Bab 1 Pangeran Iblis

1363 Words
Pria itu adalah seorang tirani kejam berdarah dingin. Seorang Pangeran bengis bertubuh pendek, berkulit hitam, berambut keriting, berhidung bengkok, serta bergigi kuning akibat tembakau. Tidak ada cinta dalam kamusnya. Para wanita dan anak-anak diperlakukan tanpa belas kasih. Para musuh dan pemberontak dibunuh dengan kejam. Tidak ada satu pun yang bisa selamat. Mulai dari kehilangan sepasang tangan dan kaki, kedua bola mata, bahkan langsung kehilangan kepala. Pria itu juga merupakan satu dari tiga bersaudara yang dilahirkan dengan kekuatan sihir api terkuat. Bahkan, ia juga diberkahi dengan pedang sihir terhebat yang tidak pernah berhenti mengucurkan darah segar, Pedang Eltoc. Hal itu membuatnya menjadi sosok Pangeran yang haus akan darah. Pangeran Iblis. Ya, itu adalah sebuah julukan yang disematkan oleh para penduduk pada sosok bengis itu. Mereka semua takut dan membenci. Selama ia menjadi Pangeran, aroma darah terus menguar di Kekaisaran Deltora—nama Kekaisaran Eropa tempat saat ini ia berada. Namun, satu hal yang perlu diketahui, sebenarnya belum pernah ada penduduk yang benar-benar melihat wujud asli dari sosok Pangeran Iblis. Mereka hanya bisa menerka. Sebab, di mana pun Pangeran itu berada, maka ia selalu menggunakan jubah berwarna hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Begitu pula dengan para pelayan yang bekerja di istana. Mereka tidak pernah melihatnya. Sebab, meskipun berada di dalam istana, ia juga selalu bersembunyi di balik jubah berwarna hitam. Wajahnya tidak kelihatan. Sosoknya selalu misterius. Akan tetapi, ada beberapa prajurit dan orang-orang kepercayaan sang pangeran yang pernah melihat wujud asli dari Pangeran tersebut. Meskipun begitu, mereka yang belum pernah melihat, tetap meyakini jika hal yang telah dijelaskan di atas adalah gambaran dari sosok Pangeran tersebut; seorang pria bengis bertubuh pendek, berkulit hitam, berambut keriting, berhidung bengkok, serta bergigi kuning akibat tembakau. Bukankah itu semua terdengar mengerikan? Bahkan, rumor telah menyebar jika wajah Pangeran Iblis telah hancur akibat terkena kutukan hingga ia enggan memperlihatkan pada semua orang. "Dan, sekarang ... kau akan menikah dengannya, Latte." Sofia tersenyum miring pada seorang gadis bernama Latte. Dengan wajah pongah, Sofia berkacak pinggang di belakang Latte yang tengah membelai kepala dengan surai panjang seekor kuda berwarna cokelat tua. Jemari lentik Latte membelai kepala kuda yang menunduk itu dengan penuh cinta. Sementara Sofia mengerutkan kening lantaran celetuknya tidak dihiraukan oleh gadis yang lebih memilih sibuk dengan seekor kuda. Sebenarnya, mereka adalah dua gadis bersaudara. Ya, saudara tiri yang tidak pernah bisa akur. Pertikaian kecil semacam ini adalah hal yang lumrah terjadi di antara keduanya. Sofia adalah anak kandung dari sang ibu, sementara Latte anak kandung dari sang ayah. Sofia berkepribadian manis dan anggun, sedangkan Latte berkepribadian tomboi dan ceroboh. Sofia piawai mengambil hati semua orang, sedangkan Latte piawai membuat masalah pada semua orang. Kemudian yang terakhir, Sofia berbicara dengan nada lembut bak bunga yang bermekaran di lembah, sedangkan Latte berbicara dengan nada kasar dan mudah tenggelam dalam lautan amarah. Bagaikan langit dan bumi, sangat jauh perbedaan di antara keduanya. Mereka layaknya air dan minyak yang tidak pernah dapat disatukan. Hanya dua persamaan yang ada dalam diri mereka: penyihir air dan memiliki paras menawan bak jelmaan Dewi. Sofia Annabela, nama lengkap dari gadis yang memiliki tubuh ramping dan mata sipit seperti bulan sabit. Rambutnya lurus berwarna hitam panjang berkilau. Jika ia tersenyum, maka sinar matanya akan tampak seperti lembayung senja yang indah dan menenangkan. Ditambah dengan image elegan dan damai yang dimiliki oleh seorang Sofia, membuat siapapun merasa ingin melindungi gadis tersebut. Semua orang mudah terbelenggu dengan setiap perkataannya. Bahkan, banyak pria yang mengagumi dan menganggap Sofia adalah gadis yang baik dan ramah. Namun, satu hal yang harus diketahui, jika semua kelebihan yang ada di dalam diri Sofia sebenarnya hanyalah topeng belaka. Gadis yang berusia lebih muda setahun dari Latte itu diam-diam selalu berkata kasar pada kakak tirinya. Sementara gadis bernama lengkap Latte Marie Swan juga memiliki paras yang tidak kalah memesona. Rambutnya panjang berwarna cokelat hazel yang kontras dengan kulitnya yang putih, bongkahan d**a dan bokongnya juga lebih besar dan sintal dibandingkan Sofia, serta manik mata langka berwarna perak yang indah dan diwariskan dari mendiang sang ibu, membuat gadis itu terlihat istimewa. Namun sayang, karena image Latte yang terlanjur dikenal sebagai gadis tomboi, pemarah, dan suka membuat ulah, maka banyak pria dan para penduduk yang menganggap gadis itu jahat dan dipenuhi dengan