Akhir dari sebuah Kencan

1976 Words
Gerald tertawa dengan keras, bahkan tawanya terdengar begitu menyebalkan di telinga Marina."Maaf, aku memiliki selera sendiri mengenai tempat bercinta Miss Marina. Dan jelas itu bukan di sini." Wajah Marina sontak memerah. Membuat ide jail Gerald yang sempat hilang kini kembali muncul."Tunggu, kenapa tiba-tiba kau mengatakan seperti itu Miss Marina. Apa jangan-jangan kau membayangkan-" "Tidak!" Marina memotong kalimat Gerald dengan cepat."Untuk apa, bisa-bisanya aku membayangkan-" Kalimat Marina dengan cepat menghilang ketika ia mendapati sesuatu yang janggal pada biang Lala yang berseberangan dengannya."Gerald, mereka melakukan apa?" Gerald menyipitkan matanya ke arah bianglala yang di tunjuk Marina. Ia tersenyum dengan satu sudut bibir yang terangkat ke atas."Tentu saja sesuatu yang baru kita bahas." Marina cemberut, ia mulai begitu mengemaskan saat cahaya warna oranye menghiasi wajahnya. Apalagi aroma parfum melon yang mengunggah penciumannya. Gerald kembali menatap pemuda-pemudi yang bercinta di bianglala itu. Menelan ludahnya dalam-dalam untuk mencoba mengendalikan dirinya sendiri. Tidak, tidak. Gerald punya harga diri untuk bercinta dengan seorang wanita, hanya di ranjang. Bukan tempat lain. Dan kalopun ia mencoba bertindak ke arah itu, Gerald akan membuat semuanya bertambah buruk. Marina mungkin akan menamparnya, atau mungkin melaporkannya sebagai pelecahan seksual. Lagi pula Marina akan menjadi Mrs. Bernneth, dia akan melakukannya dengan puas nanti. Dan bahkan melakukannya pada wanita lain juga. Ia mencoba melonggarkan bagian leher kaosnya yang sama sekali tidak berkerah. Kini Gerald yang langsung duduk di seberang Marina, membuat wajah Marina sedikit terkejut. "Ngomong-ngomong, apa yang membawamu ke Kanada?" tanya Gerald untuk mengalihkan setiap pemikiran kotor pada otaknya. Marina yang menunduk menatap Gerald dengan sorot mata polos mengemaskan."Kau tau aku baru tiga tahun di sini?" "Ya tentu saja, aku melihat CV mu." Wajah Marina berubah menjadi serius."Aku suka Kanada, kota modern dengan begitu banyak keindahan alam. Kemudian aku mengalami situasi yang cukup buruk. Dan kebetulan teman lamaku menolongku dan membawaku ke sini." Marina berusaha menyunggingkan senyumnya. "Sepertinya situasinya sangat buruk sampai kau harus ke negara lain."Marina hanya tersenyum atas perkataan Gerald dan suasana berubah menjadi semakin canggung. Hanya ada suara deru nafas mereka sekarang. Gerald menatap sunset lagi."Pada akhirnya setiap situasi buruk akan dapat dilalui dengan baik." "Ya." Ia menunjuk ke sunset lagi."Indah sekali bukan?" "Ya, terimakasih Marina." "Untuk?" tanya Marina. "Ke tempat ini. Aku pikir kita sudah terlalu tua berada di sini sehingga aku selalu mengurungkan keinginanku untuk ke sini. Aku tidak pernah merasakan sensasi kencan sederhana." Gerald tersenyum lebar memamerkan setiap gigi putihnya hingga Marina merona. "Terimakasih," katanya sekali lagi. Marina merasa ini waktu yang tepat untuk bicara. "Gerald, bukankah sebaiknya kau melamar wanita lain." Senyum Gerald seketika menghilang."Marina, bisakah kita bicara soal lain." "Aku akan bicara soal hal lain kalau kau sudah berhenti melamarku dan memilih wanita lain." "Kalau begitu aku bahkan tak akan mau melihatmu!" Nada Gerald begitu menekan, penuh dengan emosi."Aku akan memberikan semua yang kau mau saat menjadi istriku. Kau bisa hidup mewah, kita melakukan open marriage dan kau bisa berkencan dengan lelaki manapun." "Dari ini bahkan kau bisa liat, aku tidak menginginkannya Gerald. Aku hanya-" Marina menggeleng."Tidak, pergilah cari wanita lain. Minerva, Cindy bukankah model-model itu sangat menyayangimu." "Aku akan berkencan dengan mereka setelah menikahimu." "Aku tidak mau menikah tanpa cinta. Aku tidak mau menikahi siapapun tanpa cinta." Marina berkata dengan suaranya yang gemetar. Gerald terdiam, dia seolah di hantam dengan kenyataan karena tidak bisa mewujudkannya. "Kau akan menyakitiku tanpa cinta." "Kita tidak akan saling menyakiti jika kita tidak jatuh cinta satu sama lain." Gerald membantah mencoba membantah pernyataan Marina dengan suara gemetar. " Apa kau bisa menjaminnya? kau punya alasan kau tidak akan menyakitiku saat kau tidak memiliki perasaan apapun padaku?" "Bagaimana aku bisa menyakitimu, jika kau tidak menganggapku penting Miss Marina Gilbert." Gerald berteriak sekarang. Ia menatap Marina yang tampak terkejut karena rasa frustasinya."Maaf," katanya kemudian. "Bagaimana jika perasaanku berubah dan menganggapmu penting? kau hanya akan tidak mempedulikan aku lalu memanfaatkan setiap hal yang aku punya bahkan mungkin dengan senang hati kau akan menginjak-injaknya kehormatanku dan mempermalukanku pada separuh duniamu!" Kali ini Marina yang menjerit, tubuhnya gemetar dengan hebat bersama air mata yang menetes di pipinya. Nafasnya berubah tidak beraturan. Lalu saat pintu bianglala terbuka, Marina dengan cepat berhambur pergi. Gerald terdiam wajahnya tidak bisa berhenti terkejut atas apa yang Marina ungkapkan. Dia memang b******k, b******n, dan mungkin c***l untuk sebagian orang yang menganggapnya begitu. Tapi dia selalu menghargai setiap perasaan orang yang mencintainya. Sial, mempermalukan dan menginjak-injaknya. Tidak akan mungkin kulakukan. Setelah perasaan terkejutnya cukup reda ia mulai mencari Marina yang menghambur pergi. Menanyakan beberapa orang dan beberapa perempuan yang justru alih-alih memberikan jawaban, malah mencoba merayunya. Dengan muka masam Gerald berkata,"maaf tapi bisakah anda lebih jelas menunjukkan tempatnya? dia calon istri saya. Kami sedang bertengkar dan aku harus minta maaf padanya." Dua wanita itu mengerjap beberapakali karena terkejut. Lalu menunjuk spomtan ke arah utara dengan jari-jari lentik mereka. "Terimakasih," kata Gerald yang segera berlari menjauh dari dua perempuan itu. Gerald menemukan Marina yang sedang tersedu dengan tangannya yang masih gemetar. Batin Gerald terasa tersayat sekarang, mungkinkah ia terlalu memaksanya? Marina benar-benar ketakutan. Marina tidak menyangka, salah satu impiannya berakhir berantakan. Sekarang dia berakhir dengan gangguan cemas yang sama sekali tidak dapat diatasinya. Pergi dengan Gerald adalah pilihan terburuk. Setidaknya itu yang bisa ia salahkan. Gerald Gerald dan Gerald. Marina merogoh obat penenang yang selalu ia simpan di tasnya. Tangannya yang masih gemetar hebat membuat wadah obat itu terjatuh ke tanah. Marina makin frustasi sekarang. "Aku ingin sembuh." Marina menangis, mengutuk setiap perbuatan cerobohnya hari ini. Seharusnya ia tidak membahas soal lamaran itu, bahkan Gerald melarangnya. Semua salahnya, bukan Gerald. Gerald berjalan, mengambil obat yang terjatuh itu dan meletakkannya di meja."Kamu tidak bisa menelannya begitu saja. Kau butuh air putih?" Nada Gerald begitu halus dan lembut, seolah berdebatan setengah jam lalu tidak pernah terjadi. Marina mengangguk dengan wajahnya yang sudah kusut dan hancur oleh make up yang berantakan. Sementara Gerald hanya tersenyum lalu pergi ke supermarket terdekat, kembali membawa beberapa minuman, makanan, kapas dan cairan penghapus make up. Gerald membuka air mineral yang ia beli, lalu ia serahkan pada Marina."Minum dulu agar tanganmu tidak gemetar, lalu hapus make-up mu. Kau tidak sesak nafas kan?" "Sedikit." Gerald menghembuskan nafas panjang, lalu bertanya lagi."Kau bisa mengatasinya? apa kita perlu ke dokter?" "A-ku sudah bi-asa mengatasinya." "Baiklah." Gerald berdiri duduk di samping Marina lalu membuka cairan penghapus make-up."Tanganmu sepertinya masih gemetar, biar aku yang menghapus make-upmu." Gerald mengenggam wajah Marina dengan hati-hati."Kau tampak seperti hantu." Marina cemberut sementara Gerald terkekeh. "Maaf, tapi itu kenyataannya. Kau harusnya membeli make-up yang tahan lama." "Aku miskin." Marina terasa geli dengan nada bangga yang ia keluarkan dengan spontan. "Kau perempuan pertama yang aku temui, yang begitu bangga dengan kemiskinanmu." "Dan yang lebih membanggakan, aku memamerkannya pada salah satu keluarga terkaya dunia." Gerald mengangguk menaikkan dua alisnya dan berkata,"ya, itu membanggakan." Marina tersenyum, dan batin Gerald yang terasa tersayat seperti diberi obat yang menyegarkan. "Maaf, sepertinya aku terlalu memaksamu," kata Gerald kemudian. Marina menggeleng."Aku memang yang terlalu takut pada sebuah hubungan. Aku terlalu takut di sakiti. Apalagi, kamu sangat berbeda denganku Mr.Gerald." "Ya, pasti itu akan jadi hal berat untukmu. Akan ada banyak gunjingan yang hadir saat aku mengumumkan pernikahan dengan perempuan biasa. Itu sebabnya kami terkadang dipaksa untuk menikah dengan sesama kami. Meski sebenarnya kami lebih menginginkan sebuah cinta. Meski aku cukup beruntung, ayah ibuku bukan tipe yang seperti itu. Tapi kami tetap sulit mendapatkannya karena semua kelebihan yang kami miliki Marina. Sehingga membuat beberapa orang-orang tulus memilih untuk tidak mendekat kepada kami, termasuk dirimu sepertinya. Kami terlalu terasa miskin untuk mendapatkan cinta." Kini Marina yang menjadi merasa bersalah sekarang."Aku tidak bermaksud." "Aku tau, karena itu aku sedikit memaksamu." Gerald melihat intens wajah Marina , lalu tersenyum dan berkata,"selesai. Kau tampak seperti anak SMP tanpa make-up mu. Padahal make-up mu cukup tipis, tapi bisa begitu berbeda. Make-up benar-benar menakjubkan." "Itulah mengapa wanita tergila-gila pada make-up," jelas Marina. "Ya. Karena itu adikku menghabiskan 1000 dollar hanya untuk make-up." Gerald berkata dengan begitu enteng dengan kata seribu dollar, seolah itu ia hasilkan dalam hitungan lima menit. Marina mengangguk-angguk."Aku tidak terkejut, kaum seperti kalian selalu tidak kira-kira." "Sejujurnya itu keterlaluan untukku. Bahkan untuk kami berlima. Tapi kami terlalu mencintai adik perempuan yang satu itu hingga kami tidak bisa melakukan apapun. Dan kami cukup bersyukur hidup ya akan berubah karena persyaratan warisan." "Persyaratan?" "Seperti aku, dia punya persyaratan juga. Dia harus membuang semua fasilitas yang kami berikan. Dan memberikan uang saku 1000 dolar untuk satu bulan." "Itu pasti akan sulit untuknya." "Ya, dia perempuan yang sangat manja. Aku tidak tau bagaimana dia akan tahan dengan itu." Gerald memberi penekan pada kata manja dan membuat kata itu begitu panjang di mulutnya, hingga Marina langsung tau seberapa manja putri pertama keluarga Bernneth. "Mungkin dia akan menghabiskan setiap harinya dengan mengerang." Gerald menggeleng, meletakkan kapas yang ia gunakan tadi lalu melipat tangannya."Tidak, dia akan berteriak di apartemennya setiap hari." Gerald melanjutkan."Kakak-kakakku iblis terkutuk, aku tidak bisa berpestaaaa aku tidak bisa liburan! Oh Tuhan! kau memberiku neraka!" Gerald menirukan adiknya bahkan mencoba menyamakan suara seraknya dengan suara perempuan. Marina tertawa dan Gerald juga. Ia tertawa bukan karena candaannya, tapi karena Marina juga tertawa. "Sepertinya kau sudah tidak memerlukan obatmu lagi," tanya Gerald. Marina menggeleng. "Sepertinya tidak." Tiba tiba alisnya berkerut dan menatap Gerald."Kau tau aku terkena serangan panik?" "Tentu saja, itu obat penenang. Aku juga dulu meminumnya. Jadi sama sekali tidak asing." "Kau pernah?" "Ya, dua tahun aku mengalami serangan panik. Saat itu aku masih berumur dua puluhan. Sekarang sudah tidak." "Ooh." "Mungkin, lebih tepatnya aku sudah tidak pernah melihat penyebab yang membuatku panik. Jadi aku tidak pernah meminumnya lagi." "Aku ingin sembuh sepertimu." Gerald mengenggam tangan Marina. "Aku sangat yakin kau akan sembuh." "Terimakasih." Gerald mengelus puncak kepala Marina."Ayo kita pulang, kau harus istirahat. Ini akhir bulan, aku yakin pekerjaanmu menumpuk besok." Marina mengangguk dengan antusias."Ya kau benar." Gerald mengenggam tangan Marina, sepanjang berjalananya menuju mobil mereka. Sangat intim dan hangat, membuat Marina tidak bisa untuk tidak merona. Marina makin memaklumi tentang banyaknya perempuan yang mau berada di ranjangnya. Marina menghentikan langkahnya. Gerald berbalik dengan wajah penuh tanya."Gerald terimakasih untuk hari ini. Meski sedikit berantakan tapi terimakasih." Marina sekali lagi tersenyum. Gerald menelan ludahnya, ia ingin mencincang dirinya sendiri. Marina bukan tipenya, ia tidak cuka wanita mengemaskan. Tapi dia luar biasa sangat mengemaskan hingga benar-benar tidak bisa tertahankan. "Bolehkah aku menciummu?" Gerald benar-benar akan hancur sekarang, tapi dia benar-benar tidak tahan. Marina hanya terdiam, matanya membelalak kaget. Gerald menelan ludahnya sekali lagi."Aku tidak akan melakukan lebih. Aku janji." Marina masih terdiam, wajahnya terlihat syok sekarang. "Aku bersumpah Marina." Marina menelan ludahnya."Ba-iklah tapi hanya dua menit. Lagi pula aku-" Sebelum Marina selesai dengan ucapannya. Gerald sudah menempelkan bibir Marina. Menyusuri bibir Marina dengan lihai, sementara Marina hanya bisa terkejut. Terkejut karena ia pikir serangan paniknya akan muncul tapi ternyata tidak terjadi. Ia mampu menikmati bibir Gerald yang begitu luar biasa. Bahkan membalas ciumannya. Ia mampu merasakan nafas Gerald yang memburu, aroma dari parfum mahalnya yang begitu memikat hidungnya. Apakah aroma ini menenangkan atau membangkitkan gairahnya? yang jelas ia mengalami keduanya sekarang. Dan sekarang tangan kekar itu mengusap-usap b****g Marina, ini benar-benar memikat Marina. Ia mulai membayangkan bagaimana tangan itu menyentuh p******a Marina membelai ujung puncak payudaranya. Semua sensasi ini menuntut dirinya untuk mendapatkan pelepasan. Tidak! Lelaki ini adalah lelaki c***l b******k yang bahkan tidak mencintainya. Ia akan tertawa setelah semua ini, setelah tau Marina dapat terpesona olehnya. Ia akan memanfaatkannya, menyakitinya, mempermalukannya seperti mereka. Memori Marina kembali pada setiap pandangan rendah terhadap dirinya, menatapnya dengan sorot mata jijik atau diam-diam membicarakannya sebagai seorang p*****r. Nafas Marina makin sesak sekarang, tubuhnya kembali gemetar karena rasa takut. Marina mendorong Gerald menjauh dengan nafasnya yang memburu. "Menjauh dariku!" Wajah Gerald begitu terlihat kecewa, hingga Marina merasa terluka."Marina." "Aku akan pulang sendiri saja." Gerald mengenggam lengan Marina, mencoba memohon. "Tapi, Marina." Marina menangkup tangannya."Kumohon Gerald." Marina melepaskan tangan Gerald dengan paksa. Hingga lelaki itu terpaksa harus mengalah. Marina berlari pergi, seolah dia baru saja menghindari lelaki paling mengerikan di muka bumi. Dan itu benar-benar membuat Gerald terluka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD