Bab 5. (Pertarungan Para Panglima Sekte Langit Tanpa Batas)

1233 Words
Syam dan Chin tiba di hamparan es itu. Mereka berdiri di samping Hoa. Yang terlihat menatap sebuah gundukan es setinggi 3 meter, yang berada 10 meter di hadapan mereka bertiga. "Syam, coba kau aktifkan mata langit mu. Aku merasakan samar-samar pancaran shen dari dalam gundukan es itu," pinta Hoa kepada Syam, yang segera mengaktifkan mata langitnya. "Ya, ada sosok manusia di dalam gundukan itu. Akan tetapi, aku tak mengenalnya sama sekali. Lebih baik kau pegang bagian tubuhku. Agar kau bisa melihatnya sendiri," ungkap Syam kepada Hoa. Hoa lalu memegang tangan kanan Syam. Dan seketika itu, ia pun melihat seorang pemuda berkulit putih, dan berpakaian putih. Hingga nyaris sama dengan dataran es yang mereka tapaki. Panglima Sekte Langit Tanpa Batas itu. Sangat mengenal sosok pemuda itu. Yang merupakan pengkhianat sekte nya. Pemuda yang bernama Cam itu, sebenarnya telah berusia 100 tahun. Dan ia adalah mantan Panglima Sekte Langit Tanpa Batas, 2 generasi sebelum Hoa. Yang hanya mengetahui sosok dan tentang Cam, melalui gambaran dan cerita yang diberikan oleh pendahulunya. Mengetahui sosok itu adalah pengkhianat dari sekte nya. Hoa langsung saja menciptakan bola shen berwarna biru, di tangan kirinya. Yang langsung ia lepaskan ke arah gundukan es itu. Bum! Ledakan hebat pun terjadi, yang menghancurkan gundukan es setinggi 10 meter itu. Hingga terlihatlah sosok yang bersembunyi di dalam gundukan es itu. "Cam, akhirnya aku menemukanmu!" seru Hoa, sambil melepaskan tangannya yang memegang tangan Syam. Hingga penglihatannya pun menjadi normal kembali. "Oh, Junior Panglima Sekte Tanpa Batas rupanya. Yang melintas di atas daerah kekuasaan ku ini ..," sahut Cam, lalu tersenyum dingin kepada Hoa. "Apa maksudmu, menyerang kami bertiga?" tanya Hoa, penuh selidik kepada Cam. "Serangan itu adalah s*****a otomatis. Siapa pun yang melewati atas tempat ini. Pasti akan diserangnya," ungkap Cam, dengan nada datar. "Oh begitu," respon Hoa tak kalah datar dari Cam. "Bagaimana kabar Sekte Langit Tanpa Batas?" tanya Cam berbasa-basi kepada Hoa. "Masih berani kau bertanya tentang sekte. Baiklah, aku akan menangkap mu. Untuk diadili di sekte," kata Hoa, seakan sedang mengancam Cam. Hoa pun bersiap untuk menyerang Cam. Ia tak ingin gegabah. Karena yang ia hadapi adalah seniornya. Yang telah meminum setetes air keabadian. Hingga Cam pun tetap muda, walaupun sudah berusia 100 tahun. Begitulah rumor yang didengar oleh Hoa. "Apakah kau mampu ...," ejek Cam kepada Hoa. "Akan aku buktikan!" Hoa pun lalu melesat dan menyerang Cam secara fisik dengan begitu agresifnya. Pertarungan pun terjadi dengan begitu sengitnya di antara dua Panglima Sekte Langit Tanpa Batas itu. Cam ternyata ahli menciptakan s*****a-s*****a dari es. Awalnya pertarungan itu berjalan seimbang. Akan tetapi lama-kelamaan, Panglima Hoa pun kewalahan menghadapi seniornya itu. Dirinya pun lalu terpental, terkena balok es. Yang ada di tangan kanan Cam. Syam segera mengikat tubuh Hoa, lalu menariknya ke arahnya. "s**l! Ternyata ia menjadi begitu kuat. Tak sesuai dengan data yang diberikan ketua, tentang Cam," kata Hoa bicara sendiri. Saat Syam melepaskan ikatan cambuknya itu. "Apa kau memerlukan bantuan kami?" tanya Syam, yang langsung ditolak oleh Hoa. "Jangan ikut campur. Ini urusan Sekte Langit Tanpa Batas," bentak Hoa kepada Syam. Panglima Hoa lalu menciptakan dua pedang shen berwarna biru di tangannya. Lalu kembali menyerang Cam, dengan agresifnya. Seakan ingin membunuh Cam secepat mungkin di tempat itu. Kali ini Hoa dan Cam pun menggunakan kekuatan shen mereka. Hingga kerusakan parah pun terjadi di tempat itu. Lubang-lubang kecil dan besar pun tercipta, akibat pertarungan tingkat tinggi itu. Hoa masih menyerang dengan sepasang pedang shen nya. Sedangkan Cam, menggunakan sabit yang terbuat dari es. Benturan-benturan hebat pun terjadi, akibat pertarungan dua panglima itu terus terjadi dengan begitu dahsyatnya. Hingga Syam dan Chin membuat selubung shen pelindung gabungan mereka. Untuk melindungi diri mereka dari pertarungan itu. "Hoa saja, kekuatan shen nya melebihi Humsha. Apalagi kekuatan mantan Panglima Sekte Langit Tanpa Batas itu," celoteh Chin, terhadap pertarungan itu. "Tapi aku rasa ada yang aneh dalam pertarungan ini," pikir Syam, mengungkapkannya kepada Chin. "Ada yang aneh? Maksudmu bagaimana?" tanya Chin dengan penuh selidik kepada Syam. "Hoa terlihat bertarung serius. Sedangkan Cam terlihat bermain-main saja. Apa kau tak menyadari itu, Chin?" jelas Syam, dengan terus menatap pertarungan itu dengan penuh keseriusannya. Chin lalu memperhatikan pertarungan itu dengan lebih seksama. Dan ia pun dapat melihat dengan apa yang telah diungkapkan oleh Syam. "Kau benar, tetapi kenapa aku tak menyadarinya ya?" tanya Chin dengan kepolosannya. "Tadi aku mengamatinya dengan mata langit. Aku rasa Hoa pun, tak menyadari akan hal ini," tutur Syam. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" "Ya, tetap di sini, seperti ini. Hingga Cam bosan untuk bermain-main," timpal Syam, lalu tersenyum kepada Chin yang ada di samping kanannya. Mereka berdua pun tetap terdiam. Mengamati pertarungan itu dengan penuh seksama. Hoa pun semakin terdesak. Hingga dirinya pun dapat dikurung di dalam bola es, oleh Cam. "s**l! Aku tak boleh kalah!" seru Hoa, lalu menggunakan shen nya untuk menghancurkan kurungan es itu. Tampak dari dalam tubuhnya, keluarlah cahaya biru yang menghancurkan kurungan es itu berkeping-keping. "Akan aku tunjukan kekuatanku yang sesungguhnya! Sebagai Panglima Sekte Langit Tanpa Batas!" teriak Hoa, lalu melesat ke arah Cam dengan kecepatan tinggi. Tampak Cam menunjukan jari telunjuk kanannya ke arah Hoa yang sedang melesat ke arahnya. Terlihatlah seberkas cahaya putih yang menerjang ke arah Hoa, yang membuat Panglima dari Sekte Langit Tanpa Batas itu tersungkur di hamparan es. Dengan begitu telaknya. Bruk!! Suara jatuh Hoa begitu keras. Hingga menimbulkan getaran di sekitarnya. "Aku sudah bosan, bermain-main denganmu. Yang kau anggap serius ini," ujar Cam dengan santainya. "Yang kau maksud apa?" tanya Hoa, sambil bangkit. Yang dibantu oleh Chin dan Syam. "Aku hanya mengetes mu, sebagai panglima pengganti ku. Soal aku mencuri air keabadian. Itu hanya rumor. Dulu aku memohon kepada ketua untuk menghembuskan isu itu. Agar aku dapat melepaskan posisiku, dan memberikan posisiku kepada seniormu," tutur Cam, tentang masa lalunya. "Dasar aneh. Tapi kenapa kau bisa awet muda seperti ini?" Hoa pun telah berdiri tegak kembali. "Aku meminta itu kepada Dewi Waktu, untuk menghentikan penuaan ku. Dan dia meminta syarat, aku tinggal di tempat ini. Aku juga tahu, kau itu bukan pengganti Panglima Sekte Langit Tanpa Batas setelah diriku. Mungkin, kau generasi setelah juniorku. Melepaskan posisi itu," terang Cam, dengan panjang lebarnya. "Aku hanya tahu dari pendahuluku, jika kau adalah seorang pengkhianat. Jadi maafkan aku Senior," Hoa pun memberi hormat kepada Cam. "Sudah, jangan terlalu formal, Junior. Bukannya kalian ingin menemui Dewi Waktu?" tanya Cam kepada mereka bertiga. "Bagaimana kau tahu?" tanya Chin kali ini. "Melewati tempat ini, sudah dipastikan ingin mencari keberadaan Dewi Waktu. Oleh karena itu, aku ditempatkan di tempat ini. Untuk menguji para pencari Dewi Waktu," tutur Cam. "Lalu kenapa, dahulu kau bisa bertemu Dewi Waktu, di Istana Tanpa Waktu?" Syam pun menanyakan hal yang ingin ia tanyakan itu kepada Cam. "Karena aku memiliki mata langit seperti dirimu," Cam pun mengaktifkan mata langitnya itu. Hingga matanya pun berubah menjadi biru terang. Syam pun begitu terkejut. Ketika Cam memperlihatkan mata langitnya itu. "Ternyata kita satu klan," ujar Syam, lalu tersenyum kepada Cam. "Sudah jangan basa-basi lagi. Istana Tanpa Waktu ada di bukit itu. Kau tahu, bagaimana masuk ke dalamnya?" kata Cam, dengan menunjuk sebuah bukit di sebelah kanan dirinya. "Tentu saja aku tahu," jawab Syam. "Ya, sudah. Sekarang berangkatlah kalian. Jangan membuang waktu lagi," selesai berkata seperti itu. Cam pun lalu masuk ke dalam es di bawahnya. Tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. "Ayo, kita pergi sekarang," ajak Syam kepada Chin dan Hoa. Mereka bertiga pun berlari di hamparan es itu. Untuk menuju sebuah bukit, tempat di mana Istana Tanpa Waktu berada.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD