"Mas…," napas Gisha tsrsengal menahan apa yang terasa sejak Xander membawanya ke rumah sakit. Tidak ada yang bisa dilakukan selain Xander mengecup dan memegangi tangan Gisha. Sesekali dia menahan bentuk pelampiasan berupa jari-jari itu menggenggam erat lengan, meremas juga bahkan merintih sangat sakit. Keringat selalu mengucur deras dari pelipis bahan seluruh tubuh, Xander begitu gigih berada di samping istrinya yang sedang menunggu pembukaan 10 pada proses persalinan. "Iya sayang, tahan ya! Tunggu Dokter kasih aba-aba dulu." Saat sakit itu hilang, barulah Gisha dapat tersenyum bahkan juga bisa menghabiskan sisa makan malam nya. "Mas, jangan kasih tau Ibu dulu!" "Loh, kenapa? Kan Ibu wajib tau tentang ini, 'kan?" tanya Xander mengusap lembut wajah Gisha. "Nanti malah khawatir aja, Mas