Menyusup

1129 Words
Asoka langsung berbalik dan benar saja, ia melihat putri Adora sedang berdiri sambil tersenyum ke arahnya. “Putri Adora?!” hati Riftan merasa sangat bahagia melihat wanita yang ia cintai berdiri di depan matanya. Melangkah ke arahnya dan memeluknya. “Aku sangat merindukanmu, tuan Asoka,”ucap putri Adora. Asoka terdiam membeku, pikirannya kosong. Yang ada di mata dan benaknya sekarang hanya wanita yang ada di hadapannya ini. Baru setelah Ia sadar jika putri Adora benar-benar memeluknya, ia membalas pelukan wanita itu dengan sangat erat. Lama mereka berpelukan sampai keduanya melepas kehangatan itu. Asoka menatap putri Adora dengan tatapan dalam. “Kenapa kau datang ke mari? Sudah aku katakan kalau kau lebih baik tinggal di dalam istana dan hidup bahagia di sana,”ucap Asoka. “Tidak, tuan Asoka, aku tidak bisa hidup tenang di sana. Aku selalu memikirkanmu, aku bahkan tidak pernah tidur dengan nyenyak sejak di istana. Jadinya aku datang ke mari karena sudah tidak bisa menahan diri lagi,” ucap putri Adora dengan tatapan mata yang berkaca-kaca. Mendengar pengakuan itu, Asoka mengelus rambut hitam panjang putri Adora dan tersenyum. “Gadis bodoh, kau akan menyusahkan dirimu sendiri jika datang ke mari,” ujarnya. “Aku tidak akan menyesalinya selama aku bisa melihat dan bersamamu,” balas putri Adora “Maaf, tapi aku tidak punya banyak waktu, kita bicarakan ini nanti saja. Situasi sedang genting sekarang, kau ke kamar saja dan tunggu aku di sana. Mengerti?” ucap Asoka. “Tidak tuan Asoka, aku ingin membantumu. Biarkan aku pergi bersamamu untuk melawan Gonzales, aku juga punya dendam kepadanya. Aku ingin menghajar vampir itu dengan tanganku sendiri,” ucap putri Adora dengan berapi-api. Asoka terdiam dan menatap putri Adora. “Apa kau yakin?” tanya Asoka. “Iya,” jawab putri dengan penuh keyakinan. “Baiklah, kalau begitu kau bisa ikut denganku. Tapi ingat, jangan sekali-sekali melakukan hal tanpa izinku, mengerti?” ucap Asoka mulai menerapkan batasan bertindak untuk putri Adora mengingat putri itu cukup keras kepala. “Iya, aku berjanji,” ucap putri Adora. Keduanya pun meninggalkan kastil, membiarkan para prajurit tergeletak di lantai. Sementara itu, Riftan terlihat sudah berada di perbatasan wilayah kekuasaan Gonzales. Hutan ini merupakan tempat tinggal para binatang peliharaannya. Terlebih para singa kesayangannya. Singa-singa yang merupakan sumber energi bagi para prajuritnya. Para vampir akan jauh lebih kuat saat meminum darah singa, kekuatan dan emosi akan stabil dan semakin membara saat bertempur jika dibandingkan dengan hanya meminum darah hewan biasa. Anehnya, tempat ini sepertinya kosong. Jika biasanya Riftan mencium darah hewan buas menyebar di seluruh tempat, kali ini ia sama sekali tidak mencium aroma apa-apa. Ke mana para binatang itu? Ia pun melompat ke dalam dan hinggap di atas dahan sebuah pohon besar, memantau pergerakan dan hal-hal yang mencurigakan. Tapi Riftan sama sekali tidak melihat adanya seekor singa di manapun. Sambil terus mengamati sekitar, Riftan melompat dan mencari jalan untuk masuk ke tempat Gonzales. Tapi pada saat ia hendak melompat ke arah sebuah pohon, tiba-tiba ada beberapa ekor gagak yang terbang di sekelilingnya sambil mengeluarkan suara. Riftan menatap gagak-gagak itu, mata mereka merah. Itu berarti mereka adalah gagak Zombi. Ternyata Gonzales sudah mempersiapkan pasukannya sejauh ini, bahkan menciptakan gagak Zombi yang agresif. Ada sekitar sepuluh gagak terbang di atas kepala Riftan dan siap menyerang. Salah satu gagak itu terbang ke arah Riftan dan berusaha melukainya. Tapi Riftan berhasil menghindar. Detik selanjutnya gagak yang lain pun menyerbu. Ini tidak bisa di biarkan, Riftan pun melompat dan melayang menghindari mereka. Kecepatan terbang gagak-gagak itu berkali-kali lebih gesit dari gagak biasa. Itu karena kekuatan mereka juga sudah bermutasi seperti butuh mereka. Gagak-gagak itu dengan agresif menyerbu Riftan, berusaha mematuknya, ini benar-benar sangat merepotkan karena gagak-gagak itu tahan dari sakit. Berulang kali Riftan menghempaskan tubuh gagak itu ke tanah tapi mereka masih bisa bangkit dan terbang kembali menyerangnya, begitu seterusnya. Akhirnya Riftan tidak punya pilihan lain. Ia pun mengarahkan telapak tangannya pada gagak-gagak itu sehingga dengan sekejap burung mutasi itu terkapar dan berjatuhan ke tanah sebelum menjadi abu. Riftan menghela nafas lega, ia berpikir sejenak. Gonzales mempersiapkan gagak zombi yang bisa menyebabkan infeksi parah terhadap korbannya, ini bisa menjadi masalah untuk para prajuritnya nanti. Ia harus membereskan keberadaan mereka. Ia pun mengirim telepati kepada kedua sahabatnya agar bersiap menghadapi lawan yang tidak disangka. Entah apa lagi yang akan ia temui setelah ini. Riftan kembali melompat dan melayang semakin jauh ke dalam hutan. Ia menggunakan ilmu transparan sehingga tidak ada yang bisa mengetahui keberadaannya. Semakin ia jauh memasuki kawasan hutan, semakin ia merasakan keberadaan Nayya di tempat itu. Akhirnya dari jauh sebuah bangunan besar terlihat, ia pun dengan cepat melayang menuju tempat tersebut. Tapi ia cukup terkejut, di sekeliling bangunan besar itu dikelilingi oleh singa-singa. Rupanya binatang-binatang itu berkumpul dan berjaga di sini. Saat ia mengangkat kepalanya dan menatap sekeliling bangunan besar itu, dengan penglihatan matanya yang tajam, ia melihat ada ribuan gagak bermata merah yang bertengger di atas dahan pohon. Rupanya tempat ini benar-benar sudah di persiapkan untuk serangan. Untung Riftan tidak bisa terlihat sehingga ia bisa melangkah tanpa ada gangguan. Ia menatap sekeliling sebelum melangkah lebih dekat lagi, ia kembali mengamati burung berbahaya itu, ia harus melakukan sesuatu. Riftan melompat naik ke atas pohon yang sedikit jauh dari tempat gagak-gagak itu berada. Duduk bersila di sebuah dahan besar. Tangannya disatukan di dapan d**a. Saat membuka mata, warna kornea mata Riftan sudah berubah menjadi merah. Ia berdiri dan melompat tinggi ke udara. Lalu mengarahkan sinar biru ke sekeliling pohon itu, menyebabkan kebakaran besar dan menjatuhkan ribuan burung-burung itu ke tanah. Keributan pun terjadi, para singa yang berjaga di sekitar tempat itu lari berhamburan dengan suara auman yang keras. Tentu saja membuat orang-orang yang ada di dalam bangunan besar itu keluar untuk melihat situasi. Salah satu prajurit masuk ke dalam untuk melaporkan kejadian di luar. Gonzales sedang duduk bersemedi saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. “Masuklah…” ucapnya. Pintu terbuka dan seorang prajurit masuk. “Maaf tuan Gonzales, para singa mengaum dan burung-burung gagak habis terbakar,” ucapnya memberikan laporan. “Hmm, baiklah. Kau keluar lah,” respon Gonzales dengan santai. Ia membuka mata dan tersenyum. “Rupanya kalian tidak bisa sedikit lebih sabar, gagak-gagak yang malang. Tapi kalian memang hanya bertugas untuk menghalau musuh saja, dan tugas kalian sudah selesai,” ucap Gonzales sambil mengelus kepala gagak yang sudah diawetkan sambil menyeringai. Ia melirik ke arah sebuah pintu yang tertutup, dan tersenyum. Sedangkan Riftan yang sudah membuat keributan di luar, bisa dengan mudah masuk ke dalam dan mencari keberadaan Nayya. Ia semakin bisa merasakan keberadaan Nayya di tempat itu. Ia lalu mengendap pelan menuju tempat di mana ia bisa merasakan keberadaan Nayya. Tapi saat hendak melangkah ke ruangan yang ia tuju. Tiba-tiba ia merasakan tekanan udara yang sedikit berbeda dari arah belaknganya. Dengan cepat ia memiringkan tubuhnya ke samping dan berbalik. Benar saja, sebuah tendangan mengarah kepadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD