Kesepakatan

1225 Words
“Kalian saling kenal?" tanya Abah seraya tersenyum lebar. Ternyata, dia tidak perlu bersusah payah mengenalkan mereka karena mereka sudah saling mengenal lebih dulu. Di tambah dengan antusiasme Arka tadi membuat Abah semakin yakin dan tenang. "Benar, Tuan Abdullah. Cucuku bilang dia mengenalnya, dia bahkan tahu betul gadis cantik pemilik rumah ini," ucap kakek mengikuti gaya bicara Arka tadi. Bulan, Umi, Abah, dan Paman Jimmy tersenyum simpul. "WHAT?" Sedang Arka memekik, suaranya bahkan sampai habis saking terkejutnya. Arka menggeleng. Bukan si cupu ini "Tapi, Kek. Maksud Arka bukan si cup-" "Bulan, sini duduklah di dekat Kakek. Kakek ingin berbincang dengan calon istri Arka." Arka seperti tersedak biji salak mendengar ucapan kakek. Apa tadi katanya? Bulan? Calon istri Arka? Arghhh! Yang benar saja! Tidak, tidak! Aelah kek yang benar saja si ketua geng motor nikah sama si cupu dan bodoh ini. Apa kata dunia!!! Batin Arka menjerit. "Sini!" Baru saja Bulan bergerak dan hendak menghampiri kakek, Arka menarik tangan Bulan sedikit kasar, mengabaikan tatapan Kakek, umi, dan Abah yang terkejut. "Ada apa?" tanya abah sedikit khawatir. Ia sepertinya kecolongan perihal putrinya. Karena setahu dia, Bulan tidak pernah dekat dengan pria manapun. Berbeda dengan Bintang yang memang sering dekat dengan pria. "Tenang saja Tuan Abdullah. Bukankah kedua calon pengantin butuh waktu untuk berbicara serius?" ujar kakek lembut, membuat abah dan umi langsung mengangguk faham. Sedang Paman Jimmy menatap kakek heran. Di dapur. "Auw!" ringis Bulan ketika Arka menghempaskan tangannya dengan sangat keras. Dia sangat marah, bisa-bisanya kakek menjodohkan cucu tampan satu-satunya ini sama upik abu, jorok, bodoh dan jelek seperti ini. "Kau!" Arka menunjuk wajah Bulan geram. Ingin sekali ia acak-acak atau tampan sekaligus. Namun Arka menarik kembali telunjuk itu dan menggenggamnya kuat. Rasanya, ingin sekali gia menghacurkan gadis ini, tapi tangannya terlalu bersih untuk menyentuhnya. Bulan hanya tertunduk, tidak berani melawan apalagi bersuara. "Kau! Bagaimana bisa yang menikah denganku seorang gadis cupu dan bodoh sepertimu? Kenapa bukan gadis cantik dan pintar? Kenapa bukan Bintang?" tanya Arka menggebu, mengacak rambut frustasi. Pertanyaan Arka sedikit melukai hati Bulan. Meski jutek dan Arrogant, Bulan mengira Arka memiliki sedikit rasa simpatik padanya. Karena Arka tidak pernah melukainya seperti para siswa siswi lain. Arka malah pernah membubarkan anak laki-laki yang membuli Bulan ketika mereka di perpustakaan, dari situ Bulan mulai jatuh hati pada seorang Arka Arzen Prasetya. Ketua tim Basket sekaligus ketua geng motor paling tampan di SMA Kota Malang. "Maaf, Kak. Bulan nggak tahu. Mungkin karena Bulan anak tertua disini," jawab Bulan mencoba memberi pemahaman, namun malah mematik amarah Arka. "Apa? Karena kau anak tertua disini kau bilang? Kakak macam apa kau ini? Tidakkah kau menolak saja dan menyerahkannya pada Bintang?” “Kau tahu kami saling mencintai!" sentak Arka membuat jantung Bulan seakan berhenti kali ini. Apa ? Arka dan Bintang saling mencintai? Apa itu artinya pria yang sering di ceritakan Bintang itu adalah Arka? Pria tampan yang sangat Bintang cintai. Bulan terdiam, dia akan sangat jahat sekali jika memisahkan kedua kekasih yang saling mencintai itu. Tapi bagaimana dengan keluarga? “Tapi, Kak. Bagaimana dengan pernikahan ini?” tanya Bulan serba salah. Arka menatap tajam. "Pernikahan? Cih! Ingatlah ini Upik abu! Bayanganmu saja tidak pantas bersanding denganku!" sarkas Arka kemudian melenggang pergi, meninggalkan Bulan yang sudah berkaca-kaca. Ucapan Arka begitu menyakitkan baginya. *** "Apa yang terjadi?" tanya Abah khawatir saat melihat Arka keluar dengan wajah tidak baik. Wajah sang calon menantu yang ceria dan bersemangat tadi berubah drastis. "Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Abah lagi dengan cemas. Arka terdiam melihat wajah pria paruh baya yang di hormati itu. Sesaat membuatnya sadar akan posisi mereka saat ini, membuat Arka tidak jadi menyemburkan semua protesnya pada sang Kakek yang saat ini hanya duduk manis menatapnya. “Tentu. Semua baik, Pak," tutur Arka mencoba menahan suaranya yang hampir meledak. "Iyah, Bah. Tidak apa-apa kok, semuanya baik-baik saja," timpal Bulan di belakang Arka. Bibirnya senyum berseri menghiasi kain putih yang menutup kepalanya. Semua mengembuskan nafas lega. Kemudian kembali duduk melanjutkan perbincangan dan perkenalan. Hingga akhirnya putusan di dapatkan, ijab qobul tetap akan dilaksanakan satu hari setelah Arka dan Bulan lulus sekolah. Mengingat Arka harus banyak belajar perihal Bisnis perusahaan sebelum benar-benar menerima estapet kepemimpinan keluarga Prasetya. Tak lama tangan kakek terangkat, memanggil calon mantu cucunya itu. "Nak, kemarilah!" Bulan mendekat, duduk di samping kanan Kakek. Pria tua yang selalu berjas itu memberikan satu kotak berwarna merah berisi perhiasan dan berlian. "Ambilah, ini adalah kado kecil dari keluarga kami." "Apa ini?" Bulan segan menerimanya, apalagi saat melihat tatapan Arka yang seakan ingin melahapnya hidup-hidup. Bulan sangat mengerti perasaan Arka saat ini. Namun Bulan juga tidak bisa berbuat banyak, tujuan dia menerima pernikahan ini adalah hanya untuk melupakan Arka. Namun, siapa sangka. Pernikahan ini malah lebih mendekatkan dirinya pada Arka. "Tidak, Kek. Bulan rasa Bulan tidak pantas menerima ini," tolak Bulan halus. "Kau tidak menyukainya?" tanya Kakek sendu. "Eh tidak! Bukan itu maksud Bulan, Kek. Bulan han-," "Terimalah, anggap saja itu kado ulang tahunmu minggu lalu," ujar Arka membuat Bulan menatapnya. Dia tahu hari ulang tahunku? Hati Bulan langsung berbunga-bunga, mengingat kembali kejadian dimana Arka membubarkan para pria yang mengganggunya, mengambil alih kue ulang tahun yang sempat temannya curi itu dan mengembalikan pada Bulan lagi meski dengan ketus. “Jaga barang jijik lo ini baik-baik kalo ngga mau di ambil orang,” ucap Arka saat itu. Bulan menerima benda itu dan menggenggamnya. "Baiklah kalau begitu, kami permisi undur diri, Tuan Abdullah." Kakek langsung beranjak, menjabat tangan Tuan Abdullah. "Silahkan-silahkan, terima kasih banyak, Tuan. Semua yang anda bawa, kami menerimanya dengan senang hati," tutur Abah, matanya melirik semua barang bawaan Tuan Besar Prasetya yang memenuhi seluruh ruang tamu dan halamannya. Mulai dari bunga, makanan, buah, pakaian, dan keperluan lainnya. Kakek mengangguk kemudian melangkah keluar di ikuti oleh yang lainnya. Baru saja mereka tiba di rumah utama keluarga Prasetya, Arka membanting pintu kasar. "Tidak! Arka tidak akan menikah dengannya!" Protes Arka ketika mereka baru saja tiba di depan pintu. "Silahkan jika kau ingin kakek menghentikan semua fasilitas mu," kecam Kakek dengan serius membuat Arka menatapnya tak percaya. Bagaimana bisa kakeknya sampai melakukan hal itu hanya agar Arka menikah dengan si cupu itu. "Kek? Are you oke? Yang benar saja nikahin Arka sama gadis cupu dan b**o kayak gitu," "CUKUP!" sentak Kakek di susul dengan dadanya yang sesak. Tuan Prasetya terjatuh, memegang dadanya yang sesak. Paman Jimmy yang baru tiba sigap membopong Kakek, membawanya masuk ke dalam kamar. Tangan Arka mengepal melihat kondisi kakek yang drop. Di sisi lain, dia tidak ingin selalu membantah lagi hingga membuat Kakek sakit. Tapi di sisi lain, Arka juga tidak menginginkan pernikahan ini. Arka sangat mencintai Bintang, gadis itu adalah alasan utama Arka bangkit dari keterpurukannya setelah kematian Ayah dan Ibu. “Arghhhh!” teriak Arka membuat paman Jimmy menatapnya iba. Tuan muda yang selama ini selalu ceria dan hidup bebas, kini harus hidup penuh aturan di bawah naungan sang Tuan Besar. “Tuan, apa kita perlu membawa Tuan Besar?” “Tidak! Aku yang akan mengurusnya malam ini,” jawab Arka dingin. “Baiklah." “Tuan, saya sudah siapkan seluruh data yang harus anda tanda tangani,” tutur Jimmy lagi. Arka tidak peduli, mata dan hatinya kosong. Hanya ada Bintang dan Kakek yang di pikirannya. Rindu bercampur marah. Lagi pula, kemana sih dia? Bukankah itu rumahnya? Atau si cupu itu mengurung Bintang agar Bintang tidak keluar dan bertemu denganku? Cih Bulan! Selain jelek dan bodoh. Kau juga licik ya ternyata. Bersambung….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD