Bab 4. Akad Nikah

1107 Words
Pagi-pagi sekali, Fajri sudah menelpon Sena. "Aku dan rombongan dari sini berangkat sekarang." Kata Fajri. "Ya .... Hati-hati." Kata Sena dan langsung menutup telepon setelah berpamitan. Ibu Joni sudah menunggu Sena, karena dia yang akan merias Sena. Ibu Joni memang mempunyai salon tapi tak seramai salon-salon di luar perumahan. Bunda memang meminta tolong pada Ibu Joni untuk merias Sena. Tapi Ibu Joni menolak dibayar. Dia ikhlas membantu Bunda. "Alhamdulillaah... Berkah tak henti-henti datang manakala niat baik dilangsungkan." Batin Bunda. Para tetangga memang banyak yang membantu persiapan pernikahan Sena tanpa pamrih. Ada yang meminjamkan tenda untuk menutup jalanan agar para tamu bisa duduk dengan nyaman. Ada yang menghias kamar pengantin Sena yang tidak luas, sedemikian rupa sehingga tampak sangat cantik. Dari kemarin juga tak henti-henti bantuan datang dari para tetangga yang mengirim air mineral gelas, juga ada yang mengirim beras. Semua terjadi karena kebaikan Almarhum Ayah Sena yang selalu membantu tetangga manakala Mereka membutuhkan pertolongan. Juga ketulusan hati Bunda melayani langganan jahit yang terkadang membayar kurang dari tarif yang sudah disepakati. Abang dan Adik Sena juga merasa beberapa hari ini dagangan Mereka tak pernah sepi dari pembeli. Selalu habis. Alhamdulillaah... Karena Saudara-saudara Sena yang ikhlas membantu membiayai pernikahan Sena. Sena sudah selesai dirias, sebelumnya tadi juga sudah dilulur oleh Vina. Sena terlihat segar dan manis. Sena memang tak secantik Vina. Kalau kata tetangga, Puteri-puteri Bunda yang satu hitam manis, yang satu cantik dan yang satu lagi semok (seksi dan montok)☺️. Sena memakai kebaya dan kain songket nya. Ibu membantu memakaikannya. Kemudian Sena menunggu di dalam kamar. Satu per satu tetangga yang diundang sudah mulai berdatangan. Acara pernikahan Sena sangat sederhana, tidak ada resepsi pernikahan, hanya ijab kabul dan kemudian makan-makan sebagai syukuran. Tapi bantuan dari tetangga membuat acara akad Nikah hampir seperti resepsi pernikahan yang lumayan meriah diiringi tabuhan rabana Ibu-ibu pengajian tempat Bunda mengaji mingguan. Sena dan Bunda tak menyangka kalau sampai meriah seperti ini. Alhamdulillaah Bunda menyiapkan hidangan sangat banyak jadi tak kurang menjamu para tamu yang ternyata lebih banyak daripada yang diundang. Teman-teman Sena pun sudah mulai berdatangan. Padahal Sena hanya mengundang Teman kampus nya yang dekat dengan Sena tapi ternyata banyak yang ingin menghadiri pernikahan Sena. Demikian juga dengan teman-teman kerja Sena di Cikarang dulu. Sena sangat bersyukur ternyata banyak teman-teman nya yang peduli dengan Sena. Tanpa Sena sadari, ketulusan hati Sena yang sering menolong teman nya tanpa diketahui Mereka, ternyata dibalas Allah dengan tak terduga. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Padahal tadi Fajri menelpon akan berangkat jam 6 pagi. Pak Penghulu sudah datang. Sena nampak gelisah. Karena rombongan Fajri yang tak kunjung datang. Sena merasa gugup karena tamu sudah mulai kasak-kusuk. Bunda juga sudah bolak-balik menanyakan pada Sena. Sena menahan sakit perut karena gelisah menunggu Fajri dan rombongan pengiring calon pengantin pria. "Untung hari ini Saya tidak ada acara menikahkan di tempat lain. Ini mempelai terakhir yang akan menikah." Canda Pak Penghulu. Abang Sena memang mengajak ngobrol Pak Penghulu dan para Sesepuh perumahan yang hadir. "Kayak nya Mas Fajri terkena macet deh Bun. Jangan-jangan Mereka melewati jalur Bivak. Ini kan hari minggu, sebentar lagi puasa, banyak yang nyekar ke makam Karet Bivak." Kata Sena. "Iya ya... Memang Kamu gak bilang?" Tanya Bunda. "Sena lupa Bun. Sena pikir Mas Fajri akan berpikir gak akan lewat Bivak. Dia kan lebih paham jalan daripada Sena." Kata Sena pelan. "Kamu yang sabar ya. Mudah-mudahan Mereka cepat sampai." Hibur Bunda. Sena mules Bun. Sena setress..." Kata Sena pelan. Bunda mengusap punggung Sena lembut. Bunda memanggil Adik Sepupu Sena, Anti. Untuk menemani Sena dan sedikit memijit punggung Sena agar tidak mules dan stress. Jam 10.20 rombongan Fajri sudah terlihat. Keamanan perumahan memberitahu kalau rombongan pengantin Pria sudah datang. "Alhamdulillaah..." Kata Pak Penghulu, Abang Sena dan Bapak-bapak yang sudah berkumpul di ruangan dimana akad nikah akan diselenggarakan. Sena diberitahu kalau rombongan Fajri sudah ada di lapangan sedang parkir mobil. Sena menghela nafas. "Alhamdulillaah... Aku mau buang angin, Anti. Kamu keluar gih, pasti bau banget." Kata Sena menahan malu. Anti mengangguk. 10 menit kemudian rombongan tiba di rumah Bunda Sena. Mereka masih kasak-kusuk. "Ada apa Fajri?" Tanya Abang Sena. "Maaf Bang, rombongan yang bawa Mas Kawin dan hantaran pernikahan belum tiba, Mereka tertinggal." Jelas Fajri. "Ya sudah gak apa. Kamu istirahat dulu." Kata Abang Sena. Orangtua Fajri pun masuk ke dalam ruang akad nikah. Mereka bercerita terjebak macet di Karet Bivak. Lokasi rumah Orangtua Fajri memang berada di daerah Jakarta Timur, sedang rumah Bunda Sena berada di Jakarta Barat. "Gak apa, Pak.... Akad nikah bisa dilaksanakan." Kata Pak Penghulu. "Tapi kalau mau istirahat dulu juga gak apa-apa." Ibu Fajri nampak berkipas karena lelah perjalanan yang macet. "Tadi kenapa gak lewat Cawang?" Tanya Abang Tino. "Ya Bang, Fajri lupa. Abis tadi sudah buru-buru biar cepat sampe sini." Kata Fajri tersipu malu. Bapak-bapak tertawa dengan kepolosan Fajri. "Sudah gak sabar biar SAH ya... Hahahaha...!" Adik ipar Fajri, Rino masuk ke dalam. "Rombongan yang bawa mahar sudah dekat. Di gerbang perumahan." Kata Rino. "Alhamdulillaah..." Sahut Bapak-bapak. "Kita tunggu sebentar ya Fajri. Tenang saja, Sena nya gak akan kabur kok." Canda Pak Penghulu. Bu Hajjah masuk ke kamar Sena. "Sena, akad nikah, Kamu mau di sini atau di depan?" Tanya Bu Hajjah. "Sena ke depan saja, Bu Hajjah." Kata Sena. Bu Hajjah tersenyum. "Ya sudah gak apa. Kamu siap-siap ya, sebentar lagi dimulai." Kata Bu Hajjah. Sena mengangguk. Jantung nya mulai berdebar. Rombongan pembawa mahar pun tiba. Abang Tino sebagai Wali Nikah sudah bersiap. Para Saksi yang ditunjuk juga sudah siap. Mahar dan hantaran pernikahan sudah tertata di dekat meja akad nikah. Sena dijemput Bunda untuk keluar. Sena didudukkan di sebelah Fajri. Sena menunduk malu. Pembacaan ayat suci Al Quran dikumandangkan oleh Teman Bunda Sena. Kemudian Pak Penghulu memberikan tausyiah pernikahan. Lalu Pak Penghulu meminta Sena untuk meminta maaf pada Bunda dan Abang Sena, juga meminta ijin agar Abang Tino menikahkan Sena dengan Fajri. Suasana sangat melo, para undangan yang hadir banyak yang mengusap airmata Mereka mendengar permintaan maaf Sena pada Bunda dan Abang nya. Fajri pun tak dapat menahan airmata nya. Tak lama Pak Penghulu menyerahkan perwalian Nikah pada Abang Tino. Bang Tino memulai perkataan akad Nikah. Fajri menjawab: Saya Terima Nikah Dan Kawin nya Sena Fatimah Binti Almarhum Bapak Ibrahim Dengan Mas Kawin Seperangkat Alat Shalat, Dibayar... TUNAI.... "SAAAHHHH....!!" Kata para Saksi. "Alhamdulillaah..." Pak Penghulu membaca doa-doa untuk keberkahan kedua mempelai. Sena mencium punggung telapak tangan Fajri. Fajri mengecup kening Sena. Mereka pun sungkeman dengan kedua Orangtua Fajri kemudian pada Bunda dan Bang Tino. Kemudian menyalami para saksi dan sesepuh yang ada di dalam ruangan akad nikah. Tak lama para undangan masuk untuk memberi selamat kepada kedua mempelai. Sesudah nya Mereka dipersilahkan untuk mencicipi hidangan yang sudah disediakan. FLASHBACK OFF
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD