Arinda bingung bagaimana ia harus meninggalkan Arumi sendirian di Rumah. Ia juga tidak bisa membawa Arumi ikut bersamanya ke Kalimantan. Ia menatap Winda dengan tatapan sendu karena berat rasanya jika menitipkan Arumi kepada orang lain tang tidak ia percaya.
"Kenapa Rin?" tanya Winda saat mereka duduk dikubikelnya masing-masing.
Arinda menghela napasnya "Aku bisa nggak ya, nggak usah pergi ke kalimantan?" tanya Arinda sendu.
Winda menggelengkan kepalanya "Kalau lo mau dipecat lo bisa bilang ke atasan kita," ucapan Winda membuat Arinda mengusap wajahnya dengan kasar.
"Untung lo nggak pake makeup coba kalau pakek makeup, ancur tu makeup," ucap Winda melihat tingkah Arinda.
Arinda mengetuk-ngetuk mejanya dengan jarinya, jika bingung ia akan bersikap seperti ini sambil melamun fokus memikirkan sesuatu "Arin, kita mesti hati-hati loh karena Pak Wira juga ikut. Lo tahu nggak pak Wira itu tegas, beriwibawa dan tampan tapi sayang judes," bisik Winda membuat Arinda menghentikan lamunannya dan melihat kearah Winda.
Bagus melempar Winda dengan gulungan kertas yang ada ditangannya "Gosip aja kerjaan lo Win...ckckcc."
"Dasar rese lo...Gus," kesal Winda membalas lemparan Bagus dengan gulungan kertas yang sama.
"Jadi aku tetap harus pergi?" tanya Arinda menatap teman-teman seperjuanganya dengan sendu. Winda dan Bagus merupakan teman satu divisinya. Mereka sangat akrab bahkan sering bercanda disela-sela pekerjaan mereka.
"Iya, kalau lo nggak ikut Arinda sayang, pasti nggak akan asyik soalnya keindahan itu ada di kamu sayang!" ucap Bagus membuat Norma menatap Bagus dengan tatapan membunuh.
"Arin, kapan lagi kita main kesana gratis," ucap Winda tersenyum senang. Ia ingin Arinda pergi bersamanya karena ia pasti akan merasa bosan jika tidak ada Arinda. Arinda adalah sosok dewasa yang pasti akan sangat Winda andalkan dalam melakukan tugas ini.
"Kita kerja bego!" ucap Bagus mendorong dahi Winda dengan kesal.
"Ma, kamu bisa nggak gantiin aku?" tanya Arinda dengan tatapan memohon. Ia berharap jika ia bisa digantikan dan ia tidak perlu meninggalkan Arumi.
"Maaf Arin sayang, gue nggak bisa. Selamat bertualang kawan-kawan," goda Norma cekikikan karena selama ini ia dan Bagus yang selalu pergi setiap tahun. Namun kali ini Winda dan Arinda yang akan ikut serta karena perintah dari bos besar.
"Kalian pasti bakalan kesal lihat artis centil nan semok itu mencoba merayu pak Wira yang judes dengan tatapan elangnya yang wow....mati sekalian tu cewek tapi sayangnya tu cewek bebal dan nggak tahu diri," ucap Winda.
"Lo tahu dari mana Win tentang Monaria dan Pak Wira?" tanya Bagus. Artis wanita yang akan ikut bersama mereka adalah Monaria. Salah satu artis yang terkenal karena sensasi dan bukan prestasi.
"Rahasia gitu loh...mau tahu aja," ejek Winda membuat Bagus mendesis tak suka.
"Dasar bawahan songong lo!" teriak Bagus.
"Bodo...baru aja jadi ketua tim, sombongnya minta ampun," ejek Winda sambil memilin rambutnya dengan centil. Arinda menghela napasnya sepertinya ia memang harus meminta bantuan Inggrit untuk menjaga Arumi. Sebenarnya ia tidak ingin merepotkan Inggrit karena ia tahu Inggrit juga memiliki kesibukan sama seperti dirinya.
Arinda masih memikirkan bagaimana dengan Arumi yang harus ia tinggalkan karena tidak mungkin ia membawa pergi Arumi ke Kalimantan. Arinda menatap kantung keresek yang berisi donat kesukaan Arumi, ia takut Arumi akan menangis ketakutan ketika ia mengatakan jika ia akan pergi ke Kalimantan beberapa hari dan ia tidak akan tega meninggalkan Arumi. Arinda melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar kontrakannya dan ia tersenyum melihat Arumi sedang bermain bersama Inggrit.
"Assalamualikum," ucap Arinda
"Waalaikumsalam," ucap Inggrit.
"Mama pulang," ucap Arumi melepaskan boneka beruang yang berada di pelukannya dan ia segera mendekati Arinda lalu memeluk Arinda dengan erat.
"Mama bawa donat nih," ucap Arinda mengecup pipi Chubby milik Arumi,
"Asyik, aku suka donat," ucap Arumi membut Arinda tersenyum. Ia sangat bahagia ketika melihat senyuman diwajah imut Arumi.
Inggrit melihat raut wajah Arinda terlihat sendu dan ia tahu jika saat ini pasti Arinda memiliki masalah. Arinda tidak akan menceritakan masalahnya itu jika ia tidak bertanya karena ia tahu jika sahabatnya ini tidak ingin membebaninya. Inggrit mendekati Arinda dan ia merangkul bahu Arinda dan berbisik ditelinga Arinda.
"Ada apa? Kau harus menceritakan apa yang kau pikirkan hingga membut wajahmu sedih kayak gini!" Ucap Inggrit membuat Arinda menganggukkan kepalanya karena sepertinya sulit baginya merahasiakan masalah yang sedang ia hadapi kepada Inggrit. "Aku tahu siapa sahabatku ini, sikapmu dan gestur mu bisa aku tebak Arin," ucap Inggrit.
***
Arinda menceritakan semuanya kepada Inggrit dan bisa bernapas lega karena Inggrit dengan senang hati bersedia untuk mengantar jemput Arumi. Arumi sama sekali tidak keberatan jika Arinda pergi untuk bekerja karena ternyata Alysa selama ini selalu meninggalkan Arumi dirumah mereka dengan pengasuhnya.
Arinda, Winda, Bagus, Stevan, Monaria dan Wira saat ini telah berada didalam pesawat. Mereka juga bersama tim program acara wisata alam dan kuliner.
Arinda terkejut saat Wira duduk tepat disebelahnya. Wira memakai penutup matanya dan ia memilih untuk tidur dalam perjalanan menuju kalimantan Utara. Cuaca buruk membuat beberapa kali goncangan dan suara ketakutan para penumpang terdengar namun Alin terlihat tidak panik seperti teman-temannya yang lain.
"Arin gue takut," ucap Winda yang duduk disebelah Bagus.
"Peluk Bagus aja Win," ucap Arinda.
"Ogah...Arin...." rengek Winda menyebikkan bibirnya. Bagi Winda, Bagus adalah sosok yang sering kali membuatnya kesal. Memeluk Bagus akan membuat permasalahan baru dalam hidupnya.
"Kamu bisa tenang? Semua orang panik tapi lebih baik kamu berdoa dari pada merengek seperti anak kecil!" ucap Wira membuat Arinda menatap Wira dengan tatapan tidak suka.
"Jahat..." desis Winda.
Dasar cowok judes...pantasan jomblo mulutnya pedes. Batin Arinda. Ia menatap Wira dengan tatapan tidak suka.
"Mas Wira...." panggil Mona dengan suara seksinya membuat bulu kuduk Arinda meremang. Mona duduk diseberang bersama Steven yang juga merupakan selebriti sama seperti Mona.
Wira mengacuhkan Mona membuat Mona menyebikkan bibirnya. Tiba-tiba goncangan pesawat kembali terjadi, membuat beberapa penumpang terlihat histeris. Terdengar suara Winda yang sangat ketakutan membuat Arinda ingin berdiri.
"Jangan sok jadi pahlawan kamu, duduk dan diam!" ucap Wira menarik tangan Arinda
Arinda menghela napasnya dan kembali duduk. "gue belum nikah belum ml jangan mati dulu hiks...hiks..." ucapan Winda membuat Wira menahan tawa sama seperti Arinda.
"Arin....Mas Wira jahat banget sih...." rengek Winda membuat Arinda dan Bagus membuka mulutnya mendengar Winda memanggil Wira dengan panggilan mas. "Mas, jahat banget sih...tega...Mas, peluk Winda Mas. Mas pindah aja kebelakang sama Winda biar Arida duduk sama Bagus!" ucap Winda lagi.
"Berisik..." ucap Wira membuat Winda memilih untuk menutup mulutnya.
Mona menatap Winda dengan tatapan permusuhan. Suara pramugari yang mengatakan jika pesawat telah aman dari cuaca buruk membuat mereka semua bisa bernapas lega.
Setelah pesawat mendarat mereka segera menuju hotel untuk beristirahat dan kemudian keesokan harinya mereka akan segera berangkat menuju lokasi dengan pesawat yang lebih kecil dan kemudian perjalanan dengan menggunakan mobil.