"Tan, sekarang Tante bisa tenang. Semua sudah beres. Tante bisa menemui Rachel. Rachel menunggu Tante di kamarnya."
"Benarkah?" tanya Rasti penuh rasa takjub sekaligus terharu.
"Iya Tan. Rachel butuh kasih sayang Tante sekarang. Jadi bicaralah dari hati ke hati dengan Rachel."
"Baiklah, terima kasih ya Minah. Tapi bagaimana caranya Rachel mau mendengarkan kata-katamu."
"Minah hanya bilang kalau Tante bersedih karenanya. Itu saja."
"Baiklah, Tante mau minta maaf pada Rachel." Rasti mengusap air mata yang membasahi pipinya.
"Terima kasih sayang." Rasti mengecup pipi Minah dan memeluknya.
"Tante ke atas dulu ya."
"Iya Tan."
"Semoga ini jalan terbaik yang aku ambil," batin Minah. Ia lega akhirnya Rasti dan Rachel bisa berbaikan lagi.
***
Setelah insiden di mall itu, hidup Minah cukup tenang. Baik di sekolah atau pun di rumah. Rachel dan Raditya menganggap Minah seolah-olah tak pernah ada. Rachel dan kawan-kawan juga tak lagi mengganggunya. Kini Minah juga berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan Andra. Ia tak ingin merasa sakit hati ketika ia harus meninggalkan kota itu. Walau tak dapat dipungkiri jika pasti tetap ada rasa sakit yang mendalam ketika ia pergi nanti. Ia sangat menyayangi Rasti dan Dimas. Ia juga mulai menyayangi Rachel dan Raditya walau keduanya membencinya. Dan yang terpenting adalah Andra, lelaki yang menjadi cinta pertamanya. Entah hanya cinta masa puber atau akan berlanjut dalam waktu yang cukup lama. Ia sangat berat hati untuk meninggalkan lelaki itu.
Sikap Andra yang cukup manis dan sangat baik hati membuat gadis itu jatuh cinta. Minah sangat kagum dengan sosok Andra yang tulus berteman dengannya. Ketika di sekolah Minah cukup kesulitan untuk menghindarinya. Karena sepertinya lelaki itu cukup gigih mencarinya di setiap waktu istirahat. Tak ayal terkadang membuat Minah harus bersembunyi di toilet.
Dan siang itu Minah terlalu penat karena banyak sekali tugas yang ia terima dari guru. Ia tak sempat untuk pergi keluar kelas sekedar untuk menghindari Andra. Bahkan kini Minah memejamkan mata dan kepalanya ia sandarkan di atas mejanya, Minah lelah. Sesungguhnya tugas itu tak terlalu membebaninya. Akan tetapi sebuah beban berat yang harus ia tanggung adalah ketika ia harus memikirkan bahwa ia akan kembali ke desa dan harus menikah dengan Juragan Surya.
Minah tak sanggup untuk membayangkan dirinya menjadi istri ke empat dari rentenir tua itu. Tapi ia juga ingin bertemu dengan bapaknya. Dan jalan satu-satunya adalah dengan kembali ke desa. Dan Minah juga memikirkan bagaimana jika bapaknya sampai tertangkap? Kepala Minah pusing memikirkan jalan yang harus ia pilih. Tapi ia yakin harus meninggalkan rumah Rasti demi balas budinya.
Mata Minah terpejam, namun angannya melayang ke mana-mana. Sesekali ada titik air yang menetes di ujung matanya. Ia menangis dalam diam.
Namun Minah dikejutkan dengan rasa dingin yang tiba-tiba ia rasakan di pipinya. Minah membuka matanya, ia terkejut mendapati wajah tampan yang memegang minuman dingin itu tersenyum kepadanya. Wajah Minah memerah karena hanya beberapa senti jarak wajahnya dari wajah pria yang sangat ia rindukan.
"Kakak!" seru Minah terkejut.
"Minumlah Yas. Sepertinya kamu membutuhkan minuman dingin saat ini."
Ceklek. Andra membukakan kaleng berisi minuman isotonik untuk Minah dan meminta gadis itu untuk meneguknya. Minah menerimanya dan menurut seperti seekor anak kucing.
"Yas, kamu jahat," ucap Andra ketika Minah sudah meletakkan kaleng itu di atas meja.
"Ja-jahat?"
"Iya Kamu jahat. Jangan kira aku tak tahu kalau kamu menghindariku."
"Tidak Kak. Minah tidak menghindar." Jawaban Minah tertelan oleh penghuni kelas yang mulai kasak-kusuk membicarakan dirinya. Dan itu membuat Andra tak nyaman. Lantas lelaki itu menarik pergelangan tangan Minah.
"Eh, kita mau ke mana Kak? Sebentar lagi bel berbunyi." Andra tak ingin menjawab pertanyaan Minah. Tak memedulikan protes yang Minah layangkan, Andra terus membawa Minah ke tempat rahasia mereka berdua. Dan Andra baru melepaskan Minah sesampainya di atap.
"Maaf Yas, aku tak bermaksud untuk menyakitimu."
"Tidak apa-apa Kak. Minah hanya terkejut. Maafkan Minah Kak. Minah yang seharusnya minta maaf. Minah memang sengaja menghindari Kakak."
"Aku tahu."
"Kakak tahu?" ucap Minah dengan air mata berlinang. Andra mengangguk.
"Kakak tahu kamu menghindar. Tapi Kakak tidak tahu alasannya. Dan sekarang aku mau dengar alasannya. Kemarin aku membiarkanmu karena aku ingin kamu sendiri yang mengatakannya. Tapi setelah aku melihat air matamu tadi aku tak tahan lagi untuk tidak bertanya."
"Kak, mungkin Kakak lebih baik menjauh dariku."
"Kenapa?" Andra mengernyitkan dahinya.
"Aku tak ingin ... ah, pokoknya begitu."
"Apa yang kamu sembunyikan dariku?" selidik Andra.
"Ti-tidak ada."
"Tatap mataku, kalau kamu tidak berbohong."
"Mi-Minah ...." Minah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia tak sanggup menatap mata Andra.
"Yas, bisakah kamu terbuka kepadaku? Bisakah jangan menganggap aku seperti orang lain?"
"Se-sebenarnya Kak ... Minah akan pergi jauh. Hiks hiks." Tangis Minah pecah seketika tak dapat ia tahan lagi. Air mata mulai menganak sungai. Ia mengatakan semua yang ia rasakan pada Andra. Termasuk jika ia akan menikah dengan rentenir tua.
"Tidak akan aku biarkan Yas. Aku tak rela jika harus kehilangan kamu. Aku tidak akan mengizinkan kamu kembali ke desa itu. Karena kamu milikku Yas. Hanya milikku." Tiba-tiba Andra memeluk Minah erat-erat, seolah takut kehilangan. Minah tertegun karena sikap Andra padanya.
"Yas, maukah kamu jadi pacarku? Aku sayang sama kamu Yas. Sayang banget. Bukan, aku cinta sama Kamu Yas."
"Tapi Kak, Minah tak pantas untuk Kak Andra. Ada banyak gadis lain yang lebih cantik dan kaya di sekolah ini yang menginginkan Kakak," tolak Minah dengan hati yang pedih. Ia bahagia mendengar ungkapan perasaan Andra, tapi di sisi lain ia merasa tak pantas. Andra lebih pantas bersama gadis yang lebih baik darinya.
"Tidak Yas. Aku tidak mau gadis lain. Aku hanya mau kamu. Sejak kita bertemu di kantin waktu itu, kamu selalu mengusik hatiku. Membuat hariku kacau kalau aku tidak bisa melihatmu. Apalagi ketika kamu berdekatan dengan Raidtya. Hati Kakak sakit sekali Yas."
"Tapi Kak. Minah hanya akan menyusahkan Kak Andra."
"Tidak, kamu adalah bahagiaku. Apakah kamu tidak tahu rasanya aku ketika belakangan ini kamu menghindariku? Rasanya aku enggan untuk ke sekolah. Rasanya ada yang hilang dari dalam diriku. Ternyata aku sangat merindukanmu Yas. Please terima aku. Jadilah pacarku."
"Mi-Minah ... baiklah Minah terima Kakak. Tapi Minah tak dapat berjanji untuk selalu bersama Kak Andra. Karena Minah tak tahu kapan kembali ke desa."
"Akan aku pastikan kamu tidak akan pernah menikah dengan kakek tua itu Yas. Terima kasih Yas sudah menerimaku." Andra mengecup kening Minah sedikit lama. Terasa hangat dan lembab ketika bibir Andra menyentuh keningnya. Keduanya terhanyut dalam suasana hingga bel berbunyi memisahkan mereka berdua.
"Terima kasih Kak, sudah menyayangi Minah. Minah cinta sama Kak Andra," batin gadis itu.
Di sisi lain dari atap ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka dari awal sampai akhir. Orang itu menggeram marah melihat kemesraan kedua orang itu. Hatinya entah kenapa sakit dan kecewa.