Bab 6. Idul Fitri

1321 Words
Fajri mengajak Sena jalan-jalan ke monas sambil takbiran. Fajri memang sengaja sebelum Mereka ke rumah Ibu nya. Sena memegang mangkuk yang berisi rendang pesanan Fajri untuk Ibu. Suasana Jakarta sangat padat. Mereka mengumandangkan Takbir keliling Jakarta. Fajri melajukan motor nya perlahan. Fajri memakai motor dagangan Rino yang belum terjual. Rencana nya besok ada yang akan melihat motor itu. "Mas... Aku cape. Ini rendangnya lumayan berat." Rengek Sena. "Satu putaran lagi ya. Aku kangen sama Kamu. Nanti di rumah Ibu, Kita gak bisa berduaan sudah pada datang saudara-saudara ku." Kata Fajri. Sena mengangguk. Dia pasrah menahan rasa letih dari pagi belum istirahat. Sena menyenderkan kepalanya ke bahu Fajri. "Kamu ngantuk ya?" Fajri menarik tangan Sena. Sena hanya mengangguk. "Aku belum istirahat dari pagi." Kata Sena. "Ya sudah, Kita pulang ya." Kata Fajri. Dia melajukan motor nya dengan kecepatan agak tinggi setelah melewati kemacetan di lingkungan Monas. Jam 00.10, Mereka tiba di depan rusun blok orangtua Fajri. Sena menunggu Fajri yang sedang memarkirkan motor dan menggemboknya. Fajri menggandeng tangan Sena dan membawakan tas baju yang Sena bawa. Situasi rumah sudah gelap. Hanya Bapak yang masih terjaga sedang nonton tivi. "Assalamu alaikum..." Salam Sena. Sena mencium punggung telapak tangan Bapak. "Wa alaikumussalaam... Kamu sehat Nak?" Tanya Bapak. "Alhamdulillaah sehat Pak." Kata Sena. Fajri sedang merapihkan kamar nya. "Kamu istirahat sana. Sudah malam." Pinta Bapak. Sena mengangguk. Dia merapihkan rendang bawaannya. Menaruh nya di dalam lemari makan. Fajri menghampiri Sena. Dia menggandeng tangan Sena dan mengajak masuk ke kamar. "Aku cuci muka dan kaki dulu ya Mas." Kata Sena yang sudah terbiasa mencuci wajah dan kakinya, malah Sena biasa mandi terlebih dahulu jika akan tidur. Tapi disini Sena masih merasa tak enak. Fajri mengangguk. Tak lama Sena sudah berada di dalam kamar. Fajri segera mengunci kamar dan mengajak Sena ke tempat tidur. Fajri mulai melucuti pakaian Sena. "Maaasss..." Sena malu. "Aku kangen. Aku ingin..." Kata Fajri yang sudah menciumi leher Sena. "Nanti kedengeran Bapak." Sena berbisik, karena di sebelah kamar adalah kamar utama. Fajri tak menghiraukan perkataan Sena, Dia terus mencumbu Sena. Sena menahan suara nya agar tak terdengar orang rumah.☺️ Mereka pun menyatukan cinta Mereka. Fajri mengulang nya hingga beberapa kali. ____________________________ Pintu kamar diketuk. Sena mengerjabkan mata nya. "Fajri..... Ji...." Panggil Ibu. "Maaasss...." Sena membangunkan Fajri karena suara ketukan memanggil Fajri. "Hhhmmmm...." Fajri masih malas membuka mata, Dia malah memeluk tubuh polos Sena. "Mas dipanggil Ibu." Kata Sena pelan sambil duduk dan mulai mengenakan daster dan pakaian dalam nya. "Sebentar Bu." sahut Sena. "Kamu mandi gih, Ibu ngajak shalat ied." Kata Fajri. Sena mengangguk dan membuka tas nya mengambil handuk. Namun tiba-tiba sesuatu yang hangat keluar dari organ inti Sena. "Yaahhh... Gak ikut shalat deh." Sena menghela nafas. Sena segera membuka pintu. "Fajri sudah bangun?" Tanya Ibu. Sena menggeleng. "Tidur lagi Bu." Sena bergegas masuk kamar mandi. 10 menit kemudian Sena keluar dari kamar mandi, Sena tak enak berlama-lama mandi Karena sudah diketuk dari luar. Antri yang mau mandi. Sena menunduk dengan rambut basah dan segera masuk ke kamar. "Mas... Bangun..." Sena membangunkan kembali Fajri. Fajri malah menarik tubuh Sena ke kasur dan ingin mengulangnya kembali. "Mas... Aku lagi dapet." Kata Sena tersipu malu. "Haaahhh?! Sejak kapan? Baru juga dipake beberapa kali." Fajri nampak kecewa. "Barusan aja Mas, tadi pas Aku mau mandi, udah keluar." Kata Sena. "Heeeehhh... Puasa lagi deh..." gerutu Fajri. Sena hanya diam menahan malu. Fajri bergegas bangun dan duduk dipinggir ranjang. Fajri melihat Sena yang membuka daster nya dan mengganti dengan baju muslim yang seragam dengan nya. Fajri menahan saliva nya. "Mas minta tolong tarikin resleting nya." Sena menghadapkan punggung nya ke Fajri. Fajri bukannya menaikan resleting gamis Sena malah mengecupi punggung Sena dan meraba gunung kembar Sena. "Ji....!" Ibu kembali mengetuk pintu. Sena terkikik geli karena Fajri yang tak bisa menahan hasratnya. "Sudah mandi sana yang bersih." Canda Sena sambil memberikan handuk pada Fajri. "Ada siapa di kamar mandi?" Tanya Fajri. "Tadi sih Reza yang masuk kamar mandi setelah Aku." Kata Sena. Fajri bergegas keluar kamar. Sena menyiapkan pakaian dalam, baju koko dan celana panjang untuk Fajri. Tak lama Fajri sudah berada di kamar. "Cepet banget Mas mandi nya. Bersih gak tuh?" Canda Sena. "Aku sudah mandi junub." Bisik Fajri dan tak lupa mencium pipi Sena. "Mas gak shalat subuh?" Tanya Sena. Fajri menggeleng. "Belum insaf." Canda Fajri. Sena mengrucutkan bibirnya. Fajri dulu berjanji akan mulai mengerjakan shalat lima waktu dan puasa di bulan Rhamadhan. Tapi Sena mendapat laporan dari Ibu, Fajri selama pulang kesini tak pernah puasa. Sena sangat kecewa dengan sikap Suami nya, tapi Sena tak dapat berbuat apa-apa. Padahal Bapak sangat rajin berpuasa, senin dan kamis juga puasa Ramadhan dan tak pernah tinggal shalat lima waktu. Fajri mengenakan baju koko hasil jahitan Sena. Fajri sangat senang memakainya. Dia mencium kening Sena. Kemudian Mereka keluar kamar. Keluarga Fajri sangat takjub melihat penampilan Sena dan Fajri yang seragam. "Wah Sena... Tahun depan Mas Alif mau juga dong jahit baju seragam." Canda Mas Alif. "Ya Mas, boleh." Kata Sena. "Ibu juga mau, buatin juga buat Bapak." Kata Ibu. "Insyaa Allah Bu." Kata Sena. Mereka pun bergegas pergi ke lapangan dekat Masjid untuk melaksanakan Shalat Ied. Sena dan Istri Mas Alif, Dijah di rumah karena sedang berhalangan. Sena merapihkan rumah, menyapu dan mengepel. Kemudian memotong-motong ketupat. Kata Dijah: "Disini biasa kalau Hari Raya Idul Fitri, Ibu menyiapkan ketupat sudah dipotong, nanti Mereka tinggal menyendok." Sena mengerjakan apa yang dikatakan Dijah. Dia juga menghangatkan sayur ketupat dan juga rendang. Dijah tak melakukan apa-apa. Dia hanya menonton tivi. Jam 7.30. Keluarga Fajri sudah tiba di rumah. Mereka saling bermaafkan dan sungkem kepada Ibu dan Bapak. "Ayooo... Semuanya... Makan..." Ajak Ibu. "Sudah dihangatkan sayur nya, Sena?" Tanya Ibu. Ibu tahu kalau Dijah tak akan melakukan pekerjaan itu karena Dijah pemalas. Sena mengangguk. "Sudah Bu." Kata Sena. Mereka pun mengambil makan yang sudah disiapkan Sena. Sena mengambilkan Fajri makan. Mereka pun makan bersama di ruang tamu. Tak lama datang Suci, Adik bungsu Fajri bersama suami nya, Rino. Mereka dari rumah orangtua Rino. "Assalamu alaikum..." Salam Suci dan Rino. "Wa alaikumussalaam..." Jawab Mereka. Suci menggendong Putri nya yang baru berusia 4 bulan. Suci dan Rino sungkem pada Bapak dan Ibu. Ibu langsung menggendong Dara. "Cucu Umi." Kata Ibu. "Bu... Ada yang lain nih rumah?" Tanya Suci. "Lain gimana?" Tanya Ibu bingung. "Lebih rapih dan bersih." Kata Suci. "Pasti Kak Sena nih yang merapihkan dan membersihkan. Kalau Kak Dijah gak mungkin." Canda Suci. Mereka tertawa. Sena hanya menunduk. Fajri mengusap bahu Sena dan mengecup pelipis Sena. Fajri juga menyuapi Sena makan. "Pengantin baru, mesra mulu ya Bu.." Goda Rino. "Sirik aja lo, Rin." Kata Fajri. Mereka tertawa melihat keakraban Keluarga Mereka, hanya Ibu yang terlihat beda wajah nya. "Assalamu alaikum..." Salam Mas Dwi, Wati dan Putri Mereka. "Wa alaikumussalaam..." Jawab Semua. Keluarga Mas Dwi sungkem dengan Ibu dan Bapak juga menyalami Keluarga yang lain. Mereka langsung disuruh makan oleh Ibu. Dan cengkrama terus berlanjut. Mereka telah selesai makan, piring kotor numpuk. Fajri menarik tangan Sena untuk tidak mencuci piring. "Biar yang lain yang mengerjakan." Bisik Fajri. "Dijaaaahhh...!" Panggil Mas Alif. "Ya Mas...?" Tanya Dijah. "Cuci piring... Tadi Sena sudah bebenah dan masak." Kata Mas Alif. Dijah menggerutu. Wati membantu Dijah mencuci piring. Ibu mengeluarkan nastar yang tempo hari dibuat. Memindahkan pada toples kristal. Sena membantu Ibu menatanya. Mas Alif tersenyum melihat Sena yang rajin. Mas Alif mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang 10 ribu untuk Sena. "Sena.. Ini buat Kamu." Kata Mas Alif. Sena menoleh ke arah Fajri. Fajri mengangguk. "Terima Kasih Mas." Kata Sena yang menerima pemberian Mas Alif. "Kok Suci gak, Mas?" Manja Suci. "Kamu kan sudah dapat dari Rino." Kata Alif. "Fajri, nih bonus yang kemarin." Rino memberi uang pada Fajri. "Thanx ya." Kata Fajri. "Kok Ibu gak ada yang kasih?" Kata Ibu. Alif memberi Bapak uang. "Ibu kan kemarin sudah." "Fajri sudah ngasih Ibu rendang. Sena yang masak." Canda Fajri. Ibu mengrucutkan bibirnya. "Enak loh rendangnya, Sena pinter masaknya." Puji Alif. "Sena masih belajar Mas." Sena menunduk tak suka dipuji.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD