CHAPTER 14 - ISTRI ORANG

1164 Words
Tepat pukul sepuluh tiga puluh, akhirnya mereka _Ronal dan Beni_ berhasil tiba di rumah Sia, dan siapa sangka mereka berdua telah di sambut sang pemilik rumah dengan wajah lumayan cemas, yups Sia saat ini berdiri di depan pintu bercat putih di sana. Ronal mengajak Beni untuk segera turun, dan selanjutnya mereka pun melakukannya secara bersama-sama. "Eh sama Beni ternyata," Sia sontak berucap mungkin sekedar berbasa basi ketika Ronal dan Beni tiba di depannya. "Hehe iya Ya, kita tadi pas keluar bareng," balas Beni akhirnya. "Ya udah masuk-masuk," Tak ingin membiarkan mereka berada terlalu lama d luar, wanita itu mengajak Ronal dan Beni untuk masuk ke rumah. Setibanya di ruang tamu, Ronal pun meyerahkan sebuah buntelan kresek hitam ke pada Sia, sudah jelas kalau itu berisi obat yang tadi Beni belikan, "Ini," Sia menerima buntelan tersebut, lalu mengucap terimakasih dengan tulus, "Makasih ya Nal, dia demam tinggi banget, tapi dia nggak mau di bawa ke dokter, mana udah malem banget lagi." Dengan status wanita yang menyandang saja Sia sedikit parno kalau arus keluar di jam segini, apalagi saat dia tengah berbadan dua, makanya tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan teman baiknya _Ronal_, meski keputusan Sia tersebut pasti akan membuat suaminya kesal setengah mati. Memang Kazeo suami Sia tidak tau menahu kalau istrinya telah meminta bantuan pria lain. "Gue ikut nengok Kazeo ya ya," Baru saja Ronal hendak langsung pamit saja, tenyata Beni malah lebih dulu menyela, sial, padahal tak ingin melakukannya. Dengan senang hati tentu saja Sia mengiyakan seraya tersenyum tipis. "Iya ayo," "Lo nggak ikut?" tanya Beni menyadari kalau Ronal sama sekali tak menunjukkan pergerakan. Dia seperti diam saja enggan menyusul Sia yang sudah berjalan lebih dulu. Desahan pelan terdengar dari bibir Ronal, "Hm, ayo," Beni hanya dapat melongo melihat temannya yang aneh, dia bertanya karena Ronal diam saja, tapi kenapa jadi kesannya dia yang tidak mau bergerak. Aissh ... Mereka bertiga pun berjalan masih dengan Sia yang memimpin menuju kamar di samping tangga. Dan saat pertama kali masuk, Ronal dapat melihat sosok yang biasanya bertingkah angkuh nan dingin sedang menggigil di bawah selimut, jangan lupakan matanya yang terpejam erat. "Sayang udah aku bilangin kamu di sini aja nggak usah kemana-mana, nanti juga sembuh sendiri." Suara pria itu terdengar, seperti dia _Kazeo_ tidak menyadari jika istrinya datang dengan dua orang lain di belakangnya. Ronal sedikit berdecak, tidak habis fikir dengan rival abadinya itu, bisa bisa sudah dalam keadaan macam itu tapi berucap seperti tidak terjadi apa-apa, sembuh dari mana kalau tidak di obati. "Mas bro, mana bisa sembuh kalo cuma di temenin ayank. Harus minum obat lah." Beni pun menyelutuk, yang membuat mata Kazeo mau tak mau terbuka sedikit. Awalnya Kazeo sudah sedikit tersentak mendengar ada suara lain di kamarnya, tapi dia juga lebih terkejut melihat jika Beni temannya itu datang tidak sendirian, "Ben, lo kok di sini," namun Kazeo tidak berniat menyapa selain Beni, dan menganggap Ronal tidak ada di sana. "Iya, sama Ronal." balas Beni seraya menaik turunkan alisnya. "Hm," Raut wajah Kazeo berubah sekali, yang sudah nampak tak baik baik saja sekarang makin suram saja. Sepertinya pria itu sadar kalau pelaku pemanggilan dua kunyuk tidak di undang tersebut adalah istrinya sendiri. Merasa sedikit bersalah, Sia buru-buru menjelaskan. "Hehe aku terpaksa hubungin Ronal, aku juga nggak bisa keluar sendiri malem malem gini," Sia hanya berharap kalau suaminya itu dapat mengerti posisi. "Hm," gumaman Kazeo kembali keluar, sudah di katakan jika Kazeo itu mirip 11 12 dengan Ronal, suka ham hem ham hem saja kalau tidak ingin berbicara. Tapi sepertinya Kazeo lebih ke kesal terhadap istrinya yang tidak menuruti perintahnya, siapa sih suami yang tidak cemburu melihat istrinya meminta bantuan pria lain, yang jelas-jelas dulu pernah mengejar ngejar istrinya. Makanya Kazeo sudah sering melarang Sia, dan dengan alasan kepepet istrinya tersebut kembali melanggar kembali melanggar seperti ini. AIshh .. "Ya udah gue balik ya Ya," Merasa suasana makin canggung nan lumayan mencekam, Ronal memutuskan untuk pamit pulang saja, lagi pun sepertinya Kazeo tidal membutuhkan bantuannya, pria itu malah akan makin kesal kalau dirinya tetap berada di sini. "Buru-buru banget," Sia tentu saja sungkan, sadar kalau alasan pamit Ronal katena respon buruk suaminya, padahal kan Ronal sudah membantu dalam keadaan genting seperti ini. "Udah malem, nanti kalo ada apa-apa langsung hubungin gue aja," ucap Ronal yang mau tak mau di balas anggukan oleh Sia, tidak ada pilihan lain. "Iya Nal, kalau makasih ya, makasih juga ya Ben," Ronal dan Beni mengangguk bergantian. "Iya Ya, gue balik." Ganti Beni yang juga pamit. "Okay, sorry nggak bisa anter sampe depan." Ronal mengerti itu, "Iya nggak papa." Dan setelah itu Ronal dan Beni benar benar keluar dari area kamar itu, juga berlanjut menuju luar rumah yang pintunya masih terbuka sedikit. "Kok buru-buru Nal?" tanya Beni sedikit penasaran. Pasalnya merek belum ada 5 menit loh berada di sana. Tapi Ronal sudah lebih dulu pamit. "Kazeo nggak suka," jawab Ronal singkat, seraya terus melangkah lebar menuju mobilnya yang terparkir. Ah benar sih ... Beni mengangguk baru menyadari tingkah Kazeo tadi. Beni kira Kazeo begitu karena tengah sakit. "Gitu lo peka, tapi masih aja deketin bininya." Dan lagi lagi sepertinya Beni akan menceramahi Kazeo itu. "Hm, udah ayok," Ronal sengaja, karena tau kemana arah tujuan Beni itu. Sudah malam begini, jadi dia malam untuk membahas yang tidak perlu. Setelah itu Beni benar benar pasrah, dan mengikut Ronal memasuki mobil. Mereka pun pulang dengan Ronal yang mengantarkan Beni lebih dulu ke apartment temannya itu. Hingga tepat pukul 11 malam Ronal pun tiba di rumahnya, ah tidak lebih tepatnya rumah orang tuanya yang berada cukup jauh dari kantor pusat. Jarang-jarang sebenarnya Ronal tinggal di sana, dia lebih sering berada di apartment ataupun hotel yang tempo hari dia bawa gadis itu ke sana. Sedangkan kalau di rumah mewah menjorok ke mansion ini, mungkin dia hanya mampir seminggu sekali untuk sekedar menengok sang Mama. Beuh, kalau Ronal berani tidak datang bisa-bisa dia kena teror mamanya tanpa henti. Ronal berlanjut memarkirkan mobil sport miliknya tersebut di garasi depan, lalu tanpa berlama lama berjalan keluar menuju pintu, hendak langsung masuk. Sejujurnya Ronal memang memiliki kunci pintu rumah tersebut, makanya tidak ada kekhawatiran orang rumah akan terganggu dengan kedatangannya yang hampir tengah malam itu, makannya dia bisa masuk dengan mudah. Cklekk ... Pintu berhasil terbuka, Namun, baru saja Ronal melangkahkan kaki memasuki Rumah, tiba-tiba dia malah harus di kejutkan dengan suara keras sambutan dari dalam sana. Di depan sana sudah terdapat dua orang paruh baya berbeda jenis kelamin tersebut, yang satunya berekspresi senang bukan main sedangkan yang satunya malah nampak datar tidak berekspresi, jelas kalau pemaksaan telah terjadi. "Ada apa ini?" tanya Ronal seraya berjalan mendekat ke arah mama papanya. Mama Ronal sungguh tak dapat menyembunyikan kesenangannya, makannya dia sampai tidak bisa tidur di buatnya. Setelah tadi sore di beri tahu Ronal kalau anaknya itu akan mampir, Iffa mama Ronal memilih menunggu sampai putranya datang. Hanya saja bukan itu saja alasannya, melainkan karena berita bahagia yang telah datang kepadanya, kabar yang baru tadi di beritahu keponakannya _Doni_. "Akhirnya anak mama punya pacar," Eh ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD