“Kamu duduk saja. Biar Mas yang bereskan.” Ini hari kedua setelah Angga dan Andari pindah ke apartemen yang disewa pribadi usai pulang dari hotel. “Aku nggak papa, kok. Mas kenapa sih? Gitu banget sama aku. Kayak aku orang sakit,” protes perempuan itu karena dilarang membantunya. “Memang Mas bilang kamu sakit?” jawab Angga sambil menata barang-barang di pantry mereka. “Ya habisnya. Dari kemarin aku cuma disuruh diem,” rungutnya. “Kamu kan sibuk kuliah, Sayang. Mending mandi. Kamu juga bisa masak. Jadi biar beres-beres rumah Mas yang kerjakan. Deal?” Andari mengerucutkan bibirnya kesal. “Mas juga kerja.” Angga mendesah lemah lalu menghampiri sang istri. Telapak tangan pria itu menangkup kedua pipi Andari dan mendongakkan wajahnya. “Kerja pisik sama kerja otak itu beda, Sayang.” Lal