Kalah

1094 Words
“Tuan Asyaq…” lirih Nayya. “Nona jangan bergerak, tampaknya dia sudah mencium aroma darah Nona,” ucap Asyaq. Pria itu membuka dashboard mobil dan mengeluarkan sebilah belati. Dengan cepat Asyaq mengiris tangannya hingga mengeluarkan darah. “Tuan Asyaq, apa yang kau lakukan?’ Nayya terkejut bukan main. Asyaq menempelkan ujung telunjuknya ke tangan yang mengeluarkan darah, lalu menggunanakn itu untuk membuat garis batas di sepanjang jok tempat Nayya duduk.Asyaq menggambar sesuatu berbentuk bintang di di sebuah kertas dengan menggunakan darah itu lalu menyerahkan kepada Nayya. “Nona pegang ini dan jangan sekali-kali keluar dari garis yang saya sudah buat, apapun yang terjadi. Ini akan melindungi Nona dari makhluk itu. cepat hubungi tuan Riftan,” ucap Asyaq lalu bergegas keluar dari mobil. Nayya menggenggam erat kertas itu, ia memebeku di tempatnya. Ia tidak berani bergerak sedkitpun. Garis yang di buat Asyaq hanya sebatas jok yang ia duduki. Bergerak sedikit saja, ia akan keluar dari garis batas. Nayya semakin tegang dan tentunya sangat takut. Ia segera menacari ponsel dan menghubungi Riftan sambil menatap lekat kedua pria yang sudah saling berhadapan di luar sana. Asyaq berdiri beberapa meter dari pria itu, ia menatap tajam ke arah pria itu dari ujung kepala sampai kaki. “Katakan apa tujuanmu mengganggu perjalanan kami,” ucap Asyaq dengan nada dingin. “Wah, Kau juga ternyata seorang vampir. Aku hanya penasaran dengan gadis yang kau bawa itu. Bisakah aku melihatnya lebih dekat, aku hanya ingin memastikan sesuatu,”ucap pria itu tanpa sungkan. “Aku pikir kau sudah tahu aturannya tentang larangan menghampiri sumber makanan vampir lain. Jadi aku tidak ada alasan untuk membiarkanmu mendekati gadis itu,” sahut Asyaq. “Aku hanya ingin memastikan sesuatu, bisakah?” suara pria itu terdengar penuh penekanan, Asyaq semakin waspada. Ia tahu, ilmunya belum bisa disetarakan dengan pria itu. Asyaq merasaakn aura bengis mendominasi tubuh pria yang ada di hadapannya ini. Ia bisa mengatahui vampir ini lebih kuat di bandingkan dirinya. Akan tetapi ia tidak akan tinggal diam dan membiarkan vampir ini merebut Nayya darinya. Apalagi vampire ini sudah mencium darag manis Nayya yang sangta spesial. Untungnya kekuatan pelindung darahnya cukup untuk bisa melindungi Nayya dari dari makhluk itu, selama Nayya tidak keluar dari garis. “Apa pun alasanmu, kau tidak berhak mendekati milik orang lain. Aku menolak! Sekarang pergilah dan jangan ganggu perjalanan kami,” tolak Asyaq dengan nada tegas. Pria itu tersenyum sinis dan melangkah menghampiri Asyaq. “Kau pikir akau peduli?” sanggahnya dan dengan secepat kilat ia sudah membuat tubuh Asyaq malayang ke udara sebelum terhempas jatuh ke tanah. Nayya yang menyaksikan itu hanya bisa menahan jeritnya, ia mengegeleng tidak percaya jika Asyaq bisa dikalahkan dengan sangat mudah oleh pria menakutkan itu. Ia semakin gemetar ketakutan, apalagi saat pria itu sudah melangkah menghampirnya. Asyaq menahan sakit di dadanya, ia bangkit dan memenjamkan mata sesaat lalu melayang dengan kecepatan kilat memusatkan tendangannya ke arah pria itu. Merasa ada serangan menuju ke arahnya, pria itu memutar tubuhnya, melompat dan menangkis tendangan Asyaq dengan kakinya. Akibat tubrukan tenaga yang cukup kuat, tubuh mereka pun melayang saling menjauh dan mendarat di atas tanah. Mara mereka sudah berubah menjadi merah, Asyaq merasakan sakit yang teramat sangat di bagian dadanya, karena pada saat pria itu menangkis tendanganya, ujung kaki pria itu sempat mengenai dadanya. Sedangkan pria itu tampak biasa-biasa saja. “Aku tahu kau sudah cukup berusaha keras melindungin milikmu, tapi jika kau tetap bersikeras, kau sendiri yang akan celaka. Aku hanya ingin memstika sesuatu, jika dugaanku tidak benar, aku tidak akan berbuat apa-apa dengannya dan aku akan membiarkan kalian pergi,” ucap pria itu menjelaskan. “Kau ingin memastikan apa? dia hanya seorang gadis biasa yang aku temui di suatu tempat,” sahut Asyaq. “Ucapanmu itu semakin membuatku penasaran, aku ingin melihtanya lebih dekat lagi…” sesaat setelah ia mengucapkan kalimatya itu, tiba-tiba saja ia sudah betada di balik jendala kaca mobil Asyaq menatap Nayya dengan sangat tajam. Karena terkejut, Nayya tanpa sadar menggeser tubuhnya ke samping dan ia pun keluar dari garis batas yang telah dibuat oleh Asyaq. Pria itu menyeringai. Asyaq yang menyadari itu dengan cepat menghampiri mobilnya tapi tangan pria itu terangkat dan mengeluarkan cahaya merah, seketika tubuh Asyaq terangkat ke atas dan melayang di udara. Nayya semakin ketakutan dan panik, ia tidak mengingat lagi hal penting yang Asyaq pesankan untuknya. Ia harus keluar dari mobil itu dan berlari secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Nayya membuka pintu mobil dan berlari menjauhi tempat itu, Asyaq meronta –ronta di udara ingin lepas dari belenggu oleh kekuatan pria itu. ia tidfak berdaya karean ilmunya tidak bisa menandingi pria ini. Ia pun sangat menyayangkan Nayya yang tidak mendengarkan ucapannya dan malah mencari mati dengan keluar dari garis pelindungnya. Ia bahkan keluar dari mobil. Dengan tenaga yang tersisa, ia mencoba bertelepati dengan Asoka berharap Asoka bisa dengan cepat menerima pesannya. Akan tetapi karena tenaga yang semakin lama semakin terkuras, ia tidak bisa memaksimalkan telepatinya. Pria itu menatap Nayya yang sudah berlari menjauh dengan seringai lebarnya. Ia memaku Asyaq di udara dengan kekuatannya dan membiarkan pria malang itu terus meronta-ronta mencoba melepasakan diri. Akan tetapi semakin Asyaq meronta semakin kuat cahaya merah yang terhubung ke tubuh pria itu menyerap energinya. Sampai akhirnya ia terkulai lemas karena kehabisan tenaga. Nayya terus berlari tanpa henti, malam sudah menyelimuti hari dengan kegelapannya yang menyeramkan. Hanya cahaya bulan temaram yang membantunya melihat apa yang ia pijak. Nayya VOP Aku berlari tanpa henti, keringat membasahi sekujur tubuhku , nafasku tersengal seakan tidak mampu lagi memenuhi paru-paruku bahkan untuk sekedar berbafas. Jalan setapak yang sunyi dan gelap menyeramkan, aku lalui denganharapan ada secercah kejaiban yang bisa menolongku malam ini. Jantungku semakin memompa daerahku dengan tak terkendali, aku terus memeprcapat lariku. Aku tidak bepikir apa-apa lagi selain melarika diri. Riftan sama sekali tidak mengangkat tetelponnya dan Asyaq tidak bisa melawan makhluk itu. sebenarnya siapa dia? Kenapa ia tampak terobsesi dengan darahku? Apakah dia juga menginginkan kekuatan tak terbatas seperti yang Riftan miliki? Tidak, aku tidak boleh membiarkan ini. “Kau mau sampai kapan berlari seperti anak kelinci seperti itu? apakah kaunm tidak capek?” tiba-tiab suara seorang pria tedengar di telingaku. Aku menghentika langkahku, memebeku di tempatku berdiri. Bulu kudukku meremang. TIba-tiba sesosok bayanga hitam dengan pancaran mata merah muncul di hadapanku. Aku mundur beberapa langkah. Aku menatap sosoknya, wajahnya tidak jauh berbeda dengan wajah Riftan. Hanya saja ia tampak sangat mengerikan dengan bekas luka yang melintang di wajahnya dan rambut panjangnya. Kenapa ia sangat mirip dengan Riftan? “Ternyata kaulah yang aku cari setelah sekian lama. Aku tidak menyangka bisa menemukanmu di sini. Kemari, ikutlah denganku. Akan aku buat hidupmu bahagia…”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD