When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Karena tidak mau permasalahan semakin panjang, Farhan mengajak Syifa untuk pulang. Namun, Syifa tak mau pulang sebelum Polisi datang. Syifa ingin menunjukkan bukti bahwa Indah benar-benar menjual produk kecantikan abal-abal. Cukup Nani saja yang menjadi korban, Syifa tidak mau ada korban lain. “Syifa, lebih baik kita pulang sekarang!” ucap Farhan menarik tangan Syifa tetapi Syifa menolak. “Enggak! Syifa mau lihat Mbak Indah mempertanggung jawabkan perbuatannya,” ucap Syifa. “Syifa gak mau ada korban-korban lainnya,” imbuhnya. “Farhan, kali ini aku dukung Syifa. Apa yang dilakukan Syifa itu udah benar,” ucap Karina. Beberapa saat kemudian, empat orang Polisi datang. “Selamat Siang. Apa benar ini rumahnya Indah?” tanya Polisi 1. “Benar Pak. Ini rumahnya Mbak Indah si penjual krim abal