11. Notification?

2609 Words
Pandangan Alexa fokus ke arah jalan raya. Kepalanya tepat berada di depan jendela kamarnya. Nampak kendaraan berlalu lalang memenuhi jalanan. Untung saja dirinya sudah pulang tadi bareng Rafli, kalau tidak pasti dia akan terjebak macet seperti mereka. Kamarnya kini dipenuhi oleh suara musik yang diputar melalui tape. Suara khas dari Ahmad Dhani menyanyikan lagu Angin sangat menggema seperti ingin merusak gendang telinga mereka. "Mas pelan-pelan." Alexa sedikit memprotes saat Marsel mempercepat permainannya. Alexa merintih saat Marsel sengaja menjambak rambut panjangnya. Marsel tak mempedulikan rintihan Alexa yang menahan sakit karena ulahnya. Sementara tangan kiri Marsel menjambak rambut Alexa, tangan kanannya dia pakai untuk hal lainnya. Melihat tadi Alexa pulang kuliah, Marsel langsung menyusulnya ke kamar dan meminta gadis itu melayani. "Mas Marsel sakit." pekik Alexa saat suaminya itu mendorong tubuhnya sampai Alexa tengkurap. Marsel sengaja menghidupkan musik kencang-kencang, karena takut ada orang di luar yang mendengar mereka. Kamar mereka memang tidak kedap suara, sedangkan kamar Rafli juga berada di lantai dua. Meski berseberangan dengan kamar Marsel, tapi takut saja jika Rafli mendengarnya. Alexa merasa seluruh badannya mulai menegang. Kedua tangannya mencengkeram seprai kuat-kuat merasakan guncangan yang sudah sering dia dapatkan usai menikah dengan Marsel. Alexa kembali merasa perih di bagian kepalanya karena Marsel kembali menjambak rambutnya. Bahkan kepala dan leher Alexa sampai naik, sedangkan d-a-d-a gadis itu tetap menempel pada kasur. Alexa menggigit bibir bawahnya merasakan ngilu di bagian bawahnya. Marsel masih menikmati permainan yang dia ciptakan. "Mas pelan." Alexa menangkup kedua pipi Marsel yang tepat berada di depan wajahnya. Berharap Marsel akan sedikit memelankan permainannya. Bukan semakin pelan, yang ada malah semakin cepat. Alexa juga bukan wanita munafik, dia selalu menikmati kebersamaannya dengan Marsel. Meski Alexa tahu bahwa dirinya hanya menjadi pelampiasan suaminya, tapi tidak salah jika Alexa juga menikmati permainan yang selalu disuguhkan Marsel. Sepertinya suara Ahmad Dhani yang serak-serak menyanyikan lagu Sedang Ingin Bercinta terkalahkan oleh suara mereka. Ranjang yang biasa menyangga tubuh Alexa saat beristirahat sampai bergoyang. Tubuh mereka dipenuhi keringat, bahkan ini lebih melelahkan dari lari marathon. Akhirnya gadis cantik itu kembali merasakan cairan hangat menyembur di dalam rahimnya. Entah sudah yang keberapa kalinya Alexa merasakan hangatnya cairan dari tubuh Marsel setelah mereka menikah. Marsel melenguh saat merasakan semuanya sudah keluar di dalam tubuh Alexa. Lelaki itu ambruk di samping Alexa. Semuanya terasa lemas. Marsel memejamkan matanya, menetralkan pikirannya. Lelaki ini juga merasakan gadis di sebelahnya menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Marsel ingat nanti malam dirinya ada jadwal operasi. "Mas, kamu capek?" Alexa memandangi wajah Marsel yang ada di sebelahnya. Marsel membuka matanya dan menoleh ke arah Alexa. Dari tatapannya, Marsel seolah bertanya mau ada yang kamu omongin? Marsel masih menunggu apa yang akan dibicarakan oleh Alexa. "Besok jadwalnya aku suntik KB lagi ya?" tanya Alexa sedikit ragu. Marsel memejamkan matanya, dirinya lupa akan jadwal itu. Benar sekali, besok tanggal 17, dan itu jadwal Alexa harus suntik KB rutin setiap bulannya. "Nanti saya bikin janji sama Fana biar besok pagi kamu bisa langsung disuntik. Saya besok pulang jam 8, saya tunggu di rumah sakit sebelum jam 8." ujar Marsel membuat Alexa menggigit bibir bawahnya. "Boleh gak kalau aku gak usah suntik lagi? Aku capek Mas." meski Alexa tahu kalau Marsel tidak akan mengabulkan permintaannya, tapi apa salahnya dicoba. "Saya gak mau punya anak dari kamu." Marsel meluruskan kepalanya lagi menatap langit-langit kemudian memejamkan kedua matanya. "Ya maksud aku, gak usah KB lagi. Tapi nanti kan kamu bisa keluarin di luar Mas." ucap Alexa takut-takut. Marsel kembali membuka matanya dan menatap Alexa yang sudah menunduk tak berani menatapnya. Marsel memiringkan tubuhnya ke arah Alexa seperti ingin memeluk. Tangan lelaki itu pun terulur di atas perut Alexa. Gadis ini hanya bisa memejamkan kedua matanya, takut jika Marsel berbuat macam-macam. "Masih ada waktu satu jam, saya mau tidur. Lebih baik kamu juga istirahat, kamu pasti capek habis melakukan banyak aktivitas." Alexa membuka kedua matanya lebar-lebar. Ternyata tadi Marsel hanya ingin mengambil ponsel untuk melihat jam. Setelah mengucapkan hal demikian, Marsel langsung kembali memejamkan matanya dan tidur. Alexa menatap wajah suaminya yang sangat damai saat bergelut dengan dunia mimpi. Alexa memang sangat lelah, kegiatan di kampus bersama dospem, mengerjakan skripsi. Padahal tadi Alexa ingin langsung istirahat saat sampai rumah, tapi Marsel memintanya melakukan kewajibannya. "Kapan ya gue bisa suka atau pun cinta sama lo? Sampai sekarang gue belum juga punya perasaan sama lo, Mas. Gue gak tahu sampai kapan gue bisa bertahan dalam kisah kita yang hambar tanpa cinta. Kalau gue dibolehin egois, gue bakal batalin pernikahan itu tanpa mempedulikan perasaan Mama dan kedua anak lo. Tapi kenapa lo gak mau sedikit aja ngehargain gue sebagai istri lo? Gue gak butuh lo cinta sama gue, gue cuma pengen lo hargai gue." ujar Alexa dalam hati. *** "Yang ini apa namanya, Om?" Yudha terus saja menunjuk-nunjuk gambar yang ada di laptop Rafli." Kanguru." "Kok anaknya keluar-luar gitu sih kepalanya? Aneh, perutnya sobek itu, Om?" dari tadi Yudha terus mengganggu Rafli. Padahal niat Rafli, dia ingin tidur saat sampai kamar. Tak jauh beda dengan Alexa, Rafli juga lelah dengan skripsinya. Tapi ekspetasi hanyalah ekspetasi belaka, tanpa ada realisasi setelah Yudha masuk ke dalam kamarnya. "Bukan sobek, tapi itu emang caranya gendong bayi kangurunya seperti itu." kedua mata Rafli sudah setengah watt, tapi pertanyaan-pertanyaan Yudha terus saja membuyarkan setengah mimpinya. "Kalau yang ini apa, Om?" Yudha kembali antusias saat melihat gambar selanjutnya. "Om... Bangun... Ini apa? Kok bisa gitu gambarnya?" Rafli terpaksa membuka matanya untuk melihat gambar yang ada di laptop. "E buset..." Rafli kaget saat yang dia lihat memang hewan, tapi hewan itu tidak sendiri. Tangannya langsung menutup laptonya sendiri dan beralih ke Yudha. "Yang tadi hewan apa, Om?" Yudha menarik-narik baju Rafli. "Tadi anjing Yudha, hewan anjing. Bahasa inggrisnya dog, bahasa jepangnya anou." "Kok kepalanya ada dua, kakinya ada delapan tapi badannya cuma satu? Apa tadi yang dinamakan anjing badan ganthet?" "Sianjir... Anjing badan ganthet katanya. Ada-ada aja bahasanya ni bocah satu. Yakali gue bilang itu anjing lagi kawin, bisa digorok Mas Marsel gue." Rafli nampak bingung bagaimana harus menjelaskan kepada Yudha. "Eh iya, Kakak kamu ke mana? Kamu gak main sama Kak Zulla?" Rafli berusaha mengalihkan pembicaraannya supaya Yudha tidak terus-terusan bertanya yang aneh-aneh lagi. "Kak Zulla lagi main barbie di kamarnya, males aku mainan boneka mati kayak mereka." "Waduh. Emang boneka ada yang hidup? Semua boneka mati kali Yudha." "Ada, itu boneka chucky kan hidup." "Bangke! Dia tahu chucky segala dari mana yak?" ujar Rafli pelan. *** Alexa mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Badannya semua terasa ngilu, dirabanya sisi sebelah kanan. Ternyata sudah tidak ada Marsel yang tidur di sebelahnya. Pantas saja, sudah jam enam. Pasti Marsel sedang bersiap-siap untuk ke rumah sakit. Sudah tiga hari ini Marsel mendapat dinas malam. Gadis itu turun dari ranjang, memunguti semua pakaiannya dan meletakkan ke keranjang pakaian kotor. Alexa meraih kimono handuk yang tersampir di gantungan untuk menutupi tubuh polosnya. Kaki jenjangnya berjalan menuju kamar Marsel, ternyata lelaki itu sedang sibuk mengancingkan kemejanya. Memang Alexa tidak menyiapkan pakaian untuk Marsel, hal itu karena Marsel sendiri yang melarang. "Aku kira kamu udah berangkat, Mas." Alexa memilih duduk di atas sofa sambil membolak-balik lembar majalah yang tersedia. Satu kakinya menopang berat kaki sebelahnya yang ada di atas. Kaki jenjang itu terlihat menyilang sekarang. "Gak usah basa-basi, cepat kamu mandi, turun temenin Zulla dan Yudha makan malam terus kamu temenin mereka belajar." lelaki itu sekarang sibuk memberikan pomade ke rambut basahnya. "Kamu gak mau ikut makan malem bareng sama kami dulu?" Alexa sudah berdiri dan mendekat ke arah pintu kamar mandi. "Enggak, kalian makan malam saja." Marsel masih fokus menata penampilannya. Tangannya kini sibuk memakai jam tangan, menyemprotkan parfum ke badannya kemudian memakai kaos kaki dan sepatu. "Ya sudah, hati-hati Mas." Alexa langsung masuk ke dalam kamar mandi. Marsel tak menghiraukan, dia lebih memilih mengecek apa saja yang dia butuhkan. Jangan sampai ada yang tertinggal satu pun. Setelah dirasa semua lengkap, Marsel langsung keluar kamar untuk berpamitan dengan kedua buah hatinya. "Kesayangan Ayah..." seru Marsel ketika melihat Zulla dan Yudha sedang bermain di ruang televisi. "Pasti Ayah mau jaga malam lagi, aku doain Ayah gak diganggu sama suster yang suka ngesot-ngesot itu." Yudha menganggap bahwa hantu suster ngesot itu nyata adanya. Meski pun mungkin benar ada, tapi itu hanya bisa dilihat oleh seorang indigo. "Hahaha... Nanti kalau suster ngesotnya gangguin Ayah, bakal Ayah ajak dia balap lari. Dia pasti kalah dari Ayah, tahu gak kenapa kalah?" Marsel menarik Yudha supaya duduk di atas pangkuannya. Zulla tak protes sama sekali, dia tidak pernah cemburu kalau Marsel lebih memanjakan Yudha. "Karena Ayah jago!" seru Yudha kegirangan. "Bukan!" "Terus karena apa? Karena Ayah cakep jadi susternya suka sama Ayah gitu?" "Aish... Apaan anak kecil udah bilang suka-sukaan." "Ya terus apa Ayah? Kenapa suster ngesotnya bisa kalah kalau Ayah ajak dia balap lari?" Yudha semakin penasaran saja. Baginya, Marsel memberikan teka-teki yang sangat sulit. "Ya karena suster ngesotnya gak bisa lari, kan bisanya ngesot. Hahaha..." Marsel tertawa puas bisa melihat wajah kesal dari Yudha yang habis dia kerjai. "Ih Ayah curang, cuma gara-gara itu suster ngesotnya kalah." Yudha masih tidak mau kalah. "Udah ya, lanjutin mainnya sama Kak Zulla. Ayah mau berangkat ke rumah sakit dulu." dikecupnya wajah mungil Yudha dan Zulla secara bergantian. "Besok Ayah jemput kita lagi kan pulang sekolahnya?" "Iya, pasti Ayah jemput kalian." "Kalau gitu besok boleh main kuda-kudaan lagi ya, Yah?" "Gak gratis." "Bayarnya pakai apa, Yah? Aku bisa kok nyisihin uang bekel aku lima ribu. Hehehe..." cengir Yudha membuat Marsel semakin gemas. "Udah ah, Ayah berangkat." Marsel langsung meninggalkan kedua buah hatinya. *** "Kemudian pesawat itu mendarat dan hap... Masuk ke dalam gua." Alexa sedang menyuapi Zulla dan Yudha secara bergantian. "Bunda, gantian aku yang disuapin." Zulla pun ikut merengek. "Ini buat Kakak." kali ini Alexa memberikan sendoknya kepada Zulla. "Bun, boleh gak malam ini kita gak belajar? Aku capek belajar mulu." Yudha menyandarkan bahunya ke sandaran kursi di meja makan. "Ya gak boleh dong sayang, belajar itu penting. Kalian mau jadi anak pintar kan kayak Ayah?" "Mau Bunda." keduanya menjawab sangat antusias. "Kalau mau pintar kayak Ayah, kalian juga harus rajin belajar. Bunda aja masih belajar, ayo masa kalah sama Bunda." Alexa terus mengoceh sambil menyuapi kedua bocah di depannya. "Iya yah, Bunda kan udah gede. Kok masih belajar aja? Bunda gak capek?" Zulla menanti jawaban mengesankan dari Alexa. "Belajar itu gak boleh capek sayang, karena hidup itu untuk belajar. Tidak ada orang pintar tanpa belajar. Paham?" "Paham Bun, kalau gitu kita cepetan makannya terus kita belajar." Zulla sangat antusias. Alexa menganggukkan kepalanya menuruti kemauan dua bocah lucu-lucu itu. Tak menunggu lama, Alexa menyelesaikan tugasnya menyuapi Zulla dan Yudha. Sekarang dia sedang berada di kamar mereka, menemani Zulla dan Yudha belajar. Yudha paling cuma gambar, karena yang diajarkan di TK hanyalah gambar menggambar dan menyanyi. Sedangkan Zulla kadang bertanya apakah tulisannya ada yang salah atau tidak. Alexa membuka lock di ponselnya, ada notifikasi dari f*******:. Ternyata salah satu temannya ada yang berulang tahun. Bibir Alexa mengembangkan sebuah senyuman. "Happy birthday to you brother, semoga apa yang lo inginkan segera tercapai. Aamiin." Alexa mengeja pesan yang ingin dia send kepada temannya yang sekarang sedang berulang tahun. "Bun, ngomong sama siapa?" "Eh... Enggak kok, Bunda cuma lagi chat sama temen aja. Lanjutin belajarnya ya." "Iya Bun." Tiga puluh menit cukup untuk Alexa menemani mereka belajar dan membacakan dongeng pengantar tidur. Alexa menutup buku dongeng di tangannya, meletakkan kembali ke laci meja dekat ranjang. Pandangan Alexa teralih ke wajah damai dari Zulla dan Yudha. "Semoga kalian bisa merasakan sosok seorang ibu dengan kehadiran Bunda di sisi kalian ya sayang. Bunda sayang sama kalian meski Bunda belum bisa sayang sama Ayah kalian." Alexa mencium kening kedua buah hati Marsel. Perlahan-lahan Alexa melangkahkan kaki keluar dan menuju dapur. Gadis itu merasa tenggorokannya kering dan memintanya untuk segera diguyur air. "Cie... Yang rambutnya pada basah tadi sore." ternyata di dapur ada Rafli yang sedang membuat kopi. "Apaan? Orang rambut gue kering-kering aja. Nih lihat nih, mana ada basah." Alexa mengambil air dari kulkas, menenggaknya sampai habis setengah. "Pake ngidupin musik kenceng banget lagi. Tahu gue juga, biar gak kedengeran brisik kan pas lagi ah uh ah? Ngaku lo sama gue." Alexa tak mau ambil pusing, dirinya malah sibuk mencari sesuatu. Tangannya terus membuka laci-laci yang ada di dapur. "Jujur lo sama gue, lo habis pulang ngampus langsung naena kan sama kakak gue?" Rafli menyenggol-nyenggol bahu Alexa. "Aish... Diem ngapa sih Raf, bukan urusan lo juga kan." Alexa nampak kesal dengan godaan Rafli. Sepertinya lelaki itu ingin menonton pertandingan bola makanya dia membuat kopi malam-malam seperti ini. "Nah, ketemu juga akhirnya." Alexa langsung kembali naikin tangga, berlari menuju kamarnya. Tanpa menunggu lama, Alexa mengambil kotak yang ada di dalam kantong keresek di atas meja belajar. Dengan cekatan, Alexa membuka kotak berukuran kecil itu. Ternyata itu adalah kue tart yang dia beli di toko kue dekat kampus saat tadi dia bilang ke Rafli ingin membeli minuman. Alexa menamcapkan satu lilin kecil berwarna hijau di atas kue itu. Happy birthday happy birthday... Happy birthday to you... Alexa sengaja menyanyikan lagu itu sebentar. Senyumnya terus merekah mengingat hari spesial ini. "Selamat ulang tahun buat lo yang di sana. Sorry, gue gak berani kalau harus ngasih kue ini langsung ke lo. Selama ini gue cuma berani ngucapin di kesendirian gue. Doa gue selalu ada buat lo, dan gue gak mungkin lupa sama ulang tahun lo." ucap Alexa panjang lebar. "Semoga suatu saat nanti gue bisa ngucapin ulang tahun ke lo secara langsung. Gak kayak tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya." Doa Alexa dalam hati sebelum dia meniup lilin ulang tahun yang masih menyala. Selesai make a wish, Alexa langsung meniup lilin itu. "Dan semoga suatu saat nanti lo tahu tentang perasaan gue sama lo. Perasaan yang udah gue pendam selama bertahun-tahun tanpa ada seorang pun yang tahu. Hanya gue dan Tuhan yang tahu." Alexa mengalihkan pandangannya ke arah ponsel, ada notifikasi masuk. Ternyata itu adalah notifikasi massanger dari seseorang yang baru saja dia berikan ucapan selamat ulang tahun lewat f*******:. "Thank ya Al, gue aminin doa dari lo"  itulah balasan chat dari lelaki yang Alexa sukai dan masih ada chat lainnya. Hati Alexa serasa berbunga bisa chatingan dengan lelaki yang mampu merogoh hatinya. Gadis cantik itu sudah berguling-guling di atas ranjang tempatnya tadi berhubungan dengan Marsel. "Astaga, kontrol Al. Lo gak boleh kelihatan kalau lo ngarep sama dia. Selama ini lo udah sangat baik menyimpan perasaan lo sendirian." Alexa mengatur deru napasnya supaya tenang. Jantung Alexa kembali berdebar saat ponselnya kembali berbunyi. Pasti itu notifikasi dari teman Alexa lagi yang sedang berulang tahun. Dengan sangat hati-hati, Alexa membuka lock ponselnya. Betapa kecewanya Alexa bahwa notif itu terdapat dari pesan w******p. Si Duda Jangan lupa besok datang ke rumah sakit sebelum jam 8 pagi. "Aish... Kenapa sih dia hadir di saat yang gak tepat? Ganggu suasana hati gue aja." Alexa kesal dan membuang ponselnya ke sembarang arah. Tapi masih aman karena masih di area kasur. "Eh tapi gue bisa dibilang selingkuh gak ya? Gue cintanya sama cowok lain padahal gue udah nikah." Alexa bergidik ngeri membayangkan dirinya terkena azab. Nanti apa jadinya? "Tapi kan gue sama dia gak pacaran, lagi pula dia gak tahu sama perasaan gue ini. Yang namanya selingkuh kan kalau dua-duanya mau dan suka. Nah ini gue sendirian yang suka. Kalau dia mah mana gue tahu suka apa kagak. Jadi bisa dibilang gue gak selingkuh dong." Alexa malah bingung sendiri atas perasaannya. Di satu sisi dia sudah menjadi istri lelaki lain, tapi di sisi lain dia masih sangat mencintai lelaki itu. "Andai aja gue nikahnya sama dia, pasti gue bakal ngerasain gimana rasanya hamil dan melahirkan. Kalau terus-terusan sama Marsel gue gak yakin bakal bisa hamil." dengus Alexa merasa bosan dengan kehidupannya. "Tau ah, pusing gue." Alexa memilih tidur dari pada harus pusing dan bingung memikirkan ini semua. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD