Penyembuhan

1056 Words
Keduanya berguling di atas pasir, pakaian mereka penuh dengan pasir, tapi mereka terlihat tidak peduli. Mereka terus saja berguling di atas pasir. Gelak tawa dan jeritan Nayya terdengar, mereka terlihat menikmati kebersamaan. Saat tubuh mereka berhenti bergerak, dengan nafas memburu. Mereka saling menatap dengan dalam, tubuh Nayya yang berada di atas tubuh Riftan membuat pemuda itu bisa dengan leluasa menatap wajah cantik Nayya yang kemerahan. Saat kembali tersadar, Nayya buru-buru bangkit dari tubuh Reno dan duduk di atas pasir. Reno juga duduk di samping Nayya dan menatap ke arah laut lepas yang membentang di hadapan mereka. “Nayya…” panggilnya pelan. “Apa kau tahu, setiap saat dalam hari-hariku hanya ada kamu di pikiranku. Semakin hari aku menjadi semakin tidak bisa berpisah denganmu. Aku memang pernah mengatakan kalau aku bisa menunggumu sampai kapan pun, tapi ternyata aku bahkan tidak bisa jauh lagi darimu. Setiap malam aku berharap pagi akan segera datang agar aku bisa melihatmu lagi. Nayya, sepertinya aku tidak bisa lagi menunggu jawabanmu lebih lama lagi.” Reno menatap Nayya dengan tatapan sendu penuh harap, Hati Nayya trenyuh, ia juga sayang dengan Reno dan mulai menyukainya. Tapi untuk mencintai pria yang ada di hadapannya ini, entah kenapa dalam hatinya seperti ada bagian yang menolak untuk menerima cinta Reno. Hatinya galau, ia tidak ingin membuat Reno menjadi patah hati, tapi ia akan merasa sesak jika memaksakan untuk menerimanya, meskipun rasa sayangnya untuk Reno bahkan jauh melebihi bayangan Reno sendiri. Nayya benar-benar sangat menyayangi pemuda tampan yang sekarang menggenggam tangannya ini. “Reno, sebenarnya aku juga menyayangimu, tapi aku…” “Kau juga menyayangiku kan, tapi apa lagi Nayya. Kau hanya perlu mengatakan kata Iya. Kumohon katakan itu Nayya, aku sangat mencintaimu, aku akan membahagiakanmu dan seluruh keluargamu. Kau tidak perlu meragukan apa pun lagi. kau tahu itu kan, kalau perlu aku akan menikahimu, kita menikah dan melanjutkan kuliah bersama, bagaimana?” Reno memohon. Ia benar-benar sangat ingin Nayya menerima cintanya. Mata Nayya berkaca-kaca, hatinya meleleh melihat kesungguhan Reno. Riftan berusaha menahan panas hatinya melihat kedekatan mereka, asap mulai keluar dari tubuhnya saking panasnya perasaan yang ia rasakan sekarang. Pohon kelapa yang ia sentuh bahkan sampai mengeluarkan asap dan menghitam. Riftan berusaha keras menahan hawa panas itu agar tidak meledak dan membakar semua yang ada di sekitarnya. Tentu saja Asyaq yang selalu mengikuti tuannya kemana pun berada menjadi ketar ketir. Ia harus bersiap jika sesuatu yang buruk terjadi. “Tuan, aku haus mencegah mereka, Tuan tidak bisa menyiksa diri tuan seperti ini.” ucap Asyaq, ia sangat sedih melihat tubuh Riftan yang sudah gemetar menahan panas tubuhnya melihat kemesraan antara Nayya dan Reno. Tangan Riftan terangkat, memberinya isyarat jika Asyaq tidak perlu melakukan apa-apa. Hal itu membuat Asyaq semakin khawatir. Sementara itu, Nayya yang semakin tersentuh dengan permohonan dan kesungguhan Reno, akhirnya mengangguk. “Iya, aku menerimamu.” Mendengar itu, Reno sangat bahagia. air matanya bahkan menetes. Ia merasa bagai bermimpi indah dan tidak ingin terbangun dari mimpi itu. “Nayya, terima kasih. Aku sungguh sangat bahagia. terima kasih…” ucapnya sambil memeluk gadis pujaannya itu dengan penuh kelembutan. “Akhh…!” tiba-tiba Nayya terpekik lirik kesakitan. Ia memegang dadanya, nafasnya tersengal. “Nayya, ada apa denganmu…?!” Reno panik, ia mengguncang lembut tubuh Nayya tapi gadis itu. “Re..no.. dadaku, sakit sekali,” Rintihnya. “Iya..iya, ayo kita ke rumah sakit sekarang juga.” ucap Reno lalu mengangkat tubuh Nayya. “Berhenti..!” Tiba-tiba terdengar lantang dari arah belakang. Reno menghentikan langkahnya, ia melihat Riftan menghampirinya dan dengan gerakan ringan bahkan Reno pun tidak menyadari jika Nayya sudah berpindah ke tangan Riftan. “Apa? apa yang terjadi? Kenapa kau…” Reno tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena bingung dan terkejut melihat Riftan yang tiba-tiba datang dan mengambil Nayya dari tangannya. Riftan meletakkan tubuh Nayya yang kesakitan di atas pasir dengan perlahan. “Akh…sakit…!” lirih Nayya, wajahnya pucat menahan sakit. “Tenanglah gadis bodoh, aku akan menyembuhkan sakitmu,” ucap Riftan. Riftan meletakkan tangannya di atas puncak kepala Nayya. Perlahan Riftan menundukkan wajahnya dan menempelkan bibirnya di atas bibir Nayya. Reno yang menyaksikan semuanya tentu saja tidak terima, berani-beraninya pria b******k ini mencium kekasih ya di depan matanya sendiri. “Hei, kurang ajar, hentikan!” Reno langsung menyerbu dan melayangkan pukulannya tapi secepat kilat Reno memberinya tatapan tajam. “Diamlah si tempatmu,” ucap Riftan, seketika gerakan Reno terhenti dan pemuda itu kembali ke tempatnya dengan patuh. Riftan kembai menatap Nayya dan menyentuh puncak kepalanya. Cahaya biru keluar dari tangan Riftan dan mengalir masuk ke dalam tubuh Nayya. Beberapa saat kemudian, Nayya membuka mata. Keningnya terpaut bingung melihat wajah Riftan di hadapannya. “Kau yang menyembuhkanku?” tanyanya sambil memegang dadanya yang sama sekali sudah tidak terasa sakit lagi. “kau sangat bodoh, aku sudah memperingatkanmu sebelumnya kalau kau tidak bisa menerima ataupun mencintai pria lain. Jiwa Adelia yang tertidur dan sebentar lagi akan menyatu dengan jiwamu akan membuat tubuhmu sakit, setiap kali kau berani menyukai atau membalas perasaan pria lain,” ucap Riftan. “Omong kosong apa yang kau bicarakan itu? aku menyukai Reno lalu apa hubungannya dengan cerita konyolmu itu. kau tidak ada hak sama sekali untuki melarangku. Bukankah kita sudah sepakat, kau boleh mengambil darahku tapi jangan pernah mencampuri urusanku.” Bantah Nayya dengan sengit. “Akh…!” tiba-tiba rasa sakit itu kembali menyerangnya. Riftan hanya menatapnya tanpa bereaksi sama sekali. Ia hanya berdiri menatap Nayya yang bahkan sudah jatuh ke tanah menahan sakit di dadanya. “Nayya, kau perlu tahu jika semua yang aku katakan itu adalah benar. Jika kau menyakiti hatiku, buka hanya aku hanya aku yang akan merasakan sakitnya, tapi juga kau. Terserah jika kau tidak percaya, aku bisa meninggalkanmu sekarang di sini sampai kau mati mungkin,” ucap Riftan dengan nada dingin. Riftan lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan tubuh sedikit bergetar. “Tu…tunggu, tolong aku, ku mohon…” lirih Nayya dengan suara lemah. Riftan mengentikan langkahnya, ia berbalik dan kembali menghampiri Nayya. Tangan Nayya menggapai Riftan, memohon pria itu untuk menyembuhkannya. “Tolong, tolong aku…” Riftan langsung menempelkan bibirnya ke bibir Nayya. Karena energi yang keluar melalui sentuhan kulit bibir mereka berangsur mengurangi rasa sakit yang Nayya rasakan, gadis itu ingin lebih. Ia ingin mempercepat hilangnya ras sakit itu. Sehingga Riftan yang hanya sekedar menempelkan bibirnya dengan bibir Nayya, tersentak. Saat ia merasakan bibir hangat Nayya mulai bergerak di bibirnya. Dengan agresif Nayya melumat dan mengulum bibir Riftan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD