Feeling Something

1150 Words
"Apa makan siang hari ini bisa diganti? Aku ingin makan ikan gurame saja" ucap pria yang masih rapi dengan setelan kemeja baby blue itu." Oh tidak, nasi bakar, aku tidak mau nasi putih" tutupnya mengakhiri pembicaraan dengan sambungan OB di yang diminta mengganti makan siangnya. Tak lama OB datang membawa pesanan Boss nya. Tak lupa sebotol air mineral yang masih rapi tersegel. Masih memunggungi, pria itu mempersilahkan karyawannya berlalu agar dia bisa makan dengan santai. "Kenapa aku bisa suka dengan makanan seperti ini? Apa karena waktu itu dia begitu lahap dengan makanan seperti ini ya. Sayang... aku dilarang makan sambal jadi hanya bisa makan begini saja..." gumam Desta lalu tersenyum kecil. Sembari makan ingatannya masih mengenang minggu lalu saat ia harus merepotkan seorang gadis demi menyelamatkannya dari serbuan penggemar yang tidak ia suka. Entah mengapa menunya ini semakin terasa lezat saat ia makan bersama mengingat kejadian itu. Perasaan apa ini... *** Beberapa pasang mata masih saja terlihat bersungut saat Anjani keluar dari kelas perkuliahannya siang ini. Dia hafal betul ini adalah efek dari apa yang dilakukan Desta waktu itu. Yaa... anggap saja ia sedang jadi aktris kontroversial sekarang. Walau sebenarnya tidak ingin. "Jani!" terdengar ada yang memanggil namanya Anjani pun menoleh ke belakang. Menemukan David berlari kecil kearahnya. "Ada apa?" tanya Jani datar. Selama ini ia tak pernah menganggap serius walaupun David sering mendekatinya ataupun sekedar mengajak makan bersama. Pria itu adalah kakak tingkat yang sebentar lagi juga akan lulus. Anjani hanya beberapa kali bertemu saat itu, karena urusan informal saja. Tapi sepertinya tidak dengan David, yang ada malah makin mendekatinya. "Apa kau sudah mau berangkat ke cafe?" Anjani terdiam. Ia memandang David sekilas mencoba menerka apalagi yang di inginkan pria ini. Hari ini hari libur kerjanya. Jani ingin tinggal di kost saja, sembari membuat kue atau hanya bersantai ria bersama anak kost yang lain. "Iya. Ada apa kakak mencariku?" Jani berdusta demi terhindar dari pria yang ada di depannya. "Oh sayang sekali... kalau kau libur sebenarnya aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Sekedar berlibur dan melepas penat sejenak..." tukas pria tampan berambut ikal nan manis itu. "Maaf, mungkin kau ajak yang lain saja. Aku sedang tidak bisa" "Iya aku mengerti. Oh atau aku boleh mengantarmu ke cafe tempatmu bekerja?" David masih berusaha lagi. "Tidak perlu. Aku bisa sendiri, terima kasih atas tawarannya..." Tak lama datang seorang gadis dengan cara berjalannya yang sengaja disilangkan menunjukkan bahwa dia adalah gadis populer di tempat itu. "Hai Jani, oh kau kah gadis yang disebut kekasih Desta Barack itu?" berondong si gadis yang tak lain adalah Femy dengan sedikit senyum yang dipaksakan dan sarkastis. Ia memang terkenal dan sangat digandrungi para pria di kampus. Pamor ayahnya yang seorang pengusaha terkenal dan pastinya punya andil di yayasan kampus tempatnya menimba ilmu itu selalu membuatnya besar kepala dan melakukan apapun kemauannya. Belum juga dia yang dikabarkan dekat bahkan berpacaran dengan David, anak basket kebanggaan kampus dan sering memenangkan banyak kejuaraan berskala besar, membuat Femy tidak menyukai jika David dekat dengan gadis lain. "Pacar? Benar itu Jani?" tanya David kemudian. Jani langsung kikuk dan kaku saat ingin mengatakan kalau itu semua bohong. Tiba-tiba dari belakang ada Gina yang menyambar obrolan mereka "Iya Kak David. Jani memang sudah berhubungan dengan Desta Barack. Kalian pasti tau siapa pria itu. Dia pengusaha terkenal, lebih terkenal malah dibanding donatur di kampus ini..." Gina menekankan kalimat terakhirnya berniat menyindir Femy. Tak pelak Femy pun pergi dengan menarik lengan David untuk mengikutinya. Gina tertawa bahagia melihat perubahan raut wajah Femy yang langsung kesal karena bantahannya. Lagian siapa suruh dia hendak menjatuhkan Jani di depan David dengan berita yang tidak jelas itu. Alih-alih membuat Jani malu tapi Femy sendiri yang merengut. "Gin, kau tak perlu membalas Femy. Apalagi itu berita bohong. Cukup aku jadi cibiran gadis-gadis disini karena ulah Desta waktu itu..." rengek Jani masih dengan raut wajah yang sulit diartikan. "Ah... kau itu Jan, jangan pernah mau kalah dengan Femy. Mentang-mentang kau anak beasiswa dan dia anak donatur terus dia seenaknya begitu? Biar David juga tidak mengejarmu lagi. Bukankah kau tak suka dengan kakak tingkat sok kepedean itu?" jawab Gina menegaskan. Benar juga apa kata Gina. Anjani selama ini merasa kalau dia tak selevel dengan mahasiswa yang lain karena dia adalah salah satu penerima beasiswa di kampusnya. Padahal di mata teman-temannya ia dipandang baik bukan hanya prestasi akademiknya memang bagus, tapi juga dengan sifat mudah bergaulnya yang membuat banyak teman menyukai gadis berambut pirang itu. Hanya saja sekarang sedikit berubah karena kehadiran Desta. Akhirnya Jani dan Gina pergi ke parkiran hendak pulang. Gina sebenarnya ingin mengantar Jani pulang ke kosnya tapi tiba-tiba gadis itu menerima sebuah panggilan dari sang kakak, Fredy. "Halo, ada apa kak?" tanya Gina menjawab suara berat dari seberang sana. "Gin, apa kau bersama Anjani?" balas Fredy cepat. "Anjani? tumben kakak menanyakan Jani, untuk apa?" jawab Gina sambil menoleh ke arah Jani. Jani yang tidak paham pun hanya mengerutkan dahinya. "Kalau kalian bersama dan sudah selesai kelas hari ini, bisa bawa Jani ke rumah? Ada seseorang yang ingin bertemu dengannya" Fredy menjelaskan. Gina yang tak paham hanya mengiyakan perintah kakaknya. Tak lama mereka sudah ada di mobil Gina hendak melaju pulang. Jani pun tak paham namun dia juga penasaran siapa yang ingin menemuinya. Dia hanya menurut pada teman sejolinya itu tanpa membantah apapun. *** Sebuah rumah dengan halaman luas berciri khas patung ikan melengkung tinggi berada ditengah air mancur ukuran sedang di tengah-tengah halaman rumah itu. Rumah keluarga Gina dan Fredy yang tak lain kakak beradik sedang kedatangan tamu hari ini. Gina dan Fredy menempati rumah itu berdua dengan beberapa maid. Membuat rumah itu terkadang serasa sepi. Jani sudah sering menginap disana sekedar karena kerja kelompok atau memang ajakan Gina. Bahkan ia diperbolehkan untuk tinggal disana jika mau, tapi Jani selalu menolak. Masuk ke dalam rumah sudah disuguhkan beberapa minuman dan makanan kecil. Jani melihat itu heran. Ada empat gelas diatas nampan yang diletakkan di meja marmer ruang tengah rumah. Jika dirumah ini hanya ada Gina Fredy dan dia, lalu satu lagi siapa. "Oh ya Jan, aku ke kamar dulu sebentar. Kau mau ikut?" "Tidak perlu Gin, kak Fredy juga akan turun kan" jawab Jani ramah. "Iya pasti. Kakak hari ini tidak ke kantor, dia bilang jumat ini sampai minggu dia free. Oh ya, aku dan kak Fredy sempat berpikir untuk liburan menginap di villa kami di Bandung? Kau mau ikut?" ajak Gina sebelum berlalu. Jani hanya diam saja. Gina mendengus lalu beranjak ke kamarnya di lantai dua. Tak lama seseorang masuk dan betapa kagetnya Jani bertemu si pria berkaos polos putih dengan celana abu santai yang terlihat fashionable. Tak lupa sepatu ber merk yang ia tahu itu limited edition. "Kau..?" Tapi si pria hanya diam saja, malah ia tersenyum manis. Sangatlah manis... ***** AYO READERS KU TERSAYANG... LIKE DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKU BIAR BISA SELALU UPDATE CERITAKU DAN JUGA SPAM DI COMMENT NYA YA SPAM LIKE DAN KOMEN KALIAN AKU TUNGGU... LOVE YOU ALL MY READERS... HAPPY READING...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD