[36]

1405 Words

Freya meletakkan gelas wine dengan senyum yang tak mau pergi. Matanya menatap penuh gembira pada lawan bicara yang baru saja memberikannya informasi penting. “Kau memang bisa kuandalkan, Bibi Samantha.” Wanita paruh baya itu tersenyum bangga. “Aku jauh lebih senang kalau kau bisa mengandalkanku.” “Kenapa aku harus menolak bantuanmu?” Freya terkikik. “Kau selalu mendukungku sejak lama, Bibi. Mana mungkin aku melupakanmu begitu saja.” Samantha mengibas tangan dengan wajah merona. “Aku selalu merasa kau yang paling pantas menjadi istri Carlton, bukan wanita beban itu. kenapa juga keponakanku itu bodoh mau menerima begitu saja.” Senyum di wajah Freya lenyap, berganti dengan tatapan sedih serta nelangsa. Bahunya saja sampai terkulai lemah seolah ucapan Samantha barusan benar-benar melukai

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD