Ketidakberdayaan

1102 Words
Nayya mulai menangis, tubuhnya gemetar ketakutan, ia tidak mau berada di sini. Ia ingin pulang tapi tidak ada yang bisa menolongnya. “Riftan, katanya kau bisa langsung mengetahui keberadaanku. Tapi kenapa sampai sekarang kau belum datang?” air mata Nayya semakin mengalir. Ia benar-benar takut berada di ketinggian dan sendirian di dalam hutan yang penuh dengan binatang buas. Putri Adora juga sampai sekarang belum muncul? Apa ia sengaja meninggalkannya di sini? Seharusnya ia menolak saja ajakannya dan tetap tinggal di kamar. Seharusnya memang seperti itu, tapi karena reaksi Riftan yang sepertinya sangat mempercayai putri Adora, ia pun mempercayai putri itu sepenuhnya. Ia menjadi lupa kata hati sendiri dan lebih mempercayai orang lain. Sepertinya sekarang tidak ada lagi yang bisa ia percayai selain dirinya sendiri. orang yang selama ini ia anggap bisa melindunginya apa pun yang terjadi, ternyata tidak bisa melakukan apa-apa. Yang dikatakan dan dijanjikan Riftan itu semuanya itu hanyalah sebuah omong kosong yang tidak terbukti. Sungguh ia benar-benar putus asa sekarang. Di tengah-tengah rasa takutnya, tiba sebuah bayangan berkelebat dan menghampirinya. “Asyaq…?” ucapnya sedikit merasa lega. Sosok itu mendekat dan menemukan penutup kepalanya dan menyeringai ke arah Nayya. “Ah…!!” Sementara itu, Riftan terus mencari sinyal biru yang Nayya miliki yang semakin lama semakin meredup. Ia tidak mengerti kenapa sinar itu bisa meredup dan sama sekali tidak bisa terdeteksi. Apa sinyal birunya juga bisa termakan oleh sihir penghilang jejak? kalau begitu ini bisa sangat gawat. Semenjak ia sudah memberi tanda kepemilikan kepada Nayya, ia sudah tidak merasa khawatir lagi meskipun ia bersama putri Adora, tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi. “Kau sudah menemukan Nayya?” Riftan mengirim telepati kepada Asyaq. “Belum, Tuan. Saya masih sementara mencarinya.” Asyaq membalas telepatinya. Riftan semaki frustrasi, ia terus mencoba fokus mengirim sinyal berharap sinar biru yang redup itu bisa menangkapnya sehingga ia bisa menemukan keberadaan Nayya. “Hah… apa yang harus aku lakukan?” gumannya gusar. *** Asoka sudah mengetahui jika Putri Adora hilang, sementara Riftan dan Asyaq belum bisa menemukan keberadaan mereka. Ia juga mengalami hal yang sama, entah kenapa sinyal yang terhubung ke tubuh putri Adora tiba-tiba terputus. Para prajurit pun sudah menyebar untuk mencari keberadaan mereka. Ia tidak bisa mendeteksi keberadaan putri Adora. Ia sudah berusaha mengirim sinyal kepada putri Adora tapi selalu gagal. “Hah, bagaimana ini? aku tahu kalau putri Adora bisa saja mencelakai Nayya tapi aku sama sekali tidak sampai berpikir putri itu akan melakukannya sampai sejauh ini. Tapi semoga saja firasat ku ini salah. Tunggu sebentar…” gumannya Asoka sambil memikirkan sesuatu. Ia kemudian mengingat-ingat sekiranya di mana putri Adora akan membawa Nayya pergi. “Oh, jangan-jangan…” “Riftan aku rasa aku tahu ke mana putri Adora membawa Nayya,” ucap Asoka di telepatinya kepada Riftan. “Di mana?! Cepat katakan…!!” teriak Riftan tidak sabar. Asoka sampai mengernyitkan dahinya. Karena kepalanya seakan menggema penuh dengan suara Riftan saja. Tapi wajar jika Riftan bereaksi seperti itu, sekang pun Asoka sendiri sudah sangat frustrasi memikirkan keberadaan putri Adora dan Nayya. “Kemungkinan mereka ada di hutan kawasan wilayah Gonzales,” ucap Asoka menjelaskan. “Apa?! tapi bagaimana itu mungkin? tanya Riftan. “Aku yakin putri membawa Nayya ke sana untuk berburu singa, kau tahu kan singa-singa di kawasan itu banyak sekali. Jadi kemungkinan besar mereka ada di sana dan kehilangan sinyal penghubung mereka karena kawasan itu sudah di lindungi dengan sihir penghilang jejak. Aku tahu karena pernah menemukan putri Adora membunuh sekor singa betina di kawasan itu,” jelas Asoka. “Kalau Begitu, ini sudah benar-benar gawat. Gonzales kemungkinan besar sudah menangkap mereka. Kita tidak bisa pergi begitu saja ke sana dan menyerangnya tanpa perhitungan. Jika memang dugaanmu benar, berarti Nayya tidak akan kembali sampai besok malam. Kita harus segera mempersiapkan serangan,” ucap Riftan. “Tapi bagiamana kalau Gonzales meminum darah Nayya? Ia akan semakin kuat, Riftan,” ucap Asoka khawatir. “Gonzales mungkin akan melakukan berbagai cara untuk meminum darah Nayya tapi ia tidak aan menemukan darah bagian mana yang bisa memunculkan kekuatannya. Aku sudah menyegel dan membuat darah Nayya hanya aku saja yang bisa mencicipinya. Gonzales tidak akan pernah bisa mendapatkan apapun dengan meminum darah Nayya. Biarkan Gonzales membawa Nayya masuk, itu bagus. Kita akan mengetahui dengan mudah lokasi mereka.” ucap Riftan. “Tapi bagaimana kalau dia mencelakai Nayya?” Asoka masih belum bisa tenang. “Gonzales tidak akan menyakiti Nayya karena gadisku itu sangat beharga,” ucap Riftan. “Jadi apa rencanamu?” “Kita akan menghilangkan sihir yang menyelimuti hutan kawasan itu, hanya dengan begitu sinyal bisa menembus benteng mereka dan menemukan pasangan kita,” ucap Riftan. “Baiklah, aku akan mempersiapkan semuanya,” ucap Asoka lalu mengakhiri tetepati dan kembali ke arah kastil. *** Nayya menggigil ketakutan, ia tidak mengenal pria yang ada di hadapannya ini. “Kau takut di sini sendirian kan? kalau begitu ikut saja denganku. Aku akan menolongmu pergi dari pohon ini,” ucap pria itu dengan seringainya yang menakutkan. Nayya menggeleng, ia sangat terkejut. Pria yang ada di hadapannya ini bukan Asyaq. Ia pria asing dan sepertinya tidak memiliki niat baik. “Tidak…! Aku tidak mau ikut denganmu. Aku lebih baik di sini saja,” Nayya menolak. ‘Aku bukan orang jahat seperti yang kau pikirkan, aku datang ke sini justru ingin membantumu. Kau tidak bisa selamanya berada di pohon ini, bukan? Kau butuh makan, tidur dan tempat yang nyaman untuk tinggal dan aku bisa menyediakan itu semua selama kau mau ikut denganku, bagaimana?” pria itu masih berusaha menawarkan kebaikannya kepada Nayya. “Terima kasih tapi aku tetap tidak akan pergi dari sini, aku mohon tinggalkan saja aku,” ucap Nayya sambil berusaha memeluk batang pohon besar itu. “Hmm, baiklah, tapi aku tidak akan bertanggung jawab lagi atas keselamatanmu jika singa menghabsimu di sini,” ucap pria itu kemudian berbalik dan siap meninggalkan Nayya tap suara Nayya menghentikan langkahnya. “Ba.. baiklah, aku akan ikut denganmu,” ucap Nayya dengan air mata yang menetes. Rasa takutnya dengan singa ternyata mengalahkan kecurigaan dan rasa takutnya dengan pria asing itu sehingga daripada ia mati konyol di mulut singa , lebih baik mengulur waktu untuk menikmati hidup meskipun Ia tahu kalau mungkin sebentar lagi, ia juga akan mati. Pria itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya. “Pilihan yang bijaksana,” ucap pria itu. Nayya menyambutnya dengan tangan gemetar. Ia sudah pasrah dengan hidupnya sekarang. Ia tidak memperdulikan apa pun lagi. Semetara itu, putri Adora terlihat sedang terikat dengan rantai di sebuah raungan pengap dan sempit. Mulutnya disumpal sesuatu dan di sekelilingnya ada empat singa betina yang menunggunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD