Bab 105

1042 Words

Pria itu terkapar tak berdaya di sofa. Matanya merah, sesekali bulir bening mengalir di sudut matanya. Meski dalam keadaan mabuk, rasa sakit di hatinya tetap tak mau hilang. Ia menyesal, sungguh menyesali kesalahannya. "Ini salah Lo Dit. Lo yang sudah menghancurkan kehidupannya. Lo tak pantas untuk hidup," maki pria itu pada dirinya sendiri. Dalam mabuknya pria itu meluapkan semua rasa sakitnya. Memaki dirinya sepuas hati. Memukul-mukul dadanya yang terasa sesak karena rasa bersalah. Bahkan air mata tanpa tahu malu mengalir dengan deras seperti air mata seorang perempuan. "Dit! Dit! Sudah dong. Kenapa jadi begini?" Arnold bingung bagaimana harus menghadapi temannya yang sedang mabuk itu. Ia tak menyangka Raditya akan mabuk separah itu setelah menghabiskan hampir dua botol wine seorang d

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD