Riftan kembali terdiam, ia lalu menatap Nayya. “Jangan diam begitu saja Tuan, aku mohon lakukan sesuatu untuk menyelamatkan sahabatku,” ucap Nayya kembali mengingatkan Riftan. Mendengar ucapan Nayya, Riftan menoleh ke arah Asyaq. “Kau bereskan saja vampire baru itu dan cari tahu siapa yang melakukan pelanggaran semacam itu,” perintah Riftan. Asyaq mengangguk, ia kemudian melangkah ke hadapan Riftan dan membungkukkan kepalanya. Riftan menyentuh kepala Asyaq, tiba-tiba sinar biru keluar dan menyelimuti kepala Asyaq. Setelah beberapa lama, sinar itu pun lenyap. “Pergilah dan tangkap Reno. ia tidak bisa di biarkan berkeliaran dan mencari mangsa seenaknya,” ucap Riftan. Ia terlihat memikirkan sesuatu. Asyaq membungkuk hormat lalu melangkah keluar, Nayya juga berniat untuk meninggalkan tempat itu dan mengikuti Asyaq tapi suara Riftan menahan langkahnya. “Kau mau kemana?” Nayya menoleh. “Aku mau ikut bersama Asyaq.” Jawab Nayya. “Sebaiknya kau diam di kamarmu saja, sangat berbahaya jika kau juga pergi,” ucap Riftan. “Tapi aku ingin menolong sahabatku, aku tahu ia akan sangat ketakutan. Ia membutuhkan diriku sekarang,” jelas Nayya berharap Riftan memberinya izin untuk ikut. “Tidak perlu, Asyaq sudah menanganinya. Kau jangan khawatir. Sekarang kembalilah ke kamarmu,” “Tidak! Aku tetap akan menemui sahabatku. Kau tidak bisa melarang atau menahanku. Lagipula, sebenarnya hari ini kuliahku belum selesai, aku pulang karena ingin minta bantuanmu. Jadi jangan cegah aku untuk kembali ke kampus.” Nayya bersikeras, dengan cepat ia melangkah keluar dan menyusul Asyaq. “Dasar gadis keras kepala, dia benar-benar membuatku pusing,” gerutu Riftan lalu mengejar Nayya. “Nayya sangat terkejut saat tangannya di pegang oleh tangan kekar Riftan. Bukan hanya itu, Kini tubuhnya pun sudah berada di pundak Riftan. “Hei, apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku dasar vampire m***m. Turunkan aku sekarang juga, hei..tanganmu menyentuh sembarangan. Hei..!!” Nayya berteriak histeris saat Riftan membawanya kembali ke kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD