Gerimis membuatku takut. Saat gerimis aku selalu menerima berita yang membuat duniaku runtuh. Saat gerimis ibuku mengucapkan selamat tinggal dengan napasnya yang terengah-engah. Saat gerimis aku mendengarkan berita tentang kematian saudari kembarku Alysa. Aku merebahkan kepalaku digundukan tanah yang masih basah. Tak ada keluarga yang mencoba memelukku menahan rasa sakit akibat ditinggal saudariku tercinta. Tak ada Bibi dan Paman yang mencoba membujukku untuk pulang. Aku menangis dan terus menangis namun tidak dengan bocah kecil berumur tiga tahun yang tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Arumi menatapku dengan bingung dalam diam. Bibir mungilnya memilih untuk tidak bertanya dan hanya diam mematung disebelahku. Mengapa Alysa harus pergi dan meninggalkan Arumi kecil yang masih membutuhkan kasih sayang orang tuanya.
Alysa, kakakku tercinta aku pernah marah dengan semesta karena kau mencintai pria yang sama denganku dan kau merebut mimpiku yang ingin bahagia bersamanya. Alysa kau berjanji akan bahagia setelah aku pergi dan mengalah untuk sekian kalinya demi kebahagiaanmu. Kenapa kau pergi? Kenapa? Jika bisa aku ingin menantang semesta hingga kau segera kembali dan tersenyum padaku. Kenapa tidak salah satu dari kalian yang tetap berpijak dibumi dan menatap mentari bersama Arumi. Aryo kau masih saja egois, hingga membuatku terluka dan ikut pergi bersama belahan jiwamu menghilang tanpa ada kabar. Hidup atau kau telah benar-benar pergi seperti angin yang tak meninggalkan jejak.
Aku berjanji akan membesarkan Arumi dan menyayanginya, putrimu adalah putriku. Aku menyayangkan masa lalu yang membuat kehidupan kita berubah. Kau dan aku terpisah dan sempat saling membenci Alysa tapi dalam lubuk hatiku sebenarnya itu semua adalah rasa kecewaku. Aku tetap Menyayangimu karena kau adalah keluargaku satu-satunya yang aku miliki. Kita tumbuh bersama dan melihatmu pergi tanpa pesan seperti membuatku merasa sangat sedih dan menyesal. Kau adalah aku, wajah kita sama dan Arumi mengganggap aku adalah kamu Alysa. Demi kebahagiaan Arumi aku akan berusaha menjadi ibu yang baik padanya dan berusaha membahagiakannya. Masa lalu hanya akan aku ingat tapi masa depan ada di depan jalanku bersama tangan mungil ini, yang akan menjadi kebahagiaanku. Terimakasih kau telah membawanya ke dunia ini dan membuatku memiliki alasan untuk bertahan di dunia yang sekarang terlihat hampa tanpamu dan ibu.
Arinda…
Arinda harus segera menghentikan tangisannya demi bocah kecil yang saat ini berada disampingnya, harta yang paling berharga yang ditinggalkan saudari kembarnya Alysa yaitu Arumi keponakannya. Ia harus kuat walau harus menjadi ibu tunggal dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mulai sekarang ia adalah ibu bagi Arumi dan ia harus memastikan Arumi akan selalu bersamanya, Arumi satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini, karena kecil ia dan Alysa hanya dibesarkan ibu mereka tanpa ayah dan tanpa kerabat. Ibu dan Alysa telah tiada dan sekarang hanya tinggal dirinya dan Arumi.