Bab 28

1011 Words
Rachel keluar dari mobil, secepat kilat ia berlari menuju kamarnya. Ia sangat kecewa pada Rasti yang sudah menamparnya. Hanya demi anak kampung yang tidak jelas asal-usulnya Rasti tega memukulnya. Rasti hanya bisa mengelus d**a, tak kurang ia mendidik Rachel. Tapi entah mengapa anaknya tumbuh menjadi gadis liar dan pembangkang. Ia sebenarnya tahu jika sikap Rachel pada Minah tak pernah baik. Hanya saja, Rasti pura-pura tak tahu. Karena masih berharap jika kehadiran Minah dapat mengubah keangkuhan dan keliaran Rachel. Rasti terduduk di sofa ruang tamu. Memijit pelipisnya yang terasa sangat pening. Rasti menyesal sempat hilang kendali. Tapi semua demi kebaikan Rachel juga. Ia tak ingin Rachel salah jalan dan menjadi orang yang jahat. Ia ingin Rachelnya kembali manis dan baik seperti dulu. Sejenak, Rasti melupakan Minah. Ia lupa untuk memeriksa apakah gadis malang itu ada di kamarnya atau tidak. Rasti memperhatikan tangan kanannya yang sempat terayun ke arah Rachel. Rasti yakin Rachel marah dan kecewa padanya. Namun semua yang terjadi tidak akan dapat diubah lagi. Mungkin Rasti hanya akan memperbaikinya sebelum semuanya akan menjadi tambah rusak parah. Rasti melangkah naik ke lantai atas menuju kamar Rachel. Ia mengetuk pintu yang dihiasi berbagai ornamen Winnie the pooh itu dengan perlahan. "Chel ... Sayang. Maafkan Mama Nak," panggil Rasti dengan lembut. Sayangnya hati Rachel terlanjur sakit hati karena tamparan mamanya. "Chel, Mama benar-benar minta maaf. Maafkan Mama Nak. Mama tak sengaja. Mama tak bermaksud untuk memukulmu Nak." Rasti menangis di depan pintu kamar Rachel. "Sudah Mama pergi saja! Urus si udik itu. Jangan pedulikan lagi Rachel. Jangan-jangan Minah anak Mama dan kami tertukar ya?" Rachel yang kesal berbicara asal. "Tidak Chel. Anak Mama dan Papa hanya kamu dan Raditya. Minah hanya anak asuh Mama." "Rachel tidak percaya. Rachel yakin, Minah anak Mama. Karena Mama begitu menyayanginya. Begitu membelanya. Dan kini Mama sudah tidak menyayangi Rachel," ucap gadis itu disertai tangis. Gadis itu meringkuk dengan selimut yang membalut tubuhnya. "Itu tidak benar Chel." "Terserah! Mama pergi saja tidak usah pedulikan Rachel." Tubuh Rasti lemas mendapatkan penolakan yang menyakitkan dari Rachel. Tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh bahu kanan Rasti. Rasti tersentak dan menatap wajah Minah yang sembab dan pucat. Dengan jemarinya yang lentik Minah mengusap air mata di wajah cantik Rasti. Dan Rasti langsung memeluk Minah. Menumpahkan semua air matanya di pundak gadis itu. "Tan, ayo kita turun dulu," ajak Minah. Minah yang menangis di kamar mendengar semua ucapan Rasti dan Rachel. Ia merasa bersalah. Karena kehadirannya, keluarga itu jadi kacau. Gara-gara dia om Dimas dan Raditya sering bertengkar. Gara-gara dia hubungan Rasti dan Rachel memburuk. Ia merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi di rumah itu. Minah memutuskan untuk pergi saja dari keluarga itu, agar semua kembali seperti sedia kala. Keluarga Rasti dan Dimas harmonis seperti dulu. "Tan, Tante baik-baik saja?" tanya Minah setelah mereka berada di ruang tamu. Minah memegang tangan Rasti dengan hangat. Membuat perasaan wanita itu lebih baik. "Iya Minah. Tante baik-baik saja kok." "Tante tunggu di sini ya. Minah buatkan teh." Minah menuju dapur dan memanaskan sedikit air untuk membuat teh. Setelah beberapa menit, ia membawa satu cangkir teh panas untuk Rasti. "Silakan di minum Tan." "Terima kasih sayang." Rasti memaksakan senyumnya. "Tan, Minah ingin berbicara serius." "Ada apa sayang?" "Minah ingin berhenti sekolah dan ...." "Tidak!" tolak Rasti dengan tegas. "Minah belum selesai bicara Tan. Minah mau berhenti sekolah karena Minah mau pulang ke desa dan menyerahkan diri pada Juragan." "Tidak! Selama Tante masih bernapas, Tante tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Tidak, Tante tidak rela jika masa depan kamu hancur di tangan kakek tua itu." "Tan, Minah mohon Tante mengerti. Semua ini terlalu sulit untuk kita. Minah tak ingin menghancurkan keluarga ini. Minah ingin keluarga ini kembali seperti semula." "Tidak Minah. Tidak dengan membiarkan kamu pergi. Ini bukan salah kamu." "Minah mohon Tan. Minah tidak akan pernah melupakan kebaikan Tante dan Om. Mungkin sudah takdir Minah harus menikah dengan rentenir itu. Demi Bapak juga. Minah sadar, Minah mengkhawatirkan Bapak Tan. Minah takut Bapak kenapa-napa." "Tante yakin jika bapakmu ada di sini, beliau juga tidak akan pernah setuju dengan keputusanmu. Dan kamu mau membuat pengorbanan bapakmu sia-sia?" "Baiklah. Kalau begitu izinkan Minah berbicara pada Rachel Tan." "Kalau ini Tante izinkan." "Tapi Minah hanya ingin berbicara empat mata. Tidak ingin ada siapa pun yang mendengarkan pembicaraan kami." "Iya, kalau itu yang kamu inginkan Tante akan membuat semua orang di rumah ini keluar." "Baiklah Minah ke atas ya Tan." Minah berjalan menuju kamar Rachel. Dan ia mengetuk pintu dengan perlahan. "Chel, ini Minah. Minah ingin bicara penting. Please Chel. Kita harus bicara." "Untuk apa? Kamu mau menertawakan aku? Iya kan?" teriak Rachel dengan suara yang serak. Sepertinya ia juga lelah setelah menangis. "Please buka pintunya. Kita bicara dari hati ke hati. Aku akan mengabulkan satu permintaanmu Chel. Permintaan apa pun itu, sekali pun harus kamu kerjai berkali-kali lagi." Ceklek "Masuk!" Minah masuk ke ruangan yang bernuansa pink itu dengan ragu. "Tutup pintunya! Atau kamu sengaja agar semua orang mendengarkan perbincangan kita?" Rachel duduk di ranjangnya yang nyaman dan memperhatikan Minah dari atas hingga bawah. Penuh kewaspadaan. Bagi Rachel, Minah adalah ancaman untuknya. Gara-gara Minah semua pertengkaran "Tentu tidak Chel. Kamu tenang saja. Aku sudah minta pada Tante agar kita bisa bicara berdua saja." "Dan Mama menurutimu? Aku benar kan?" Rachel kesal karena mamanya hanya menuruti kata-kata Minah. "Bukan seperti itu. Aku ingin menyelesaikan semuanya Chel. Tapi aku mohon kamu bersabar." "Maksud kamu?" "Aku akan pergi dari rumah ini seperti yang kamu dan Radit inginkan. Aku tahu kalian tak menyukai aku tinggal di sini." "Alah, kamu hanya berakting untuk menyenangkan hatiku kan?" "Tidak Chel. Aku serius hanya saja kita harus sedikit bersabar. Mencari waktu yang tepat. Karena Tante tak mengizinkan aku pergi dari rumah ini." "Benarkah? Kamu tidak berbohong kan?" "Tidak! Asal kamu mau memaafkan Tante Rasti. Beliau sedih karena merasa bersalah padamu. Mari kita susun rencana agar aku bisa pergi dari sini. Agar aku bisa menemui bapakku. Tapi kamu juga harus berjanji satu hal." "Apa lagi? Kenapa kamu memberi aku banyak sekali syarat?" "Chel, jadilah gadis baik dan manis. Jangan suka membangkang. Hanya itu yang Tante Rasti inginkan. Jika kamu menurut Minah yakin Tante akan sangat menyayangimu." "Okay aku setuju. Tapi kamu harus segera pergi dari sini. "Iya Chel. Aku janji. Aku akan segera meninggalkan rumah ini jika ada kesempatan." "Baguslah. Panggilkan Mama suruh kemari."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD