Bab 8. (Hoa, Sang Perayu)

1129 Words
Hanya sekejap mata, Dewi Waktu pun tiba di tempat semula. Gadis Bertopeng Emas itu, langsung saja memberikan kitab penyerap raga kepada Hoa. Yang diterima oleh Hoa dengan penuh kebahagiannya. "Itu benda yang kau minta. Apakah itu asli?" tanya Dewi Waktu dengan nada yang dingin kepada Hoa, yang terlihat berbinar matanya. "Sebagai Panglima Sekte Langit Tanpa Batas. Aku jamin, kitab ini adalah asli. Sekarang aku akan mengantarkan kitab ini, kembali ke sekte ku," sahut Hoa, dengan penuh kebahagiannya. "Cukup aku yang mengantarkannya, kau tetap di sini," ucap Dewi Waktu, dengan tegasnya. "Tapi Dewi, aku ingin berpamitan kepada ketua dan sekte. Aku tak ingin dianggap sebagai panglima yang tak memiliki etika," ujar Hoa, dengan nada memelas kepada Dewi Waktu. "Bukannya kau sebagai seorang panglima, kerjaan mu itu hanya berpetualang mencari gadis-gadis untuk kau rayu. Jangan bilang tidak, aku mengetahuinya tentangmu. Andai kau menjalankan tugasmu sebagai seorang panglima dengan baik. Maka kitab itu tak mungkin dapat dicuri oleh Humsha, karena ketidakadaan dirimu di tempat itu," tutur Dewi Waktu dengan panjang lebarnya. Yang membuat Hoa langsung saja terhentak mendengarnya. Merasa belangnya diketahui oleh Gadis Bertopeng Emas itu. Hoa pun tak menyembunyikan sifat aslinya lagi di hadapan Dewi Waktu. "Jangan cemburu seperti itu, Dewi. Mulai sekarang aku akan berubah. Wajah tampanku ini, sebagai jaminannya ...," kata Hoa dengan nada menggoda kepada Dewi Waktu. Dewi Waktu lalu mengarahkan tangannya ke arah Hoa. Hingga waktu pun berhenti untuknya. "Kau pikir, aku akan termakan oleh rayuan mu," Dewi Waktu lalu mengambil kitab penyerap raga dari tangan Hoa. Lalu menggetok jidat Hoa, yang hanya mampu terdiam saja. Dengan kitab yang ia pegang nya. Plak!! Bunyi itu keras terdengar, namun Hoa tak mampu melakukan apa pun. Bersuara pun dirinya tak mampu sama sekali. Hanya hatinya yang bicara. "Gadis ini galak dan dingin sekali. Aku jadi ingin bertambah menaklukannya, dengan ketampanan ku ini ...," ucap Hoa di batinnya, yang dapat dibaca oleh Dewi Waktu. "Kau pikir kau mampu melakukannya ...," ucap Dewi Waktu, lalu menggetok kening Hoa kembali. Dan lalu menghilang dari tempat itu. "s**l! Dia mengetahui isi hatiku!" kesal Hoa di dalam hatinya, dengan penuh kekesalannya. *** Dewi Waktu lalu muncul di Sekte Langit Tanpa Batas. Dirinya langsung muncul di aula sekte, di mana sedang membahas tentang hilangnya kitab penyerap raga, dan Panglima Hoa. Dewi Waktu hadir, melayang di tengah mereka. Dirinya pun langsung menghentikan waktu. Hingga tak ada yang mampu bergerak dan berbicara sama sekali. Tanpa seizin dirinya. Gadis Bertopeng Emas itu, lalu melesat menuju ketua dari Sekte Langit Tanpa Batas. Yang bersosok seorang lelaki tua, dengan pakaian seperti seorang pendeta tao. Dewi Waktu lalu menyentil kan jari telunjuk kanannya ke arah lelaki tua itu. Hingga Ketua Sekte Langit Tanpa Batas itu, terbebas dari kungkungan waktu ciptaannya itu. "Siapa kau?" hardiknya kepada Dewi Waktu yang melayang 2 meter di hadapannya. Tanpa dirinya tahu, sedang berhadapan dengan siapa. "Aku, Dewi Waktu. Aku hanya ingin memberikan kitab ini kepadamu. Atas pesanan Hoa, yang sudah menjadi pengikut ku. Dengan kata lain, Hoa mengundurkan diri sebagai panglima sekte mu," tutur Dewi Waktu the to poin, lalu melemparkan kitab penyerap raga. Yang langsung ditangkap oleh lelaki tua itu. Ketua dari Sekte Langit Tanpa Batas itu, lalu menaruh kitab itu, di meja kayu yang ada di belakang. Dirinya lalu mengambil sebuah pedang pusaka milik sekte nya itu. "Jangan membual tentang Dewi Waktu. Dia hanyalah mitos. Kau berani mengambil Hoa dari kami begitu saja. Itu berarti sebuah penghinaan bagiku!" ujar lelaki tua itu dengan penuh amarahnya, terhadap tamu tak diundangnya itu. Lelaki tua itu lalu membuka sarung pedang itu. Dan langsung saja menyerang Dewi Waktu dengan pedangnya. Yang bernama pedang langit, dengan agresifnya. Dewi Waktu pun tak bergeming dari tempatnya sama sekali. Ia lalu menggunakan telapak tangan kanannya, untuk menerima serangan itu. Hingga pedang langit pun menancap di telapak tangannya. Pedang pusaka itu pun lalu berubah menjadi debu begitu saja. Bahkan lelaki tua itu pun terpental, dengan luka serius. "7 leluhur kalian pun menggunakan 7 pedang langit, tak mungkin dapat mengalahkan ku. Apalagi dirimu seorang. Aku sudah mengantarkan kitab itu kepada kau. Maka tugasku selesai," Dewi Waktu lalu mengaktifkan mata semesta nya. Hingga mata ungunya pun berbintik merah pun berputar. Yang membuat waktu berputar kembali. Hingga sebelum keberadaan dirinya, yang menghilang begitu saja dari tempat itu. Tanpa menghilangkan ingatan mereka sama sekali. Dewi Waktu sengaja tak menghilangkan ingatan mereka. Agar mereka ingat, betapa mengerikannya dirinya. Dan mereka berpikir. Jika di langit masih ada langit. Hingga mereka tak merasa paling hebat, dan bisa berbuat hal apa pun sesuka hati mereka. "Ternyata ia benar-benar Dewi Waktu. Mata semesta, itu adalah buktinya. Dasar Hoa, beruntung sekali, dapat menjadi bawahan Dewi Waktu," ujar lelaki tua itu di dalam hatinya. *** Dewi Waktu kembali muncul 1500 km di atas Bumi. Namun kali ini dirinya muncul di awal abad 31, di mana Mark Well dan teman-temannya hidup. Dan Zaman es hebat sedang melanda Bumi. Dengan mata semesta nya itu, ia dapat melihat keberadaan Mark dan kawan-kawannya dengan begitu jelas. Yang sedang berada di rumah Tuan John Swett, di Kota Angkasa Khatulistiwa. "Mereka itu bertambah kuat. Tetapi belum cukup kuat untuk menghadapi, makhluk-makhluk dari Alpha Centauri itu. Sepertinya aku harus mempersiapkan mereka berdua, untuk membantu para manusia masa depan itu," tutur Dewi Waktu, di dalam benaknya, dengan berpaling, memandang ke bintang Alpha Centauri, dengan mata semesta nya itu. Di kejauhan, di belakang Tata Surya Bumi "Lebih baik aku, kembali ke Istana Tanpa Waktu." Dewi Waktu pun menghilang kembali, untuk kembali ke asalnya. Hanya sekejap mata Dewi Waktu pun tiba di hadapan Hoa kembali. Gadis Bertopeng Emas itu, lalu melepaskan kungkungan waktunya kepada Hoa. Yang segera berbicara. "Kenapa kau melakukan ini kepadaku!?" teriak Hoa kepada Dewi Waktu. "Kau ini cerewet sekali. Aku sudah memberikan kitab itu, dan memberitahu ketua Sekte Langit Tanpa Batas. Jika kau sekarang menjadi pengikut ku," sahut Dewi Waktu dengan dinginnya. "Apakah orang tua itu, tak memprotesnya?" tanya Hoa dengan penuh selidik terhadap Dewi Waktu. "Bocah itu langsung saja menyerang ku. Bocah itu, ternyata tak tahu tingginya langit," sahut Dewi Waktu. "Bocah, yang kau maksud siapa?" tanya Hoa dengan penuh kebingungannya. "Tentu saja, Ketua Sekte Langit Tanpa Batas," jawab Dewi Waktu. "Dia itu kakek-kakek cerewet, Dewi. Bukan seorang bocah," protes Hoa terhadap Dewi Waktu. "Tapi bagiku, dirinya adalah seorang bocah. Jadi kau, jangan pernah merayu diriku lagi. Karena usia hidupku, jauh lebih tua dari leluhur mu, sekali pun," tutur Dewi Waktu, menatap tajam Hoa. Seakan sedang mengancamnya. Hoa pun merasakan. Kengerian yang teramat besar. Dengan tatapan mata semesta milik Dewi Waktu. "Baiklah, Dewi," sahut Hoa dengan nada yang lembut. Takut menyinggung Sang Dewi Waktu. "Sekarang, lebih baik kau tertidur. Hingga saatnya, menerima perintahku ...," ucap Dewi Waktu, dengan mengibaskan tangan kanannya ke arah Hoa. Hoa pun segera merasakan kantuk yang teramat dalam. Hingga ia pun memejamkan matanya, dan tertidur berdiri. Atas perintah Dewi Waktu. Yang segera menghilang dari tempat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD