1. Prolog
Nafas seorang perempuan berparas ayu tersengal-sengal karena emosinya yang meluap tak terbendung. Suasana kamar begitu mencekam. Perempuan ini menatap punggung suaminya yang tenang. Seolah-olah tidak terpancing emosi. Entah terbuat dari apa hati suaminya itu.
Ruang kamar hanya diterangi dengan lampu meja berwarna biru. Sudah dari satu jam yang lalu kedua anak manusia ini bersitegang memperdebatkan hubungan rumah tangga mereka yang sudah berjalan selama tiga tahun lamanya.
Sang istri merasa sudah sangat sakit menerima perlakuan suaminya yang seperti orang gila. Bagaimana tidak, mereka menikah tapi mereka tidak seperti layaknya pasangan suami istri di luar sana. Semua ini hanyalah status, tidak ada cinta dari keduanya. Ralat! Tidak ada cinta di hati lelaki bernama Marsel Fabiano untuk istri keduanya. Semua rasa sayang dan cintanya dia habiskan sepenuhnya untuk Airin, istri pertama dan untuk kedua buah hatinya bersama Airin. Marsel menganggap Alexa hanya sebagai babby sitter gratisan untuk kedua anaknya saja, juga sebagai wanita yang dia pakai untuk memuaskan hasrat kelelakiannya, tidak lebih dari itu.
"Aku istrimu Mas, Airin sudah mati! Mati!" teriak Alexa kalap.
Marsel membalikkan badannya, kedua matanya menatap tajam ke arah Alexa. Terlihat jelas dari sorot matanya yang begitu menusuk dan menakutkan. Perlahan kakinya melangkah mendekat ke arah Alexa.
Alexa yang menyadari akan adanya ketidak beresan, kakinya dia bawa mundur menjauh dari Marsel. Dalam hatinya takut jika Marsel menyakitinya. Lelaki itu tak tanggung-tanggung dengannya jika sedang marah. Pukulan demi pukulan sering dia terima. Jika hanya pukulan, Alexa masih bisa terima. Tapi jika Marsel melayangkan cacian, makian dan umpatan menyakitkan maka Alexa tidak bisa terima lebih lama.
"Kenapa menjauh?" dua kata yang mampu membuat bulu kuduk Alexa berdiri. Jantungnya sudah berpacu kencang melihat wajah Marsel yang sangat marah. Rahangnya mengeras, napasnya naik turun, meski Marsel menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. Tapi Alexa masih bisa melihat bahwa kesepuluh jemari Marsel terkepal kuat-kuat menahan amarah.
"Ma... Ma... Mau ap... Apa... Kamu Mas?" Alexa masih berusaha menjauh dari jangkauan Marsel. Tangannya meraba-raba meja yang ada di dekat pintu keluar.
"Dengar baik-baik jalang!" bersamaan dengan suara Marsel yang menggema. Lelaki tampan dengan kulit seputih s**u itu mencengkeram kuat-kuat pipi Alexa.
Alexa meringis menahan sakit yang menjalar di rahangnya. Napasnya dia atur sebaik mungkin supaya tidak terlihat takut di depan Marsel. Tapi gagal, dengan caranya menghindar tadi sudah menunjukkan bahwa dirinya takut dengan Marsel.
"ISTRI SAYA HANYA SATU! DAN ITU BUKAN KAMU! KAMU ITU HANYA SEORANG WANITA PEMUAS NAFSU BELAKA!" bentak Marsel tepat di depan wajah Alexa.
Alexa memejamkan matanya, terlalu takut melihat Marsel jika sudah marah seperti sekarang. Di dalam pikirannya sekarang hanya ada bagaimana caranya lepas dari jeratan Marsel.
"Lepas!" Alexa berhasil menendang perut Marsel dengan kakinya. Otomatis lelaki itu terjungkal ke belakang. Tak ingin membuang-buang kesempatan, Alexa langsung membuka pintu dan berlari menjauh dari kamar.
Wanita malang ini berlari menuruni tangga rumah mereka. Tiga tahun tinggal di rumah Marsel membuat Alexa hapal seluk beluk rumah meski lampu dalam keadaan padam. Tinggal dua tangga lagi Alexa sampai ke lantai bawah.
"Argh...!" teriak Alexa ketika merasakan perutnya kram. Padahal dia tidak terjatuh atau terpeleset.
Alexa terduduk di tangga paling bawah, itu artinya di anak tangga pertama lantai dasar. Alexa terus memegangi perutnya yang sangat sakit. Sesuatu mengalir dari arah selangkangannya. Alexa bingung dengan semua ini, kenapa dengan dirinya.
Marsel termenung melihat Alexa yang terus mengerang kesakitan di bawah sana. Lelaki tampan ini sudah sampai di tengah-tengah tangga. Langkahnya terhenti ketika mendengar teriakan Alexa yang pertama. Dirinya bingung harus bagaimana. Menolong atau membiarkan. Hati kecilnya menyeru untuk menolong. Tapi egonya melarang dan menyuruhnya tetap diam di posisinya sekarang. Sudah lima menit Marsel mendiamkan Alexa yang terus menangis menahan sakit.
"Mas tolong..." rintih Alexa dengan sisa-sisa tenaganya.
***
Next...
***
HIMBAUAN DAN PERINGATAN, KHUSUSNYA UNTUK PARA PEMBACA BUNDA PILIHAN OMA DAN PEMBACA SETIAKU.
CERITA INI MEMANG BERKOIN DAN MEMILIKI PART YANG PANJANG! TENTUNYA AKAN MEMBUAT KALIAN MENGELUH DALAM HAL KOIN, MUNGKIN DI AWAL, TENGAH-TENGAH ATAU BAHKAN SUDAH HAMPIR AKHIR. DI SINI AKU PERINGATKAN DAN AKU KASIH HIMBAUAN, KALAU KALIAN SEKIRANYA AKAN MENYESAL TELAH MENGELUARKAN BIAYA UNTUK MEMBELI KOIN DAN DIGUNAKAN UNTUK MEMBACA CERITA INI, MAKA JANGAN LANJUTKAN MEMBACA! KALAU YANG TIDAK MAU KELUAR UANG UNTUK MEMBELI KOIN, JUJUR SAJA KALAU AKU LEBIH RESPECT SAMA KALIAN YANG ENGUMPULKAN K-O-I-N G-R-A-T-I-S YANG DIBERIKAN OLEH PIHAK APLIKASI SETIAP HARINYA. AKU LEBIH SENENG KALUAN SEPERTI ITU KETIMBANG MEMBELI CERITA INI DI OKNUM-OKNUM YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB DALAM BENTUK PDF! KARENA ITU ILEGAL! AKU GAK PERNAH MENJUAL CERITAKU INI DALAM BENTUK PDF!
JANGAN MENDUKUNG MEREKA, PARA PEMBAJAK KARYA UNTUK TERUS BERBUAT KRIMINAL. JANGAN BANTU MEREKA UNTUK MENDAPATKAN UANG HARAM! SIAPA PUN (PEMBACA) CERITA BUNDA PILIHAN OMA, YANG MEMBELI CERITA INI DALAM BENTUK PDF, AKU SUMPAHI MEREKA IKUT BERDOSA SEPERTI YANG MEMPERJUAL BELIKAN KARENA TELAH MENDUKUNG PERBUATAN JAHAT MEREKA!
KENAPA PEMBACA JUGA WAJIB DIHIMBAU? KARENA MEREKA TETAP ADA ITU KARENA DUKUNGAN DARI PEMBACA DENGAN TERUS MENERUS MEMBELI PDF KEPADA MEREKA.
STOP EMBEL-EMBEL DENGAN BILANG "MAAF GAK TAU TENTANG HAL SEPERTI ITU ATAU GAK TAU KALAU PDF ITU ILEGAL." JADILAH PEMBACA YANG MENDUKUNG PENULISNYA KALAU KALIAN MEMBACA CERITANYA! SALAH SATUNYA, DENGAN TIDAK MEMBELI KARYANYA DI LUARAN SANA DAN HANYA MEMBACA DI APLIKASI.
***
TERIMA KASIH UNTUK SEMUA YANG SUDAH MEMBACA "BUNDA PILIHAN OMA." MOHON MAAF KALAU BANYAK KEKURANGANNYA DAN MOHON MAAF KALAU ADA SALAH-SALAH KATA, SEMUA ITU DIKARENAKAN KETERBATASAN PIHAK PENULIS. SEKALI LAGI, TERIMA KASIH BANYAK DAN BANTU MENGHENTIKAN PEMBAJAKAN KARYA.