Persiapan Tempur

1071 Words
Putri Adora tampak duduk sambil menatap taman indah di loteng kamarnya, pintu diketuk dan seorang pelayan masuk membawa makanan di troli. Pelayan itu menyiapkan semua makanan di atas meja lalu menghampiri putri Adora. “Makanan sudah siap tuan putri,” ucap pelayan itu. Putri Adora menoleh, matanya menatap ke arah makanan dan tersenyum. “Iya, terima kasih, simpan saja di sana. Kau boleh pergi,” ucapnya kepada sang pelayan. Setelah pelayan itu pergi, putri Adora kembali menatap jendela. Sudah beberapa hari ini ia tidak melihat Asoka, hatinya sudah gelisah dan tidak tenang. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ia tidak boleh keluar dari gedung timur sedangkan ia tidak tahu di mana Asoka berada. Kamar yang pernah Asoka tempati saat menjadi pengawalnya tertutup rapat. Bahkan aroma Asoka pun ia tidak pernah cium lagi. Ia merasa gelisah dan tidak tenang. Ia ingin melihat Asoka, menatap wajahnya yang hampir jarang berekspresi itu. Ia tidak mengerti kenapa ketidakberadaan Asoka sangat mengusik jiwanya. Tubuhnya terasa kosong tak berjiwa, ia benar benar tidak bisa menahannya lebih lama lagi untuk bertemu Asoka. Putri Adora beranjak dari tempatnya dan membuka pintu. Ia sama sekali tidak melirik makanan yang sudah tersedia di atas meja, melangkah keluar meninggalkan kamarnya. Hatinya yang gelisah menuntunnya untuk berjalan mencari keberadaan Asoka. “Sekali saja, aku mohon. Aku hanya butuh sekali saja melihatnya. Tuan Asoka kenapa kau kejam sekali padaku? kenapa kau tidak pernah muncul di harapanku walau hanya sebentar saja? kau tidak tahu betapa aku sangat tersiksa tanpa melihatmu? Sebenarnya sihir apa yang kau sematkan padaku sehingga aku tidak bisa jika tidak melihatmu?!” putri Adora terus berguman sambil berjalan keluar dari bangunan itu. Langkahnya terhenti saat melihat pria tinggi berdiri tegap tidak jauh dari hadapannya, ternyata ia adalah pengawal barunya, Kudra. Kudra adalah pengawal pilihan Riftan sebagai pengganti Asoka. Ia yang selalu menemani putri Adora saat keluar kamar tanpa sekalipun membiarkannya sendiri. Kudra adalah pria tampan yang baik dan sangat menjaga batasannya, ia juga salah satu vampir kepercayaan Riftan yang ilmunya tidak bisa dianggap sepele. Tingkat kemampuannya hampir bisa disetarakan dengan Asyaq meskipun ia masih menyegani Asyaq sebagai atasan. Ia sama sekali tidak pernah mendekati putri Adora lebih dari 1 meter, terkadang ia hanya mengikutinya tanpa ketahuan oleh putri Adora, ia berusaha untuk membuat putri Adora nyaman karena itulah perintah Asoka kepadanya. Ia juga sangat perhatian terhadap putri Adora. Meskipun putri Adora tidak memiliki keluhan apapun terhadapnya, tetap saja putri Adora menginginkan Asoka kembali menjadi pengawaknya, bukan Kudra atau orang lain. “Kudra…” sapa putri Adora. Kudra melangkah menuju ke arahnya. “Tuan putri mau keluar?” tanya Kudra dengan senyumnya yang cukup menawan. Putri Adora menghela nafas dalam dan menatapnya dengan tatapan hampa. Kudra bisa melihat kegelisahan disorot mata putri Adora. “Kalau tuan putri mau pergi ke suatu tempat, silakan saja. Aku siap menemani kemanapun,” ucapnya dengan wajah riang. “Kudra, apa kau bisa membantuku?” ucap putri Adora. “Hmm, membantu apa itu tuan putri?” tanya Kudra penasaran. “Aku ingin sekali melihat tuan Asoka,” ucap putri Adora. Kening Kudra sedikit berkerut, ada semburat muram di wajahnya saat putri Adora mengucap nama Asoka, tapi dengan cepat ia menutupinya dengan senyuman. “Tuan Asoka? Tapi kan putri tidak boleh berte…” “Aku tahu, karena itulah aku meminta bantuanmu. Sebentar saja, aku sangat ingin melihatnya. Hatiku tidak bisa tenang kalau terus seperti ini,” ucap putri Adora. Kudra tampak berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Hari ini, jadwal tuan Asoka mengawasi latihan tempur para vampir di tengah hutan. Tepatnya setelah pertengahan malam. Tuan putri bisa melihatnya, tapi hanya sebentar saja. Karena kalau ketahuan, bukan hanya aku, tuan putri akan mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi,” ucap Kudra. Wajah murung putri Adora seketika berubah ceria. Senyumnya yang sangat indah di pandang terbit membuat Kudra terhenyak menatapnya. Sungguh wanita yang cantik luar biasa. “Terima kasih, terima kasih banyak Kudra. Iya, aku berjanji, aku hanya akan melihatnya sebentar saja lalu kita pergi. Kita tidak akan ketahuan,” ucap putri Adora sambil memegang tangan Kudra saking senangnya. “I..iya tuan putri, aku akan mengajakmu malam ini, tenang saja.” Wajah Kudra merona mendapatkan sentuhan dari putri Adora Tangan putri Adora yang sangat halus dan kecil menyentuh tangannya yang besar dan kasar, hatinya bergetar. Putri Adora mengangguk lalu berbalik dan meninggalkannya. Kudra masih menatap punggung putri Adora sampai ia lenyap dari pandangan matanya. Sementara itu, Asoka terlihat melompat ke arah pohon besar, ia duduk di atas dahan besar dan menatap ke bawah. Semua persiapan untuk latihan sudah lengkap, sebentar lagi setiap prajurit akan berlatih kekuatan yang sudah di terima dari Riftan untuk diuji coba. Ada sekitar seratus lima puluh prajurit akan menguji kemampuan mereka di lapangan yang luas itu. Asoka di beri tanggung jawab untuk mempersiapkan semuanya oleh Riftan. Sejak beberapa hari ini, ia hampir tidak pernah beristirahat. Riftan yang terus menerus mengeluarkan cahaya biru untuk di masukkan ke dalam tubuh masing-masing prajurit membutuhkan perhatian lebih. Karena kekuatannya terus ia keluarkan, otomatis tubuhnya akan melemah. Untungnya darah Nayya selalu siap untuknya. Hanya saja, Nayya mulai terlihat lemas dengan wajah pucat karena terus menerus mengeluarkan darah untuk kebutuhan Riftan. Sehingga, Asoka benar-benar sangat disibukkan untuk merawat sepasang jiwa itu sampai pulih. Karena itulah beberapa hari ini, Asoka benar-benar tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Terkadang ia merasa sesak di bagian d**a karena perasaan rindunya yang membuncah kepada putri Adora, tapi ia mengabaikannya karena kesibukan yang menumpuk. Tapi saat ini, semua sudah selesai. Tinggal pengawasan prajurit yang berlatih, baru setelah itu ia berniat untuk mengunjungi putri Adora dan menyembuhkan sesaknya walau hanya sebentar rsaja menatapnya. Asoka tahu kalau putri Adora sama tersiksanya dengan dirinya, ia bisa merasakan kegelisahan pasangan jiwanya itu di manapun ia berada. Tapi sekuat tenaga ia menekan semua perasaannya. Ia harus bersabar sebentar lagi. Tepat setelah pertengahan malam, satu persatu prajurit berkumpul di tengah lapangan. Asoka hanya mengawasi mereka di atas dahan pohon besar. Seorang panglima prajurit memberi arahan kepada mereka. Latihan itu dilakukan bergantian. Setiap sepuluh orang prajurit akan maju ke depan dan mencoba kekuatan mereka menghancurkan bongkahan batu yang mengandung logam titanium. Jika mereka berhasil menghancurkan batu itu dengan sekali serangan, maka akan dinyatakan berhasil dan siap untuk bertempur. Asoka memperhatikan dengan seksama setiap gerakan para prajuritnya. Panglima kepercayaannya memang selalu membuatnya bangga. Prajurit kepercayaannya dan Riftan yang mereka pilih khusus untuk mengabdi. Mengangkatnya sebagai panglima tertinggi yang disegani oleh semua prajurit, panglima itu pun selalu membuktikan pengabdiannya dengan baik. Asoka tersenyum karena semuanya berjalan sesuai rencana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD