Kecelakaan

1069 Words
Kudra menoleh ke sana ke mari mencari keberadaan putri Adora, tapi setelah berjalan di sekitar, ia tetap tidak bisa menemukan keberadaannya. Celakanya, putri Adora telah menggunakan mantera penghilang jejak pemberiannya sendiri agar Asoka tidak bisa mencium bau putri Adora. Tidak disangka, hal itu juga yang membuatnya kesulitan menemukan putri Adora sekarang. “Sepertinya putri Adora tidak ada di sekira sini. Bagaimana ini? Padahal aku sudah memintanya untuk menunggu di sini saja sampai aku datang. Di luar sana sangat berbahaya, bagiamana kalau ia tersesat dan ketahuan oleh tuan Asoka. Ini akan menjadi masalah besar,” guman Kudra sambil terus mencari putri Adora. Putri Adora melompat perlahan sambil berusaha menahan hawa panas yang semakin lama semakin menyengat. “Duh, kenapa aku jadi nekat seperti ini? Di sini sangat panas. Aku harus ke mana agar bisa terlepas dari panas ini? ah, aku sebaiknya terus mendekat saja, agar bisa bertemu dengan tuan Asoka. Aku ingin sekali melihatnya sebentar lalu pulang,” gumannya sambil terus berjalan dengan pelan. Sementara itu, Asoka masih terlihat berada di atas pohon sambil bersandar. Ia mengayunkan kakinya dengan santai sambil menatap para prajuritnya berlatih. Tinggal satu kali putaran lagi sebelum sesi latihan berakhir. Asoka sudah merasa puas dengan hasil yang terlihat. Meskipun ada beberapa diantara mereka yang masih harus latihan rutin sampai mereka benar-benar siap menggunakan kekuatan yang mereka miliki. Kesepuluh prajurit terakhir sudah siap dengan latihan, Asoka sudah tidak terlalu memperhatikan lagi karena ia yakin jika kali ini pun mereka akan berhasil. “Semuanya sudah siap?” seru sang panglima penuh semangat. “Siap, panglima…!!” jawab para prajurit itu tak kalah semangatnya. “Bagus, jangan mau kalah dengan yang lain. Ini adalah putaran terkahir. Tunjukkan kemampuan terbaik kalian seperti yang lain! sekarang mulai…!!” Para prajurit itu pun serentak melakukan gerakan secara bersamaan, cahaya biru keluar dari telapak tangan mereka. Akan tetapi ada satu prajurit yang entah kenapa tangannya sedikit bergetar, cahaya biru keluar dari tangannya terlihat berbeda dari yang lain, cahaya biru miliknya sedikit berwarna kuning, cahayanya berbeda. Tubuhnya sampai bergetar menahan kekuatan yang terpancar. Panglima yang melihat itu tampak sedikit terkejut, tapi ia hanya menatap dengan seksama. sambil bersiap kalau-kalau terjadi sesuatu. Semua batu berhamburan bagai debu yang beterbangan tertiup angina, kesembilan prajurit itu kembali ke formasi awal, cahaya biru sudah lenyap. Akan tetapi cahaya biru kekuningan yang berasal dari salah satu prajurit tadi tidak kunjung padam. Prajurit itu terus mengeluarkan cahaya dari telapak tangannya. “Hei, hentikan segera kekuatanmu…!” teriak sang panglima merasa ada yang tidak beres. “Maaf panglima, tapi saya tidak sengaja melakukannya. Cahaya ini di luar kendali saya…! Jawab sang prajurit sambil berusaha mempertahankan posisinya. Semua orang mulai kebingungan, panglima juga terlihat berpikir keras untuk menghentikan cahaya biru itu. Ia lalu mengeluarkan cahaya biru yang ia miliki untuk menghalau dan menekan cahaya itu agar kembali masuk ke dalam tubuh prajurit itu. Tapi, beberapa kali mencoba, panglima sepertinya tidak bisa menanganinya. Ia lalu menatap sekeliling mencari keberadaan Asoka. “Tuan Asoka…!!!” teriaknya dengan lantang. Asoka yang kebetulan tidak menyadari kejadian itu karena ketiduran tersentak kaget saat mendengar namanya di panggil. “Tuan Asoka kami butuh bantuanmu…!!” seru sang panglima lagi. Asoka langsung melompat turun dari pohon dan menghampiri prajurit yang tampak sudah mulai kehilangan tenaga. Tapi, baru saja ia hendak mengeluarkan kekuatannya , prajurit itu tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk dengan cahaya masih memancar dari tangannya. Tak ayal, sinar itu berputar ke segala arah dan menimbulkan kebakaran di mana-mana. Semua orang panik dan berhamburan menyelamatkan diri. Asoka berusaha mengentikan reaksi cahaya itu dengan kekuatan manteranya , namun tiba-tiba sebuah teriakan terdengar. “Akhhh….!!!’ Dada Asoka seketika terasa sangat sakit, bagai ribuan tombak tertusuk ke dalam jantungnya. Asoka sampai jatuh tersungkur menahan sakit itu. Seiring dengan menghilannya suara itu, ia mencium bau putri Adora. Ia tersentak, dengan wajah pucat pasi. “Tidak mungkin…!” ucapnya. Cahaya biru itu seketika menghilang. Asoka berlari ke arah bau putri Adora yang tidak kau dari tempatnya, sambil berharap jika perasaanya itu salah. Ia benar-benar berharap apa yang ia pikirkan tidak terjadi. Sampai ia melihat seorang perempuan yang terkulai lemas di tanah degan nafas yang tersengal lemah. “Putri Adora….!” pekiknya syok. Asoka berlari menghampiri putri Adora yang juga menatapnya dengan senyum manis di bibirnya. “Putri…a…apa yang kau lakukan di sini? kenapa kau sampai berada di sini. tidak… ini tidak mungkin…! rintih Asoka dengan wajah yang memerah menahan segala emosinya. “Tu..tuan Asoka… tuan… akhirnya a…aku bisa melihatmu…” Mata putri Adora tertutup rapat dengan tubuh yang lemas. “Putri Adora… put…” Kudra tidak kalah syoknya melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Ini sangat gawat, sudah dipastikan riwayatnya akan tamat. Asoka mengangkat kepalanya dan menatap Kudra dengan tatapan yang sudah bisa dipastikan penuh dengan amarah membara. Kudra hanya bisa menelan liurnya tegang. Ia benar-benar berada dalam masalah serius sekarang. Asyaq yang baru menyadari kejadian menggemparkan yang baru saja terjadi berlari menghampiri mereka. “Asoka, kendalikan dirimu dan bawa putri Adora ke kastil. Dia sangat membutuhkan perawatan sekarang. Aku yang akan mengurus si k*****t ini,” ucap Asyaq mengingatkan. Dengan tubuh yang bergetar menahan kesedihan dan emosi yang bercampur, Asoka bangkit dan membawa tubuh lemas putri Adora lalu pergi meninggalkan tempat itu. Semua prajurit sudah kembali ke tempat mereka masing-masing. Panglima terlihat masih melakukan pemeriksaan kepada prajurit yang yang menyebabkan kecelakaan itu. Setelah beberapa lamanya, panglima menemukan jawabannya. Ternyata tubuh prajurit itu menyerap cahaya biru secara berlebihan sehingga kekuatan yang ia miliki juga besar, tapi tubuhnya tidak bisa menampung kekuatan itu, sehingga pada saat cahaya biru keluar, semua energi terkuras bersamaan dengan keluarnya cahaya. Sementara itu, Kudra masih tertunduk dengan penuh rasa bersalah. Ia sudah siap menerima hukuman mati sekalipun dari Asoka. Ini memang salahnya yang tidak becus menjalankan tugas sebagai pengawal putri Adora. “Ikut aku…!” ucap Asyaq lalu. cahaya hijau keluar dari tangan Asyaq dan melingkar dan menyatukan kedua pergelangan tangan Kudra. Dengan tangan terikat, Kudra melangkah mengikuti Asyaq yang sudah melangkah di depannya. Semetara itu, Asoka terus membawa terbang tubuh putri Adora sambil mengucapkan beberapa mantera. Ia pun sampai ke kastil bangunan timur tempat putri Adora, membuka pintu kamar dan masuk ke dalamnya. Asoka meletakkan tubuh putri Adora, lalu sibuk melakukan sesuatu sebelum kembali duduk di hadapan putri Adora yang terbaring tidak sadarkan diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD