Aku masih belum paham, apa alasan Tuhan menciptakan dua karakter yang begitu berbeda dari rahim yang sama. Satu bak malaikat penyelamat, lainnya kuibaratkan adalah Dewa Kematian seribu kali lipat. Sangat menyeramkan. Sang malaikat tak pernah sedikit pun menaikkan intonasi dan mendelikkan mata selama kami saling mengenal, berbeda dengan Dewa Kematian. Dilihat sejak hari itu, aku bahkan tak menemukan angka tepat untuk menunjukkan betapa bangsatnya laki-laki di sampingku ini. Ya, malaikat penyelamatku itu akan tersenyum lebar sambil menggulung lengan kemeja ketika aku menunggunya di lobi apartemen, lalu kami menghabiskan waktu dengan mengobrol. Aku juga belum menemukan alasan di mana Mas Agra belajar kekuatan mengontrol diri saat hanya berdua dengan perempuan di sebuah ruangan. Dia ... yang