kesombongan. Padahal nyatanya, Latte adalah gadis baik dan penyayang. Ya, sebab itulah jangan pernah menilai seseorang dari sampulnya. "Sungguh malang nian nasibmu, Latte. Sebentar lagi kau akan menjadi istri dari Pangeran Iblis. Tapi kurasa gadis sepertimu memang pantas menikah dengannya," ujar Sofia sekali lagi dengan tersenyum culas. Perlahan Latte membalik tubuh dan menatap lekat manik sehitam jelaga gadis di hadapannya, "Apa maksudmu, Sofia?" Latte memberikan ketenangan yang masih terpancar di seraut wajah cantiknya. "Well, kudengar dari ibuku jika Pangeran Iblis sedang membutuhkan seorang Istri. Berita buruknya, keluarga Duke Sanchez kita yang terpilih menjadi satu-satunya kandidat," jelas Sofia dengan tersenyum jahat. "Lalu?" Alis mata Latte terangkat sebelah. "Tentu saja bukan aku yang sempurna ini yang akan menikah dengannya bukan? Lalu jika bukan aku, siapa lagi jika itu bukan dirimu, Latte?" Sofia tertawa renyah. Raut wajahnya benar-benar sumringah. Sementara Latte memutar bola matanya jengah, "Omong kosong!" hardiknya dengan tatapan tajam yang tertuju pada Sofia. Sofia mendecih pelan, "Jika kau tidak percaya, maka tanyakan saja langsung pada Ayahmu! Kupastikan hari ini kau akan menangis tersedu-sedu. Sebab, Ayah yang sangat kau sayangi itu, ternyata membuangmu pada sosok Pangeran yang mengerikan. Kau tidak dibutuhkan lagi!" Sofia mengangkat dagu mulusnya, mengisyaratkan tanda kemenangan. "Ouh ... aku benar-benar tidak sabar melihatmu pergi dari sini." Kedua tangan Latte mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Sejenak pikiran gadis itu mengelana entah ke mana. Ia yakin jika yang dikatakan Sofia pasti hanyalah kebohongan belaka. Ayahnya tidak akan tega melemparkannya pada sosok Pangeran Iblis. Dan, gadis itu pun memutuskan untuk segera pergi menemui sang ayah. Namun, belum sempat melangkah pergi, pandangan Latte kembali tertuju pada gadis bersurai hitam yang masih saja melengkungkan bibir membentuk senyuman culas. Sofia merasa senang jika saudari tirinya menderita. Hal itu adalah salah satu cita-cita terbesarnya bersama sang ibu selain menguasai harta Duke Shancez yang tidak lain adalah Ayah kandung Latte. "Apakah kau mau kuberitahu sesuatu, Sofia?" Latte tersenyum tipis. Sofia yang sejak tadi mengangkat dagu mulusnya pongah mendadak mengerutkan kening, "Sesuatu?" Latte mengangguk, "Ya, kurasa senyumanmu terlihat sangat jelek. Bibirmu miring. Apa kau lupa memberi mantra sihir pada perawatan wajahmu?" Sofia yang menganggap dirinya gadis tercantik di penjuru Kekaisaran Deltora sontak membeliakkan mata lengkap dengan rahang mengetat. Sedangkan Latte tahu betul jika salah satu obsesi terbesar gadis bersurai hitam itu adalah kecantikannya. "Mengapa kau tidak mengurusi wajah jelekmu itu sendiri, Latte Marie Swan?" Sofia membalas hinaan Latte, tidak terima. Latte tiba-tiba terkesiap dengan wajah menegang. Pandangan gadis itu tertuju pada pundak Sofia, "Oh astaga! Ada hewan menjijikan di pundakmu!" pekik Latte secara tiba-tiba. Ekspresi mengetat karena amarah yang sebelumnya tercetak di wajah Sofia dalam sekejap berubah menjadi pias. Sekujur tubuh Sofia sejenak mematung. Gadis ramping yang terbalut dengan gaun panjang mengembang berwarna kuning itu sontak menjerit hingga memekakkan telinga. Seekor kuda berwarna cokelat tua yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari dua gadis yang sedang bersitegang itu ikut meringkik dengan kepala ditegakkan, pertanda si kuda sedang waspada dan penasaran. Kedua kaki Sofia dengan gerakan kilat melompat-lompat berharap serangga menjijikkan yang ada di bahunya itu tergelincir dan jatuh. Namun sayang, serangga itu tidak akan pernah jatuh. Sebab, tidak ada serangga apapun yang bertengger di bahunya. Ya, Latte sedang mengerjai Sofia yang memang geli pada serangga. Padahal, sudah cukup sering Latte berbuat ulah dengan melakukan hal yang sama. Namun, dengan bodohnya Sofia masih tetap saja percaya. Sebelah kaki Sofia tidak sengaja menginjak bawahan gaun panjang yang ia kenakan ketika sibuk melompat dan berteriak. Akibatnya, tubuh gadis itu dalam sekejap mata jatuh tersungkur dengan wajah mendarat mulus dan mencium tanah. Cuping hidung Sofia bergerak kembang kempis mengendus-endus aroma yang menusuk hidung. Pupil matanya bergetar. Perasaan tidak enak seketika menyergap tubuhnya. Ternyata, bukan tanah yang ia cium melainkan tahi kuda yang berdiri tidak jauh darinya. "Yaaaaaaaccckk!" Latte terkekeh geli kemudian membalik tubuh meninggalkan Sofia. Berbagai teriakan dan umpatan yang ditujukan padanya sama sekali tidak membangkitkan niatnya untuk kembali membalik tubuh dan melihat keadaan Sofia. Gadis itu justru semakin mempercepat langkah untuk segera menemui sang ayah. "Aku akan benar-benar membuatmu menyesal, Latte! Dasar wanita sialan! Ouh wajahkuuuu!" ~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD