When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Farhan sudah mengajukan pengunduran dirinya sebagai sopir ambulance di puskesmas. Pak Lurah menyayangkan pilihan Farhan tetapi Pak Lurah mencoba memahaminya. Jika itu sudah menjadi keputusan Farhan, Pak Lurah tak bisa melarang. Usai mengundurkan diri dari pekerjanya, mobil ambulance di rumah Farhan langsung ditarik. Penarikan mobil ambulance itu membuat Ibunya bingung. Hal ini karena Ibunya mengira Farhan masih menjadi supir ambulance di puskesmas. Namun, Farhan menjelaskan bahwa ia tidak bisa menjalankan 3 pekerjaan sekaligus. Karena itu, Farhan memilih menjadi marbot sambil berbisnis. “Lho.. mobil ambulance nya kok diambil pihak kelurahan Far,” tanya Ibunya yang melihat dua orang petugas mengambil mobil ambulance itu. “Maaf ya Ma Farhan lupa kasih tahu Mama kalau Farhan udah gak kerja