Chapter 7

1166 Words
Ciiee hari ini apdet dua kali.. Happy dong ya haha ____ Beberapa bulan berlalu terasa lebih cepat dari biasanya. Felix merasa rambutnya akan rontok hingga membuat kepalanya botak melihat sangat banyak pekerjaan yang menantinya dari perusahaan dan tugas dari universitas nya belum lagi hasil pemeriksaan Lucy minggu lalu yang baru diterimanya. Kepalanya seperti akan pecah ketika membaca bagian hasil pemeriksaan Lucy. Pintu ruang kerjanya terbuka dan Felix buru-buru mematikan ponselnya lalu tersenyum melihat kearah Lucy. "Kamu lembur lagi" Lucy meletakkan coklat hangat didepan Felix untuk membuat pria itu lebih baik. "Ini sudah malam kenapa kamu tidak istirahat?" tanya Felix. Lucy duduk di sofa tak jauh dari tempat Felix, Lucy menatap tunangan nya itu prihatin sebelum menghela nafas berat dan panjang lewat bibirnya "Kamu yakin akan ke indonesia?" Lucy balik bertanya. "Aku tidak punya pilihan untuk menolaknya" Felix berdiri lantas duduk didekat Lucy. "Tapi kan tinggal sebentar lagi kita lulus apa tidak bisa pekerjaanmu ditunda dulu hingga kuliahmu selesai?" Felix menggeleng karena ia sebenarnya juga ingin melakukan hal itu tapi ayahnya yang pemaksa itu tidak akan membiarkannya terlebih dengan mengancam akan menceritakan mengenai masa lalu Lucy tentu Felix tak bisa berbuat apa-apa karena bagi Felix Lucy adalah yang terbaik, kesehatan Lucy adalah prioritasnya. "Istirahatlah ini sudah malam" ucap Felix. Lucy mengangguk lantas berdiri meninggalkan Felix yang menatapnya memastikan Lucy keluar dari ruang kerja Felix. Helaan nafas Felix terhembus cukup panjang setelahnya. "Bagaimana aku menjelaskannya dengan Lucy" Gumam Felix sambil mengacak rambutnya frustasi. _____ Hari ini Felix tidak memiliki kelas bersama Lucy alhasil Felix berangkat ke fakultasnya sendiri untuk kuliah terakhir nya di Jerman sebelum mengambil cuti untuk kembali ke Indonesia, ayahnya memang tidak sabaran padahal Felix belum lulus tapi sudah diberikan tanggungan seperti ini didalam sebuah perusahaan besar dan tentunya Felix harus melakukan yang terbaik demi perusahaan yang nanti juga akan menjadi miliknya. Bulan ini sudah mulai memasuki musim dingin sebentar lagi mungkin salju akan turun, Felix membelokkan mobilnya kearah parkiran sebelum ikut kedalam kelas kuliah nya hari ini. Namun sepertinya hari ini bukan hari baik untuk Felix ketika ia duduk tiba-tiba Maya datang dan mengambil tempat duduk tepat didekatnnya terlebih dengan tidak sopannya gadis itu menatap Felix membuat Felix merasa risih. "Keluarlah jika kamu datang bukan untuk belajar" ucap Felix tanpa menatap atau melirik Maya sedikit pun. Maya tersenyum "Aku ada kelas disini tentu aku datang untuk belajar sekaligus menatapmu seperti ini sampai aku puas" jawabnya, Felix berdecih pelan rasanya sia-sia dia berbicara dengan perempuan yang satu ini. Kelas sudah dimulai dan seorang profesor bercerita didepan sana tapi tak sedetikpun Maya fokus pada penjelasan si profesor dan malah terus melihat wajah Felix seakan jika dia tidak melakukan itu Maya akan kehilangan wajah Felix selamanya. Begitu kelas usai Felix segera berdiri meninggalkan tempat itu dan pergi sejauh mungkin agar Maya tidak menemukan nya namun Maya yang keras kepala itu mengikuti Felix dari belakang sambil celingukan melihat para mahasiswa yang lalu lalang dan pada tempat yang tidak ramai Maya menarik Felix dengan paksa. "Maya!" pekik Felix. Maya menoleh namun hanya memberikan cengiran menyebalkannya, Felix menyentak tangannya sehingga Maya pun melepaskan tangannya dari Felix. "Lihat ini aku sudah memiliki tunangan lalu apa kau ingin merebut tunangan orang lain" Felix menunjukkan cincin tunangannya didepan Maya seakan dengan caranya itu Maya akan perlahan menjauh dengan sendiri nya tapi Felix salah menduga hal itu. Maya melihat jari Felix lalu kewajah pria itu "Lalu kenapa jika kamu memiliki tunangan toh kalian belum menikah" katanya. "Cih" desis Felix "Jangan pernah menggangguku Maya aku sangat muak melihat tingkahmu seperti ini. Kau bukan anak-anak lagi jadi bersikaplah sesuai dengan umurmu" ucap Felix. "Oke" sahut Maya dengan cepat secepat gadis itu berjinjit melingkarkan tangannya dileher Felix dan mencium Felix seenaknya tanpa meminta ijin terlebih dahulu, Felix terkejut untuk beberapa saat sebelum mendorong Maya. "Apa yang kau lakukan!" Felix mencengkeram bahu Maya. "Menciummu lalu apa lagi? Kau bilang bersikaplah sesuai usiaku dan hal pertama yang aku inginkan adalah menciummu. Apa kau mau lagi apa perlu kita membuat anak sekarang" katanya antusias. Felix menepuk keningnya sendiri "Percuma aku bicara dengan orang tidak waras" gumamnya lalu melangkah menjauh dari Maya. Maya terkekeh pelan tanpa rasa berdosa sedikitpun lalu menarik Felix lagi, Felix menyentak tangannya kemudian berbalik menatap perempuan itu dengan kemarahan nyaris sampai ubun-ubun tapi sebelum Felix mengeluarkan umpatan lewat bibirnya Maya lebih dulu membekap bibir Felix dengan telapak tangannya. "Jangan marah aku tau kamu akan memarahiku tapi simpanlah rasa marahmu itu dikemudian hari karena saat ini aku tidak butuh kau marahi" ucap Maya, Felix mendelik menurunkan tangan gadis itu dari bibirnya. "Apa yang kamu inginkan" tanya Felix. "Apa kamu akan mengabulkannya?" Maya menyahut antusias. "Tergantung dari permintaanmu tapi setelah itu kau harus berhenti mengejarku" ucap Felix lagi. "Baik setuju! Aku tidak meminta sesuatu yang mahal aku hanya minta satu hal padamu yaitu beri aku benihmu dan biarlah aku mengandung dari benih itu setelahnya aku berjanji tidak akan mengganggumu" senyum mengembang dibibir maya membuat Felix tercengang dengan permintaan aneh Maya barusan. Felix sedikit menunduk menyamai tinggi badan Maya lalu satu jari Felix menunjuk kening Maya "Banyak pria yang lebih pintar dan lebih tampan dariku lebih baik kau cari salah satu dari mereka untuk membuatmu hamil jika kau mengejar ku dengan cara seperti ini itu hanya akan menghabiskan waktumu sia-sia, aku tidak akan memberikan benihku begitu saja, perlu kau ingat Maya aku tidak akan pernah memberikannya padamu" Felix kembali berdiri normal lalu berbalik kembali melanjutkan langkahnya. "Tapi aku akan merebutnya darimu!" teriak Maya namun diabaikan oleh Felix yang terus berjalan seakan tak dengar apa yang Maya ucapkan barusan meski sebenarnya Felix mengumpat berkali-kali dalam hatinya karena sikap tidak waras yang dimiliki Maya. Maya tersenyum melihat bahu Felix yang semakin menjauh "Bagaimana bisa aku mencari pria lain jika yang aku inginkan hanya dirimu" batin Maya. "Tidak masalah Felix menolaknya karena aku masih punya banyak waktu untuk mengejarnya, lagi pula Felix dan gadis itu hanya bertunangan apa aku tidak boleh meminta sedikit benih dari Felix? Yang menikah saja bisa cerai kenapa yang belum menikah saja harus diperdebatkan?" Maya mengedikkan bahunya. "Tapi Felix pelit sekali aku hanya butuh dirinya membuatku dapat memiliki seorang bayi tapi kenapa dia selalu menolaknya padahal setelah dia memberikannya aku tidak akan merebutnya dari tunangannya itu, hahh dia penakut sekali jangan sampai calon anakku nanti juga penakut sepertinya" Batin Maya sambil berjalan. Langkah Maya berhenti ketika mendengar seseorang berbicara mengenai Felix, apakah Felix yang dimaksud adalah Felix yang barusan dia ajak bicara? Awalnya Maya tidak berniat menguping tapi rasa penasarannya membuatnya melakukan hal itu. "Jadi Felix akan pindah ke indonesia lagi?" gumam Maya lalu bersembunyi ketika orang yang berbicara tadi lewat. Maya melihat kearah perginya Felix sebelum berlari menghampiri lelaki itu. Maya belum mendapatkan benih Felix, lelaki itu tidak boleh pergi sebelum dirinya mendapatkannya, Maya berlari mengejar kearah perginya Felix namun saat sudah dekat Felix justru sudah mengemudikan mobilnya menjauh. Maya terdiam meskipun rasanya ingin menggapai Felix dengan tangannya tapi ia tidak bisa melakukan hal itu selain melihat mobil Felix yang kian menjauh. "Kali ini tidak lagi" gumam Maya dengan suara rendah. _________ Jangan lupa tinggalkan pesan dikolom komen ya...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD