Bab 7. (Permintaan-Permintaan yang Dikabulkan)

1164 Words
Syam terus mengikuti langkah kaki Dewi Waktu dari belakang. Hingga Mereka pun tiba di ruang yang ada batu waktunya. Syam lalu mensejajarkan dirinya. Berdiri di samping Dewi Waktu. Yang segera berbicara kepada Syam. "Apa permintaanmu kepadaku, Syamshe?" tanya Dewi Waktu dengan nada yang datar kepada Syam. Syam tersenyum, sebelum mengatakan keinginannya itu. "Aku ingin kau menghidupkan Patung Budha Giok. Atau mengambilnya dari dunia paralel," ungkap Syam tentang keinginannya itu. "Untuk apalagi, kau menginginkan patung yang telah membuat distorsi waktu," tanya Dewi Waktu, dengan melirik ke arah Syam yang ada di samping kanannya. "Aku ingin, mengabulkan keinginan dua manusia masa depan yang belum sempat dikabulkan oleh mahakarya ku itu. Ini adalah janji, maka harus aku tepati," tutur Syam dengan lembutnya kepada Dewi Waktu. "Kau sama seperti ayahmu, naif," kata Dewi Waktu, sambil mengingat sosok dari ayah Syam. Yang keberadaannya tak diketahui oleh Syam hingga saat ini. "Aku bukannya naif, tapi itu tanggung jawabku," sahut Syam, dengan ringannya. "Aku akui kau memang genius, bisa menciptakan benda yang dapat mengabulkan permintaan pemiliknya. Baiklah, aku akan mengabulkan keinginanmu. Tapi tentu saja, ada harga yang harus dibayar, untuk permintaanmu itu," ujar Gadis Bertopeng Emas kepada Syam. "Kau menginginkan apa dariku. Agar permintaanku itu dapat kau kabulkan?" tanya Syam, tanpa beban sama sekali kepada Dewi Waktu. "Karena aku tertarik padamu. Maka kau harus menjadi bawahan ku," sahut Dewi Waktu, dengan tetap bernada datar. "Menjadi bawahan mu?" tanya Syam dengan penuh selidik terhadap Dewi Waktu. "Apa kau tak menyetujuinya?" Dewi Waktu pun bertanya kepada Syam, dengan nada datar. Akan tetapi penuh dengan selidik. "Menjadi bawahan mu, bagiku itu adalah sebuah anugerah," tutur Syam, lalu tersenyum polos. "Jika begitu kau setuju?" "Tentu saja aku setuju," jawab Syam dengan lantangnya. "Jika begitu kita sepakat. Baiklah, sekarang tempelkan darahmu pada batu waktu itu," perintah Dewi Waktu kepada Syam. Syam lalu melangkahkan kakinya menuju batu bulat putih itu, sembari menggigit jari telunjuk kanannya. Hingga keluarlah darah yang segera ia tempelkan ke batu waktu, yang segera berubah warna menjadi merah darah. Syam lalu mundur kembali ke tempatnya semula, dengan begitu santainya. Tampak di dalam batu waktu. Terlihatlah Patung Budha Giok yang sudah dihancurkan oleh duplikat Chen. Dewi Waktu lalu menarik debu dari kehancuran patung berwarna hijau itu, dengan kekuatannya. Terlihat debu-debu itu lalu menyatu kembali membentuk sosok dari Patung Budha Giok. Yang terlihat hanya terdiam, seakan tersegel oleh waktu. "Keinginanmu telah aku kabulkan," ucap Dewi Waktu dengan nada yang datar. "Bolehkah kau kirim patung itu ke masa pemiliknya hidup saat ini. Agar patung itu bisa mengabulkan dua permintaan lagi?" tanya Syam dengan penuh kehati-hatiannya. Takut Dewi Waktu tersinggung oleh perkataannya itu. Seraya mengambil Patung Budha Giok dengan tangan kanannya. Akan tetapi Dewi Waktu terlihat datar-datar saja. Seakan tak memiliki emosi sama sekali. "Aku bisa saja melakukannya sekarang juga. Tapi lebih baik kau simpan saja patung itu. Karena mereka akan menghadapi masalah besar. Dan kau pun akan ikut campur, menolong para manusia masa depan itu. Jika aku mengembalikannya ke masa mereka saat ini. Aku takut, mereka malah menggunakannya untuk hal-hal yang tak penting, di masa damai mereka yang akan segera berakhir itu," tutur Dewi Waktu dengan panjang lebarnya. "Baiklah, akan kulakukan keinginanmu. Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Syam kepada Dewi Waktu. Sambil menaruh Patung Budha Giok, di ruang waktu ciptaannya. "Lebih baik kau tidur saja ...," ujar Dewi Waktu dengan lirihnya. Mendengar perkataan dari Dewi Waktu itu. Tiba-tiba saja Syam pun tertidur dengan kondisi berdiri, dengan mata yang terpejam. "Tugasku telah selesai. Saatnya untuk kembali," Dewi Waktu pun lalu menghilang dari tempat itu. Dua Dewi Waktu yang telah menjalan tugasnya itu. Lalu muncul di tempat di mana Hoa dan tubuh Dewi Waktu berada. Mereka berdua langsung saja masuk kembali ke dalam tubuh Dewi Waktu. Saat dirinya tiba bersama Hoa, di ruangan yang serupa dengan ruang di mana Chin dan Syam berada. Jalan yang dilalui oleh Hoa adalah jalan lurus, yang merupakan jalan terpanjang yang ditempuh oleh tiga tamu Dewi Waktu itu. "Sepertinya permintaan mereka berdua telah kau kabulkan?" ucap Hoa, saat mereka berdua menghentikan langkah kakinya itu. "Ya, sekarang permintaanmu apa?" tanya balik Dewi Waktu kepada Hoa, yang tersenyum terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Gadis Bertopeng Emas itu. "Aku hanya ingin, kau mengantarkan aku di mana Humsha berada saat ini," timpal Hoa dengan tegasnya kepad Penguasa Waktu itu. "Tapi dia telah disegel di dalam kipas ungu," jawab Dewi Waktu dengan santainya. "Itu berarti, kau tak bisa mengabulkannya?" tanya Hoa dengan penuh selidik kepada Dewi Waktu. "Apa aku berkata seperti itu. Tentu saja aku bisa mengabulkan permintaanmu. Tapi asal kau tahu. Menemui orang yang telah disegel, maka harus menemuinya di dalam segelnya. Karena ia sudah hilang dalam jalur waktu. Oleh karena itu akan memerlukan alasan yang kuat, untuk mengabulkan permintaanmu itu. "Alasanku, hanya ingin mengambil kembali kitab penyerap raga dari dirinya. Untuk aku kembalikan ke Sekte Langit Tanpa Batas. Sebagai tanggung jawabku, sebagai seorang panglima," tutur Hoa dengan tegasnya. "Baiklah, walaupun aku malas melakukannya. Tapi, aku akan tetap melakukannya," ucap Dewi Waktu. "Mari kita lakukan sekarang," ujar Hoa dengan penuh semangat. "Tapi aku meminta kau menjadi bawahan ku. Apa kau setuju?" tanya Dewi Waktu kepada Hoa. "Aku inginnya menjadi kekasihmu saja," canda Hoa, lalu terkekeh. Terhadap Dewi Waktu. "Berikan rayuan itu kepada gadis lainnya. Kau setuju atau tidak, dengan syarat ku itu? tanya Dewi Waktu kembali. "Aku setuju," jawab Hoa dengan tegasnya. "Jika begitu aku akan berangkat sekarang, untuk mengambil kitab yang kau maksud," Dewi Waktu pun berniat untuk pergi dari tempat itu. Akan tetapi Hoa mencegahnya. "Aku ikut Dewi, aku ingin mengambil kitab penyerap raga itu, langsung dari tangan Humsha," pinta Hoa kepada Dewi Waktu. "Aku tak akan mengizinkannya. Jika kau ikut. Maka kekacauan akan terjadi di masamu. Kau tinggal menunggu sebentar saja di sini," sahut Dewi Waktu, lalu menghilang dari tempat itu. "Terserah kau saja lah," gerutu Hoa. Kesal karena angannya untuk menghajar Humsha habis-habis, telah musnah dengan perkataan Dewi Waktu. Dewi Waktu yang menghilang dari Istana Tanpa Waktu. Tiba-tiba saja muncul di depan gerbang, dunia yang dipenuhi oleh warna ungu. Di gerbang itu terdapat sebuah lambang berbentuk kipas kayu yang terbuka, berwarna ungu. Hanya sampai di gerbang itu. Jurus teleportasi Dewi Waktu bekerja. Karena di masa lalu Dewi Waktu dan Dewi Kipas Ungu pernah membuat perjanjian, untuk tak memasuki dunia mereka masing-masing. Tanpa seizin mereka masing-masing. Baru saja Dewi Waktu ingin bersuara. Mendadak 2 meter di hadapannya, muncullah seorang gadis. Berwajah cantik dengan rambut sepunggung berponi di atas alis matanya, dengan memakai gaun berwarna ungu. Wajahnya begitu dingin, sedingin salju. "Baru saja aku ingin memanggilmu-" perkataan Dewi Waktu pun disela oleh Dewi Kipas Ungu. "Sudah jangan berbasa-basi, bukannya kau memerlukan kitab ini," ujar Dewi Kipas Ungu dengan nada dingin. Lalu melemparkan sebuah buku tipis ke arah Dewi Waktu, yang segera menangkapnya, dengan tangan kanannya. "Kau ini, sudah lama tak berjumpa. Masih saja bersikap begitu. Tenang, aku tak ingin mengganggu dirinya," seusai berkata seperti itu. Dewi Waktu pun menghilang begitu saja dari tempat itu. Begitu juga dengan Dewi Kipas Ungu, yang ikut menghilang dari tempat itu. Hingga tempat itu pun menjadi hening kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD