Bab 13 Puber ke 2

2037 Words
Tampak beberapa kali Hendra menatap pada jam yang sedari tadi melingkari pergelangan tangannya, nampak di sana sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam saat itu, dan ia sadar jika ia belum mengajak makan malam semua anggota keluarganya karena memang belum sampai rumah yang niatnya akan makan malam di rumah. "Sial, kenapa belum juga bisa di angkat dan di bereskan sih itu pohon tumbang!" ucap Hendra saat itu dengan gerutu dalam hatinya. Hingga perlahan mobil yang di tumpangi ke empatnya pun akhirnya bisa berjalan kembali, dan saat itu pukul delapan malam ketika mobil yang di tumpangi Hendra bersama dengan keluarga tiba di rumah. Hendra terdiam sesaat ketika ia melihat ke belakang jika kedua putrinya saat itu tengah saling menempelkan kepalanya satu sama lain dengan kedua mata yang terpejam di sana. Sedangkan ketika Hendra menatap pada wajah istrinya saat itu terlihat wanita itu pun ternyata juga tengah tertidur saat itu. Sedangkan di luar tampak hujan masih mengguyur meski tidak sederas yang tadi. "Apa boleh buat!" ucap Hendra kemudian. "Apa kalian ingin papa gendong satu per satu masuk ke dalam hemz?"ucap lelaki itu kemudian pada seluruh anggota keluarganya di sana. Dan ternyata apa yang Hendra lakukan saat itu mampu membuat semua orang yang ada di dalam mobilnya saat itu terbangun dari tidurnya dan bergegas terjaga di sana. "Astaga aku ternyata ketiduran ya? sudah sampai ya ternyata!" ucap Diana kemudian pada suaminya saat itu. "Akh, sudah sampai ya pah," ucap Nayla dan juga Kayla secara bergantian saat itu. "Iya sayang, ya sudah kalau begitu cepat bangun kalau begitu," ucap Hendra kemudian yang lalu membuat kedua putrinya itu turun dari atas mobil dan berjalan duluan meninggalkan kedua orang tuanya. "Pah, mah, kami duluan ya, kami mau melanjutkan tidur sebentar, nanti kalau sudah matang makan malamnya bangunkan kami ya," ucap Nayla kemudian yang mewakili Kayla di sana. Karena mereka masih sangat mengantuk saat itu. Ucap kedua gadis kembar itu sebelum keduanya benar-benar pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Dan saat itu ketika Diana akan melakukan hal yang sama, yaitu nyelonong pergi seperti kedua putrinya itu lakukan, Hendra sudah menarik salah satu lengan tangannya dan mencekal gadis itu, menahan Diana agar tidak pergi meninggalkannya. "Ada apaan si mas ini?" ucap Diana saat itu pada suaminya. Tampak sedikit ketus dan juga dingin. "Ada apa, ada apa! bantuin! kamu mau pergi begitu saja seperti Nayla dan juga Kayla? lalu membiarkan aku sendirian membawa semua barang-barang belanjaan kita itu? enak saja!" ucap Hendra saat itu pada istrinya. "Astaga mas ini, masa begitu saja pakai iri segala sama istri sih!tidak berperasaan sekali ya anda ini!"ucap Diana lagi pada suaminya. Saat itu Hendra hanya bisa terdiam di tempatnya sembari menatap ke arah Diana dengan kedua tangan yang berkacak pinggang di sana. "Kamu ini kadang rada-rada ya emang Di! bisa-bisanya kamu bicara begitu, tuh lihat!berapa banyak kresek besar itu berjajar di sana? kamu jelas bisa melihatnya kan?kamu kira aku super her yang bisa sekaligus membawa semua itu dengan kedua tanganku ini? jangan sekata-kata ya kalau bicara!" ucap Hendra saat itu pada istrinya. Sembari memperlihatkan isi bagasi mobilnya di sana yang memang ternyata di sana ada lima kresek besar tengah berjajar saat itu. Diana yang merasa memang sudah melupakan semua belanjaannya tadi pun hanya bisa menyunggingkan senyum kecut di sana. "Jangan sok manis ya! terlambat," sahut Hendra kemudian pada istrinya. Dan detik itu juga Diana langsung menyudahi senyum paksaannya itu. "Siapa juga yang sedang menggodamu, nggak ya!" sahut Diana kemudian. Lalu keduanya segera mengambil semua barang belanjaannya itu kemudian membawanya masuk ke rumah. Diana lalu memasukkan semua barang dan menatanya ke dalam lemari pendingin setelah membersihkannya terlebih dahulu. Sedangkan Hendra sengaja mengambil beberapa bahan yang saat itu akan ia masak. "Yang, yang! sini yang mata aku pedih nih," ucap Hendra yang tanpa sadar memanggil istrinya dengan panggilan yang dulu sering Hendra gunakan untuk memanggil Diana, dan ketika Diana mendengar suaminya memanggilnya bukan nama seperti setahun belakangan itu membuat Diana malah terdiam mematung di tempatnya dan bukan malah segera membantu Hendra yang saat itu matanya terasa pedih karena bawang merah yang ia kupas dan iris. "Astaga Diana! kamu sengaja menyiksaku apa bagaimana sih?suami lagi begini malah tidak di bantu tetapi malah di biarkan saja!" ucap Hendra kemudian yang lalu menyadarkan Diana bahwa ia harus segera membantu lelaki itu dan Diana pun segera mendekat ke arah Hendra dengan kedua tangan yang meraih kedua sisi wajah suaminya membuat lelaki itu sedikit mengintip dengan mata yang menutup rapat dan Diana mulai meniup salah satu sisi mata Hendra yang saat itu tampak kepedihan. "Gimana mas? masih pedih?" tanya Diana di sela-sela tiupannya. Hendra pun mengangguk. "Akh, minggir Di," ucap Hendra kemudian yang lalu segera berjalan menuju ke arah wastafel untuk mencuci wajahnya di sana. Dan sesaat saja Hendra menghembuskan nafas lega dari bibirnya karena sudah merasa baikan. "Kenapa juga aku tadi minta tolong sama kamu kalau ujungnya aku larinya ke wastafel dan hanya air bersih yang mengalir saja yang membuat mataku reda," ucap Hendra saat itu pada istrinya dan Diana tampak langsung menampakan wajah kesal di sana pada sang suami. "Kalau tahu seperti itu dari awal memang kenapa kamu bisa manggil nama aku? sudah dibantuin ditolongin tidak terima kasih malah ngomel tahu gitu ogah aku meladeninya, lagian Mas juga sih kenapa sok serba bisa? aku juga mau menghandle semuanya tapi mas pura-pura sok luar biasa dan menggantikanku ya sudah makan tuh sok kuasanya!" ucap Diana saat itu menampakkan kekesalannya karena wanita itu sudah kesal di sana. Lalu Diana lalu menyisihkan apa yang suaminya pegang tadi dan apa yang wanita itu lakukan saat itu membuat Hendra menatap keheranan pada istrinya. "Apa nasi goreng tidak malah enak kalau pakai bawang merah goreng ya dan sepertinya anak-anak lebih suka kalau memakai bawang merah goreng. Apa kamu jangan-jangan sudah lupa ya kesukaan anak-anak?" ucap tannya Hendra kemudian pada istrinya di mana lelaki itu dan juga Diana memilih untuk memasak nasi goreng dengan daging dan juga sosis yang biasa disukai oleh Nayla dan juga Kayla untuk makan malamnya tersebut karena hanya nasi goreng itu yang pembuatannya lebih cepat dari masakan apapun yang lain hingga keduanya memutuskan untuk membuatnya malam itu. "Siapa juga yang melupakan kesukaan anak-anak, anak-anak memang suka nasi goreng apa lagi banyak bawang merah gorengnya. Nayla suka rasa mocca dan Kayla suka rasa vanilla, apa jangan-jangan Mas juga melupakan minuman kesukaan anak-anak itu?" ucap tannya Diana balik pada suaminya. "Mana mungkin aku melupakan minuman kesukaan mereka Diana, tapi kenapa kamu malah mengalihkan pertanyaan lain? aku tadi tanya apa? kenapa kamu tidak menggunakan bawang merah goreng nanti untuk menggoreng nasinya kenapa kamu menyisihkan irisan bawang merah goreng yang tadi aku Iris dan belum selesai itu?" ucap tanya Hendra lagi pada Diana yang memastikan. "Siapa juga yang tidak memakai bawang merah goreng? mas saja yang tidak tahu! bukankah tadi aku beli bawang merah goreng yang sudah kemasan? praktis tinggal tabur saja. Kenapa susah-susah harus mengirisnya?" ucap Diana kemudian pada suaminya dan apa yang wanita itu katakan membuat Hendra terbengong di tempatnya. "Jadi pengorbanan mataku sampai pedih karena irisan bawang merah goreng itu tadi sia-sia sekarang, kenapa kamu tidak bilang dari tadi kalau kamu tadi beli bawang merah goreng? kalau aku tahu begitu jelas aku tidak akan mengupas dan mengiris bawang merah yang masih segar itu tadi Diana. Sepertinya kamu sengaja ya mau balas dendam padaku, sungguh wanita yang menakutkan!" ucap Hendra kemudian pada istrinya dan terlihat Diana hanya bisa menahan tawanya saat itu karena memang Diana sengaja membiarkan Hendra untuk melakukan apa yang tadi ia lakukan meskipun Diana tahu. Akhirnya saat itu Hendra hanya bisa duduk di kursi yang ada di depan meja dapur menyaksikan istrinya yang tampak lincah menggoreng nasi kesukaan keluarganya tidak lupa Diana juga menambahkan telur ceplok di atas nasi goreng masing-masing itu juga salah satu favorit bagi keluarga mereka dan entah mengapa dalam hati Hendra saat itu ingin sekali menanyakan keseriusan hubungan Diana dengan lelaki lain yang Hendra tahu lelaki itu adalah kekasih Diana karena saat itu dalam hati Hendra menjadi bimbang ketika mengetahui bahwa Diana hanya menganggap lelaki yang bernama Hendri itu hanya seperti seorang adik baginya. "Di, Apakah aku boleh bertanya?" ucap tanya Hendra terlebih dahulu. "Hemz," sahut Diana hanya dengan dehemannya saja. Dengan kedua tangan dia naik yang tampak masih sibuk dengan alat penggorengan. "Apakah dalam hatimu masih ada aku?" ucap tannya Hendra saat itu pada Diana dan wanita itu hanya menganggap ucapan lelaki itu biasa saja. "Tidak! kamu sudah aku keluarkan dari keranjang hatiku!" ucap Diana kemudian. "Memangnya aku belanjaan kamu apa yang kamu check out dari keranjang?!" dengus kesal Hendra saat itu namun lelaki itu masih penasaran dibuatnya. "Di, aku tanya serius sama kamu karena aku merasa hubungan kita masih bisa diperbaiki," ucap Hendra kemudian. "Kamu itu mengenalku sudah berapa tahun sih mas harusnya kamu itu sudah tahu tidak ada lelaki lain di hatiku. Apa kamu mengerti itu kamu tahunya aku itu dekat dengan lelaki lain itu siapa? siapa saja?" ucap tannya Diana kemudian pada suaminya dan saat itu terlihat Hendra seolah tengah mengingat-ingat istrinya itu jalan berdua bersama dengan seorang lelaki itu siapa saja dan dalam ingatan Hendra hanya ada Hendri seorang yang biasa keluar makan ataupun menjemput dan juga mengantar Diana pulang. Namun sebelum Hendra menjawab pertanyaan istrinya tersebut Diana sudah langsung menyebutnya terlebih dahulu. "Ah tapi sudahlah sekarang semua itu tidak penting lagi menurutku karena meskipun kita bersama mungkin keadaan kita juga sama seperti ini tidak ada kesan romantis tidak ada perhatian pengertian apalagi kasih sayang yang seperti dahulu seolah tengah ada jarak di antara kita mungkin, mungkin jika memang takdir kita masih bersama yang ada di antara kita hanyalah komitmen untuk membesarkan anak untuk membuat mereka sukses kelak hanya itu saja dan aku juga tidak akan mengikat mas Hendra agar terus berada di sisiku jika memang mas Hendra merasakan ada getaran di hati Mas Hendra ketiga menatap wanita lain, maka aku akan mempersilahkan mas Hendra bersamanya. Mungkin dengan cara seperti itu saja kita bisa hidup bersama di rumah ini bersama dengan kedua Putri kita, bukankah begitu mas?" ucap Diana saat itu yang memulai pembicaraan serius terlebih dahulu di mana sesungguhnya Diana menginginkan hubungan pernikahannya dengan Hendra masih berlangsung mengingat kedua putrinya masih membutuhkan mereka yang membuat wanita itu mengesampingkan egonya dan memilih untuk bertahan dalam bahtera rumah tangga pernikahannya dengan Hendra dan Diana berharap lelaki itu pun mau menyetujuinya meskipun Diana tahu juga suaminya itu sudah memiliki wanita lain itu menurut Diana dan apa yang Diana katakan saat itu mampu membuat Hendra terdiam di tempatnya lelaki itu tidak bisa berkata-kata ketika mengetahui bahwa sepertinya Diana memang sudah tidak memiliki rasa lagi padanya bahkan wanita itu sudah dengan tegas bang jika Hendra merasakan getaran cinta di hatinya ketika menatap wanita lain maka Diana akan memberi restu. Sungguh dalam hati Hendra saat itu ingin sekali menyangkal jika ia memiliki niatan untuk menatap wanita lain karena memang dalam hati Hendra Ia tetap setia pada cinta Pertamanya yaitu Diana. "Baiklah Hendra paling tidak kamu tahu jika di dalam hati Diana tidak ada lelaki lain selain kamu meskipun perasaan cintanya padamu sudah berubah dan hanya ada komitmen saja, sekarang giliran kamu yang harus mendapatkan hatinya kembali dan membuat jantung Diana berdebar lagi ketika menatapmu seperti dulu. Bukankah seperti itu yang kamu inginkan. Ya anggap saja saat ini adalah misi puber keduamu untuk meraih cinta istri. Bukankah sambil menyelam minum air? ya ada tantangan tersendiri untuk rumah tangga kalian berdua tunggu apalagi dapatkan hatinya dan rebut kembali cintanya," ucap dalam hati Hendra saat itu yang merasa memiliki peluang besar untuk mendapatkan cinta istrinya kembali. Keduanya tidak menyadari jika keegoisan masing-masing lah yang membuat celah di antara hubungan keduanya dan sebenarnya hanya terjadi kesalahpahaman saja antara Hendra dan Diana. "Baiklah kalau begitu kita udah begini memutuskan untuk terus melanjutkan pernikahan kita tanpa ada kata perpisahan meskipun kamu membenciku ataupun meskipun kamu sudah tidak bahagia di sisiku karena perlakuanku ataupun karena ucapanku maka teruslah bertahan dan jangan menyerah, aku pun juga akan melakukan hal yang sama apapun yang akan terjadi nanti aku akan tetap menjadi suamimu dan juga papa dari kedua Putri kita itu. Mari kita berikan kedua Putri kita kasih sayang yang mereka butuhkan," ucap Hendra saat itu pada Diana dan ucapan lelaki itu hanya Diana balas dengan lirikan matanya saja. "Ya sudah kalau begitu bangunkan mereka untuk makan malam," ucap Diana kemudian pada suaminya yang meminta lelaki itu untuk membangunkan Nayla serta Kayla di kamar masing-masing.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD