Perihal Orang tua Arka

1133 Words
Bugh, bugh, bugh, bugh! Hantaman keras menghadirkan tawa keras para pemuda berjaket hitam. Menancapkan pisau di kaki lawan menyempurnakan aksi Arka kali ini. "Aaaaaaaaaa!" Si Korban menjerit sekeras-kerasnya. Benda kecil yang berhasil masuk ke kakinya dengan paksa menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. "Habisi pengecut ini!" tutur Arka pada teman-teman geng motornya sambil berbalik. "Tunggu!" Seorang gadis cantik berseragam putih abu-abu berlari menghampiri mereka. Mendorong tubuh Arka dan menamparnya. "Apa yang lo lakuin?" pekiknya menatap pisau yang sudah tertancap. Sedang si korban sudah pingsan semenjak kedatangan gadis itu. "Bukan urusan lo!" jawab Arka ketus. "Gue suka sama lo, Ka." ucapan gadis itu membuat Arka menghentikan langkah dan tersenyum sinis. "Ayo cabut!" Arya bergeming. Kembali melangkah di ikuti teman-teman geng motornya yang baru saja hendak menyentuh korban tadi. "Gue bener-bener cinta sama lo, Ka!" ulang gadis itu membuat Arka geram dan langsung berbalik mengapit pipinya. Teman Arka sempat ingin menolong, mengingatkan sang ketua jika itu hanya gadis biasa yang tidak boleh di lukai. Namun seakan tahu kekhawatiran teman-temannya, Arka mengangkat tangan kiri sebagai tanda cukup. Membuat mereka langsung diam. "Tarik kata-kata lo! Gue nggak sudi percaya cinta lagi!" sarkas Arka menghempas pipi gadis itu dan berbalik. Namun, segera di cekal. "Lo bilang lo suka sama gue, lo bilang akan lakuin apapun demi gue. Dan sekarang, gue mengakui gue cinta sama lo. Gue! Bintang Malikil Az-Zahra jatuh cinta sama lo Arka Prasetya." teriaknya membuat suasa tiba-tiba hening. Teman-teman Arka saling tatap, gadis yang selama ini di kejar Arka akhirnya menerima cinta ketua mereka. Gadis ini bahkan mengakui cintanya di depan mereka. Arka hanya diam membuat Bintang menatapnya sendu. Seorang Arka yang selalu terlihat tampan, gagah dan mempesona kini terlihat begitu menyedihkan? Tidak! Bintang harus mengembikan semua kebahagiaannya. "Lepas!" ujar Arka membuat Bintang tersentak. "Lo mau lakuin apa lagi biar bahagia hah? Lo mau bunuh semua komplotan geng motor yang menjadi penyebab kecelakaan orang tua lo?" menghembuskan nafas "Sadar, Ka! Sebanyak apapun lo membalaskan dendam dan membunuh mereka, itu nggak akan bisa ngebalikin orang tua lo!" teriak Bintang membuat anak buah Arka ketakutan. Mereka tidak menyangka gadis ini akan seberani itu membahas hal sensitif pada ketua geng motor itu. "Arrrrgggghhh!" Arka berteriak frustasi. Menjatuhkan diri ke jalan dan membiarkan air hujan mengguyur tubuhnya. Membersihkan darah yang mengotori tangan. Bintang berlari memeluk Arka. Menangis sendu akan kondisi Arka yang kacau balau. Namun ingatan itu sirna tatkala seseorang membuyarkan lamunan Arka. "Kak Arka," katanya. Arka terperanjat. "Lo? Lo ngapain kesini?" pekik Arka saat melihat Bulan sudah ada di depannya. Beberapa kali mata Arka memandang arah pintu, takut Bintang tiba-tiba datang dan melihat dia bersama si cupu ini. "Darimana lo tahu gue disini?" tanya Arka sudah beranjak dan berusaha mengusir Bulan. "Pergi, pergi! Lo ngapain kesini sih, ganggu aja." Arka begitu ketakutan, apalagi saat suara derap langkah mulai terdengar. "Tapi, Kak. Bulan mau ngasih ini. Ini kue ulang tahun yang Bulan buat khusus untuk Kak Arka sebagai ganti kue Kak Arka yang Bulan tabrak waktu itu, " tutur Bulan sambil memperlihatkan satu kotak sedang berwarna putih. Sangat cantik dengan balutan pita besar berwarna pink. Arka menatap geli dan jijik, dia sangat membenci warna norak itu. Sebagai laki-laki, Arka menyukai warna hitam. Baginya, hitam merupakan simbol kekuatan dan tekad yang kuat. Sangat cocok bagi seorang pria tangguh sepertinya. Berbeda dengan warna pink yang menurutnya terlihat lemah dan aneh, persis seperti wanita yang menyukai warna itu membuat Arka sangat membencinya. "Arka!" Suara yang di takutkan akhirnya terdengar dari jauh membuat Arka semakin gusar dan mendorong Bulan dengan lebih kasar. "Ya, ya. Lo simpan aja disitu dan pergi sekarang." Bulan mengangguk, buru-buru menyimpan kotak itu di meja. "Cepetan!" usir Arka mendorong tubuh Bulan dan langsung menutup pintu. Hatinya ketar-ketir karena kedatangan gadis cupu itu. "Ada apa?" tanya seseorang dari balik pintu lain mengejutkan Arka. Namun setelahnya Arka tersenyum melihat wajah cantiknya. "Aku cape," ujar Arka dengan nada manja. Menjatuhkan tubuh ke tanah membuat Bintang langsung berlari menghampirinya. "Kenapa? Jangan bilang kau habis berkelahi lagi!" sarkas Bintang dengan wajah tak bersahabat. Arka terkekeh, wajah Bintang semakin manis jika marah seperti itu. Pipinya makin gembul. "Ya, aku habis berkelahi dengan hatiku karena dia terus saja memintaku untuk menemuimu," Blush! Pipi Bintang langsung bersemu merah. Argh Arka, nggak bisa marah kan kalau begini. Hati Bintang berdetak cepat. Namun sebisa mungkin berusaha agar bisa marah. "Nggak lucu!" sarkas Bintang langsung berbalik namun segera di cekal. “Jangan marah dong, kesayangannya Arka. Nanti aku bisa mati kalau kamu pergi dariku," ucap Arka dengan lirih. Dia mengingat perjodohan itu lagi, kan. Menggelikan memang apa yang diucapkannya tadi, tapi Arka benar-benar tidak ingin kehilangan Bintang. Bintang sudah menjadi bagian dari seluruh hidup dan nyawanya. "Aku mencintaimu, Bintang," ujar Arka sambil menarik Bintang kedalam dekapannya. Bintang yang tadinya ingin protes langsung terdiam, keadaan Arka saat ini sepertinya berbeda. Arka seperti sedang ada masalah. "Apa itu? Apa itu untukku?" tanya Bintang saat matanya melihat sesuatu di atas meja. Apalagi saat melihat warna favoritnya. Bintang langsung berlari menghampirinya dan membukanya. "Itu, itu ... Jangan di buk-" "Wahhh, cantik sekali. Apa ini untukku?" Mata Bintang berbinar menatap kue ulang tahun berwarna pink itu. Sangat cantik dan lucu. "Kau menyukainya?" tanya Arka. Matanya melirik kue itu kemudian beralih pada wajah Bintang yang mengangguk semangat dan berseri membuat Arka ikut senang dan tersenyum. Kebahagiaan Bintang sudah menjadi bagian dari hidupnya. "Tapi tunggu, kenapa kamu ngasih kuenya hari ini? Ulang tahun aku kan kemarin, lagi pula kamu sudah kasih aku hadiah," tanya Bintang heran. Jika ingin memberi kejutan biasanya cukup satu kali, kan? Atau diberikan bersamaan dengan kuenya. "Sebenarnya, aku sudah membawa kue untukmu kemarin. Tapi tumpah. Jadi aku putuskan untuk membuat ulang dan memberikan nya padamu," kilah Arka sambil tersenyum kikuk. "Aaaa Terima kasih, Arka yang tampan dan baik hati," memeluk Arka Dengan erat. Boleh juga si cupu ini, dia jadi bisa bahagiain Bintang. Selesai memotong kue dan mencicipinya, Arka dan Bintang masih betah disana. Tempat yang berlokasi di atas cafe, sangat nyaman dan tenang karena jauh dari keramaian. Mereka duduk berdampingan dengan Arka yang merangkul pundak Bintang. "Kamu nggak dateng semalam," lirih Bintang mulai menitikan air mata. "Padahal aku sampai berani kabur dari rumah semalam," lanjut Bintang terdengar sangat pilu. Ya, padahal dia sudah berjuang untuk kabur, memanfaatkan kegiatan pertemuan Kak Bulan dengan calon suaminya itu agar bisa bertemu dengan Arka. Namun, Arka malah tidak datang. Arka seperti tersambar petir, dia melupakan satu hal besar. Perihal janjinya pada Bintang. Tapi tunggu, Bintang kabur untuk menemuiku semalam? Apa itu artinya Bintang benar-benar tidak tahu siapa calon prianya? "Maafkan aku, aku kira kau tidak akan datang lagi seperti Minggu lalu," tutur Arka kembali mendekap Bintang. Kekasihnya tidak tahu? Biarlah. Arka tidak ingin menyakiti Bintang dengan menjelaskannya. Biarlah semuanya berjalan seperti ini dulu, Arka tidak ingin Bintang mengetahuinya. Entah sampai kapan Arka bisa menyembunyikannya. Tapi yang pasti, Arka akan berusaha untuk terus menutupinya, atau bahkan membatalkannya. Bersambung….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD