Pov Alvin
***
Mungkinkah kita kan slalu bersama
walau terbentang jarak antara kita
biarkan ku peluk erat bayangmu
tuk melepaskan semua kerinduanku
stinky mungkinkah
lagu yang menjadi favoritku karna lagu itu mengingatkanku pada Zara, teman ku dan orang yang ku suka dulu, dan sampai sekarang.
saat aku bernyanyi aku sangat menghayati lagu itu dan aku tercengang dengan apa yang ku lihat saat aku bernyanyi kali ini.
Mungkinkah itu Zara,
gadis keturunan Jawa asli wajahnya yang polos dan menawan cukup membuatku jatuh hati padanya, dia cantik nan ayu kulitnya sawo matang namun sangat eksotis, tubuhnya yang berisi cukup memukau untuk dilihat. gadis yang mampu membuatku tak bisa berhenti memikirkannya, bukan karna kecantikannya tapi sikapnya yang lemah lembut dan tidak sombong, sikapnya yang sederhana dengan jilbab yang selalu menutup kepalanya. Ya itu yang kusuka darinya dia berbeda dengan gadis yang lain.
mataku terus mencuri pandang padanya membenarkan apakah itu Zara ku atau orang lain.
***
Aku suka padamu, Ra. Kata terakhirku padanya sebelum akhirnya aku pindah ke Jogja bersama keluargaku karna bapakku dipindah kerjakan ke Jogja, jadi mau tidak mau kami sekeluarga harus ikut pindah ke Jogja juga. Tak begitu jauh dengan kota Solo, tapi aku tak pernah lagi kesolo karna keuangan keluarga saat itu sedang buruk dan aku hanya fokus bersekolah tanpa memikirkan hal lain.
Aku hanya mengatakan hal itu kepada Zara dan aku cepat berlalu tanpa menunggu reaksi darinya, saat itu Zara hanya terdiam terpaku menatapku yang berlalu darinya semakin jauh, Zara hanya diam, mungkin dia heran dan kaget tak percaya bahwa aku suka padanya, atau mungkin dia tak pernah suka padaku hingga dia diam dan menganggap semua itu tidak penting dan melupakannya.
keesokan harinya aku pergi ke Jogja tanpa berpamitan pada Zara, aku malu padanya karna kataku kemarin yang mungkin mengagetkan nya atau hati tak siap menerima penolakannya.
Semoga kau menemukan kebahagiaanmu , Zara.
Maafkan aku tak bisa lagi menjagamu dan hanya bisa mendoakan kebahagiaanmu.
Sebelum aku benar benar pergi meninggalkan kota Solo.
***
Aku bernyanyi untuk mengisi waktu luang ku saat ini, menghabiskan waktu luang bersama dengan Rio temanku selama dijogja. Rio Hendarto teman yang paling aku percaya selama dijogja, Aku dan Rio sama sama bernyanyi hanya untuk mengisi waktu luang kami di pinggiran jalan Malioboro.
Dulu aku berharap dengan bernyanyi bisa melupakanku pada Zara, tapi apa, Nihil yang ku dapat, aku malah semakin Rindu pada Zara, tapi aku tak berani menghubunginya karna aku takut penolakan darinya atau bahkan aku menggangu kebahagiaannya selama ini.
Setelah selesai penampilan kali ini aku memberanikan diri menghampiri nya dan bertanya apakah dia Zara.
Aku tak lagi memperdulikan gengsi, aku hanya ingin tau apakah dia Zara atau bukan, aku hanya sangat merindukan sikap lembutnya padaku.
Hai, " sapaku padanya.
Hai, Alvin kau masih mengingatku? tanya Zara padaku.
Benar saja ini Zara ku dulu.
Kau benar Zara, Adinda Zafarani? "tanyaku gugup sekali, aku mengatur nafasku sesaat agar tak terlihat gugup didepannya dan terlihat biasa saja, aku tak ingin dia melihat ku segugup ini didepannya.
Iya Alvin, aku Zara temanmu dulu " tak lupa Zara berikan senyum tulus darinya.
Senyum yang selalu membuatku luluh akan nya. dan selalu ku rindukan darinya.
perasaan canggung macam apa ini hatiku rasanya tak karuan entah bahagia atau bimbang. Bahagia karna bertemu lagi dengan Zara atau rasa bimbang karna perkataanku dulu yang mungkin sudah di lupakan oleh Zara tapi tidak denganku.
Hai, aku Shifa temennya Zara. Sahut gadis disebelah Zara yang juga ikut memperkenalkan dirinya padaku.
Hai Shifa salam kenal dari ku Alvin, dan ini temanku Rio. "aku juga ikut memperkenalkan temanku Rio pada Zara dan Shifa.
suaramu tadi bagus banget Alvin aku jadi suka deh. " ucap Shifa sambil tersenyum padaku.
terimakasih Shifa, Aku hanya sekedar iseng bernyanyi disini sambil mengisi waktu luang ku.
tapi beneran aku jadi baper denger kamu nyanyi tadi.
kamu berlebihan Shifa. "aku mencuri pandang pada Zara yang dari tadi hanya tersenyum melihatku dan Shifa ngobrol.
Tapi permainan gitar Rio tak kalah bagusnya loh. " kata Zara yang tiba tiba membuatku melebarkan mata, kenapa Rio bukan Aku, Zara. apa benar kau menolakakku kala itu.
biasa saja Ra, "celetuk Rio yang ikut nimbrung juga.
hatiku panas membara Zara, mendengar kau memuji Rio dan bukannya Aku.
mau makan bareng? " tanya Rio.
boleh, mau makan apa?? . jawab Zara pada Rio
itu ada warung pecel lele. "ucap Shifa menimpali
Boleh, sekalian biar tambah kenal kita. " ucap Rio.
kurasa ada ketertarikan Rio pada Zara. terlihat dari sorot matanya yang terlihat berbeda saat menatap Zara. ( Jangan Rio, Zara Cintaku dan aku tak ingin kehilangan kau atau cintaku itu. )
****