Ijin Nikah

1218 Words
Satu hari setelah kegiatan Wisuda telah berlalu, itu artinya sudah dua tahun setelah kegiatan lamaran malam itu. Arka, Bulan maupun Bintang sudah lulus hari ini. Sedang hari ini adalah hari yang paling Arka tunggu sekaligus Arka takutkan. Ia tunggu karena akhirnya hari ini ia bisa bertemu dengan kekasihnya Bintang setelah sekian lama harus belajar bisnis. Tapi juga takut karena hari ini juga ia harus menikah. Selama pembelajaran Kakek selalu berusaha mendekatkan Arka dan Bulan. Tapi selama itu pula Arka menolak dan malah semakin menjauh. Arka maupun Bulan tidak kunjung bertemu apalagi dekat, yang ada malah Arka dan Bintang yang semakin lengket dan cinta-cintanya. Seperti saat ini, setelah berduaan dan bermesraan bersama kekasihnya, Arka sedang memutar otak. Mencari alasan yang pas agar dia bisa segera pulang dan menikah. Karena jika tidak, kakeknya bisa kena serangan jantung lagi jika dia tidak datang tepat waktu. Namun, Arka juga tidak mungkin ijin menikah hanya agar bisa segera pergi. Ya, meski sebenarnya Arka juga belum ingin pergi karena masih rindu. "Ka, kau tahu? Kak Bulan mau menikah hari ini." Setelah perbincangan jauh mengenai hal-hal yang Arka lewati selama belajar bisnis di LN. Bintang kembali menutur, bibir gadis itu mengerucut imut. Sedang tangannya terus memeluk Arka erat. Bintang merasa Arka akan pergi meninggalkannya lagi, padahal kekasihnya itu sudah ada di depannya saat ini, baru kembali. Entahlah, apapun itu pokoknya Bintang tidak ingin melepaskan Arka sedikit pun hari ini. Biarlah dia disidang oleh Abah lagi karena pulang telat dan tidak menghadiri pernikahan kak Bulan. Sedang Arka sempat tersedak ludah sendiri, tapi untung Bintang tidak melihat ekspresi wajahnya karena posisi mereka yang saling berpelukan. Arka menetralkan wajah dan tenggorakan sebelum menjawab. "Oh ya? Bukankah kalian baru saja wisuda kemarin, kenapa si cupu itu menikah?" "Apa dia bunting?" tanya Arka membuat Bintang langsung melepas pelukan dan menatapnya tajam. "Arkaaa! Dia kakakku!" hardik Bintang dengan nada berat. Dia heran, kenapa semua orang begitu membenci kakaknya. Selain mengatainya jelek, semua orang sangat suka menghina kakaknya dengan kata tak pantas. Jika saja yang bicara begitu tadi bukan Arka, sudah Bintang gantung lidahnya. "Oke, oke. Lalu?" Arka terkekeh melihat wajah galak Bintang. Apalagi bibir ranumnya, ingin sekali dia melahapnya lagi. Namun Bintang segera mengalihkan pandangan, membuat Arka menghembuskan nafas lelah. "Entahlah, yang aku tahu Abah memiliki janji perjodohan dengan sahabat lamanya," tutur Bintang setelahnya. Menghembuskan nafas lelah kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Arka. Arka menyambut kepala itu dan memeluknya erat. Tak lupa mengecup kening gadis itu sedikit lebih lama. Kemudian mengangkat kepala gadis itu agar menatapnya. Arka menatap Bintang lekat-lekat, benarkan Bintang benar-benar tidak tahu siapa sahabat abahnya dan siapa calonnya? Tidakkah si cupu itu menceritakannya? "Lalu?" Bintang melirik Arka dan menatapnya wajah tampannya lekat. "Aku sudah protes kepada Abah perihal ini," ujar Bintang menggantung. "Lalu?" tanya Arka membuat Bintang kesal kali ini. "Lalu lagi?" Bintang menatap Arka kesal. Kenapa pria ini bisa begitu tidak antusias dan biasa saja. Hanya menjawab lalu, lalu dan lalu. Seperti tidak ada kata lain saja! umpat Bintang seraya cemberut. Seakan tahu apa yang ada didalam pikiran Bintang, Arka mencubit gemas kedua pipi Bintang dan mengatakan maaf. "Maafkan aku," ujarnya. Ya mau bagaimana lagi? Aku hanya ingin tahu kelanjutannya dan tidak ingin sampai keceplosan karena terjebak pertanyaanmu. Kau tahu aku tidak bisa berbohong jika sudah kau desak. Batin Arka panjang lebar. Bintang mengiyakan kemudian melanjutkan cerita. "Ku kira Abah menerima sanggahanku dan menghentikan perjodohan ini. Tapi ternyata tidak, karena Kak Bulan menerimanya," jelas Bintang masih di dengan baik oleh Arka. "Sebenarnnya aku kasihan pada Kak Bulan karena di jodohkan. Tapi aku tidak ada alasan kuat karena kak bulan sendiri menerimanya," lanjutnya. Membuat Arka dan Bintang langsung sama-sama terdiam. "Kau tahu, aku tidak habis fikir kenapa Kak Bulan mau menerimanya, padahal dia tahu kita masih sangat muda dan banyak perjalanan yang harus kami lewati. Tapi aku tahu pasti, Kakak pasti tertekan. Aku kasihan padanya," ujar Bintang lirih mengingat Bulan yang selalu bersikap mengalah demi apapun dan siapapun yang ada di lingkungannya agar tetap baik-baik saja. Berbeda dengan Arka yang semakin benci mendengar nama calon istrinya. Calon istri? Cih, Arka jijik sekali mengakuinya. Arka meyakini jika gadis cupu itu pasti yang menawari dirinya lebih dulu, lebih lagi perihal anak tertua. Bulan pasti menang argumen karena dua hal itu. Arka marah dan benci pada Bulan, dia berjanji tidak akan menyentuh gadis cupu itu walau sejengkal. Apalagi mencintainya, itu tidak akan pernah ada. Demi langit dan bumi. Arka jamin itu tidak akan terjadi. Gumam Arka kuat. "Ka?" Suara lembut Bintang membuyarkan lamunan Arka. Membuatnya meraup wajah cantik kekasihnya dan membelainya. "Iya, Sayang?" tanya Arka membuat hati Bintang melembut. Inilah salah satu yang Bintang sukai dari Arka. Meski Arka adalah pemuda yang liar dan terkesan kasar, tapi itu hanya pada lawan dan musuh-musuhnya. Arka bahkan sangat lembut jika padanya. Dan meski sudah dua tahun tidak bertemu pula. Bintang kira Arka akan banyak berubah, tapi ternyata tidak. Pria ini bahkan lebih ramah dan lembut dari biasanya. Membuat Bintang semakin yakin jika Arka adalah pria yang pas untuk ia jadikan imamnya. "Kamu janji nggak akan ninggalin aku, kan?" Pertanyaan Bintang menakutkan Arka. Bintang bertanya seolah dia tahu Arka akan meninggalkan Bintang dan menikah dengan Bulan. "Kenapa kau bertanya seperti itu?" Sebisa mungkin Arka menetralkan nada bicaranya. Tidak ingin terlihat tegang. "Karena setelah menikah nanti, Kak Bulan pasti ikut bersama suaminya, aku jadi tidak ada teman lagi. Tidak akan ada yang membela ku lagi dan aku hanya tinggal punya kamu, Ka. Kamu tidak akan ninggalin aku kayak kak Bulan, kan?" Bulan benar-benar sedih akan hal itu. Arghhh! Arka ingin berteriak frustasi. Sekuat-kuatnya. Permintaan Bintang, wanita yang paling di cintainya ini sangat memilukan. Mengiris hati Arka tanpa sadar. Apalagi saat Bintang sudah menitikan air mata membuat Arka semakin merasa bersalah dan jahat, sejahat-jahatnya. "Hey, sayang. Kenapa kau menangis? Jangan menangis, please! Aku tidak mungkin meninggalkan mu. Lagi pula kakakmu yang cupu itu yang menikah, kan? Bukan aku. Aku tidak mungkin meninggalkan gadisku yang paling cantik sedunia ini," tutur Arka di akhiri dengan kecupan di dahi Bintang. Bintang tersenyum senang "Janji?" Mengangkat satu kelingking kanan tanda perjanjian. Tubuh Arka tiba-tiba membeku, dia seperti orang paling munafik di dunia ini. Ayah sering menasehati jika terdapat banyak orang munafik di dunia ini, dan Arka tidak boleh menjadi salah satunya. Mengingat itu, Arka seperti anak paling durhaka. Tapi Arka tidak ingin kehilangan Bintang. Di sisi lain, Arka juga tidak kuasa menolak dan menghentikan perjodohan sialan ini. Argghh! demi apapun Arka membenci Bulan. Gadis itu yang menjadi faktor semua kerumitan dalam hidupnya. Menjadi benalu dalam hubungannya bersama Bintang. "Terima kasih, Sayang!" Bintang mengecup bibir Arka singkat, tepat setelah pria itu menautkan kelingkingnya. Sebenarnya Bintang ragu, tapi karena rindunya yang memuncak akhirnya ia melakukannya juga. Sedang Arka merasakan desiran di tubuhnya, hal ini adalah hal yang ia rindukan setelah sekian lama. Namun buru-buru ia berbalik dan menghindar. "Ada apa?" Bintang menatap aneh tampan yang semakin dewasa itu lekat. Tidak biasanya Arka bersikap seperti itu. Terlihat tegang dan gugup, padahal biasanya santai dan tenang saja. Bahkan pede meski di depan banyak orang. "Ak-aku harus pulang," ujar Arka tiba-tiba. Bintang ikut berdiri. "Ada apa?" "Paman Jimmy! Dia sudah menungguku!" Arka berlari sambil menunjuk mobil sport hitam di ujung jalan, membuat Bintang menghela nafas lelah dan membiarkan kekasihnya pergi. "Hm, baiklah. Bukankah mulai hari ini kau tidak perlu merindukannya lagi? Karena kau bisa menemuinya langsung sesukamu," ujar Bulan, menatap kepergian Arka dengan senyuman. Bersambung….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD