When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Waktu menunjukkan pukul 12 siang. Cahaya mentari begitu terik dan cuaca sangat panas, sehingga membutuh tubuh menjadi gerah. Syifa tiduran di sofa sambil bermain ponselnya serta berusaha menghubungi Hendi agar dia kembali mengambil dompetnya yang ketinggalan di rumahnya. Namun, Hendi tak bisa dihubungi. Syifa sudah beberapa kali menelpon Hendi tetapi tidak ada jawaban. Disisi lain, ketika jam istirahat kerja, Karina dan Mika datang ke rumah Farhan. Mereka membawa es cendol, rujak, dan gorengan untuk dimakan bersama-sama di rumah Farhan. “Widih.. bawa apa tuh?” tanya Syifa. “Gorengan, rujak, sama es cendol,” jawab Mika. “Mantap!” ucap Syifa. “Farhan kemana Syif?” tanya Karina. “Biasalah kak. Kalau jam segini bang Farhan lagi di masjid,” ucap Syifa. Karina dan Mika duduk sambil menaru