Bab 9. (Kekacauan di Kota Angkasa Khatulistiwa)

1215 Words
Awal abad 31 Masehi, Kota Angkasa Khatulistiwa Matahari telah terlihat menyembul di ufuk timur. Matahari itu terlihat muncul di bawah Semenanjung Sundaland. Yang menghampar luas, di bawah Kota Angkasa Khatulistiwa. Aktifitas pun telah terlihat begitu ramai. Oleh orang-orang yang mendiami kota angkasa terbesar, dari 7 kota angkasa yang ada di zaman itu Kedamaian begitu terasa, di kota yang melayang di angkasa itu. . Akan tetapi tiba-tiba saja datanglah seberkas petir yang menembus kubah pelindung Kota Angkasa Khatulistiwa begitu saja. Seberkas petir berwarna biru itu, lalu menjelma menjadi seorang lelaki berusia 50 tahun. Dengan tubuh kurus, berambut putih berdiri 5 cm. Lelaki setengah baya itu bernama, Asel. Ia memiliki dendam terhadap Jhon Swett. Yang telah merebut kekasihnya, di masa mudanya dulu. 30 tahun yang lalu, dari dirinya. Dendam yang masih dibawanya hingga saat ini. Asel, langsung saja menyerang orang-orang yang ada di sekitarnya. Dengan petir-petir berwarna biru. Yang keluar dari 10 jari tangannya. Ia bagai seorang penari kematian. Di mana orang-orang yang terkena serangannya, langsung saja mati di tempat itu. Dengan keadaan tubuh gosong. Kepanikan pun segera terjadi di tempat itu. Membuyarkan kedamaian Kota Khatulistiwa, sepagi itu. Pasukan khusus Kota Angkasa Khatulistiwa pun segera datang, untuk menangani ulah si pembuat onar. Yang tak mereka kenal sama sekali. Tetapi pasukan khusus itu tak berdaya sama sekali. Di hadapan Asel, yang memiliki shen level S. Tingkatan shen setara 5 Legenda Gura-Gura Lama di masa lalu, dengan mode normalnya. "Kalian hanyalah debu. Yang mencari mati!" ujar Asel dengan penuh keangkuhannya. Asel terus membantai pasukan khusus itu. Hingga pasukan elite Kota Angkasa Khatulistiwa, datang bersama Tuan Jhon Swett. Yang membuat Asel langsung menghentikan ulahnya itu. Karena sasarannya sudah terpancing keluar. "Akhirnya, kau datang juga. Jhon Swett bodoh dan kikir," ejek Asel, yang tak dikenal oleh Tuan Jhon Swett. Karena perubahan fisik, dan tak pernah bertemu dengan Asel selama 30 tahun ini. Yang entah kenapa Asel memiliki kekuatan shen hingga level S. Sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh 5 Legenda Gura-Gura Lama, sebagai mode dasar mereka, di masa lalu. "Siapa kau? Berani membuat kekacauan di wilayah kekuasaan ku ini!" tanya Tuan Jhon sambil melepaskan tembakan pada pistolnya. Yang tentu saja tak berarti bagi Asel sama sekali. "Aku musuh lamamu ...," sahut Asel tanpa ingin memberitahu indentitasnya terlebih dahulu. Yang membuat Tuan Jhon bertambah kesal. Karena Gubernur Kota Angkasa Khatulistiwa itu, merasa tak mengenal Ssel sama sekali. "Aku tak pernah memiliki musuh," jawab lelaki tambun botak itu dengan tegasnya. "Enak sekali kau melupakan, masalah yang telah kau timbulkan di dalam hidupku ini. Aku adalah Asel, yang akan mencabut nyawamu itu. Dengan kekuatan level S ku ini," Asel pun lalu mengeluarkan shen maksimalnya yang berada di level S. Tampak dirinya, diselubungi oleh aura berwarna biru. Dengan kilatan petir yang menyambar-nyambar di tubuhnya. Asel lalu menunjukan jari telunjuk tangan kanannya ke arah Tuan Jhon. Terlihat, keluarlah seberkas petir yang segera menyambar ke arah Tuan Jhon Swett secara langsung. Semuanya terpaku dengan serangan dari Asel itu. Namun saat petir biru itu, ingin menyambar tubuh Tuan Jhon. Cambuk Franco pun mengikatnya menarik tubuh Tuan Jhon dengan kecepatan tinggi. Hingga petir itu hanya mengenai ruang kosong. Akan tetapi hal itu telah membuat seluruh anak buah Tuan Jhon yang mengelilinginya tadi. Mati secara mengenaskan. Dengan tubuh yang gosong. "Untung kau datang, Fran," kata Tuan Jhon kepada Franco yang segera melepaskan lilitan cambuk fleksibel nya kepada tubuh ayah angkatnya itu. "Setelah ini, ayah harus membayar ku," timpal Franco, yang membuat teman-temannya ikut tertawa. "Asal kau dapat membereskannya, aku akan membayar mu," sahut Tuan Jhon Swett, dengan mengatur napasnya. Yang langsung ditanggapi oleh Mark, yang segera mencandainya. "Bayaran ku saja belum dibayar. Masih saja berani menjanjikan bayaran dengan orang lain. Dasar pendusta kikir," ujar Mark, lalu menyunggingkan bibirnya. Mengetahui ada yang menolong Tuan Jhon Swett. Asel pun meradang. Dirinya langsung saja melesat ke arah Franco. Hanya dalam sekejap matanya, dirinya pun telah berada 5 meter di hadapan Franco. "Siapa kau bocah! Berani-beraninya menyelamatkan Jhon!" teriak Asel dengan penuh amarahnya. Yang disikapi secara santai oleh generasi terakhir dari Suku Bulan Merah itu. "Aku anaknya-" perkataan Franco pun disela oleh lelaki setengah baya itu. "Tak mungkin, Jhon memiliki anak setampan mu," sergah Asel dengan tatapan ke arah wajah tampan Franco. . "Main potong saja perkataan ku. Aku ini anak angkatnya. Sekarang apa mau mu?" sahut dan tanya Franco dengan tegasnya kepada Aso. "Aku ingin nyawa Jhon!" sahut Asel dengan tegasnya kepada Franco. "Jika begitu kau harus menghadapi aku!" Franco, langsung saja melesat dan menyikut perut Asel dengan begitu kerasnya. Hingga lelaki setengah baya itu pun, terpental jauh dari tempat semula. "Kalian jangan ikut campur, aku ingin bermain-main dengannya," Franco pun melesat ke arah Asel terpental. "Sejak kapan dia menjadi begitu kuat?" cuit Tuan Jhon, seakan sedang berbicara sendiri. Yang ditanggapi oleh Mark. "Bukan hanya Franco yang bertambah kuat. Kami pun bertambah kuat. Tuan Jhon Swett ...," ucap Mark, dengan nada yang dingin terhadap Tuan Jhon. Tuan Jhon Swett pun terdiam. Tak ingin melayani perkataan Mark itu. Asel yang terpental karena sikutan Franco lalu bangkit, dengan penuh kekesalannya. Bersamaan dengan datangnya Franco. "Dasar Bocah ingusan! Kau belum tahu betapa mengerikannya diriku!" seru Asel, lalu meningkatkan kekuatannya hingga titik maksimal yang berada di level S. Tubuhnya pun semakin terlihat jelas mengeluarkan kilat-kilatan berwarna biru. Namun Franco tetap terdiam. Yang membuat Asel bingung. Karena dirinya merasa Franco hanya memiliki level shen hanya sampai level B. Yang memang sengaja, kekuatannya disembunyikan oleh Franco. Asel awalnya mengira Franco akan bergetar, karena dirinya telah mengeluarkan kekuatan maksimalnya. "Kenapa kau tak takut dengan kekuatanku, yang sebesar Gura-Gura Lama, Bocah!?" ejek Asel dengan penuh kesombongannya. Franco tersenyum tipis, sebelum menjawab pertanyaan itu. "Entah bagaimana caranya kau mendapatkan kekuatan sebesar ini. Mungkin jika kau mendapatkannya, 2 tahun yang lalu. Aku dan teman-temanku, pastinya akan menghindari dirimu. Tetapi sekarang, kekuatanmu. Hanyalah s****h ...," mendadak Franco pun meningkatkan kekuatannya hingga level H. Yang membuat Asel semakin terkejut saja. "Bagaimana bisa, kau memiliki kekuatan sebesar ini?" kejut Asel, dengan melirik ke sana-kemari. Mencari celah untuk kabur dari tempat itu. Sebagai pilihan terbaiknya. "Tak usah banyak bertanya. Lebih baik kita bertarung!" Franco lalu melesat ke arah Asel. Yang segera melemparkan petir besar ke arah Franco. Yang menangkisnya dengan tangan kanannya. Setelah melepaskan petir besar itu. Asel pun melesat ke arah barat untuk melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Tak akan kubiarkan, kau pergi begitu saja!" Franco pun melesat mengejar Asel. Yang akhirnya terpojok di sisi barat dari selubung Kota Angkasa Khatulistiwa. Dengan kecepatan tinggi Franco pun berhasil mengejar Asel. Sambil berlari Franco, menciptakan bola cahaya biru di tangan kirinya. Yang segera ia tempelkan ke arah punggung Asel. Hingga dirinya pun terpental, keluar dari dalam kubah pelindung transparan Kota Angkasa Khatulistiwa. Lalu meledak di udara. Duar!!! Ledakannya begitu keras. Hingga terjadi getaran kejut di sekitar tempat itu. "Apakah dia sudah mati?" tanya Mark, yang telah tiba di belakang Franco. "Entahlah," jawab Franco singkat. "Jika begitu, kita harus memastikannya. Kita harus mencari di dunia bawah. Orang seperti itu sangat berbahaya, jika terus dibiarkan hidup," Mark langsung saja menerobos kubah pelindung transparan Kota Angkasa Khatulistiwa, dan langsung terjun ke dunia bawah. Yang merupakan wilayah dari Semenanjung Sundaland. "Kenapa ia yang jadi begitu bersemangat?" tanya Franco berkata sendiri. Lalu menerobos kubah pelindung Kota Angkasa Khatulistiwa dengan begitu mudahnya. Franco lalu terjun ke bawah, untuk menyusul Mark Well. Tanpa menunggu Jean dan Clark, yang tetap berada di samping Tuan Jhon Swett.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD