When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Waktu menunjukkan pukul 21.00 malam. Bukannya masuk ke dalam rumah, Farhan malah melamun. Farhan memikirkan perkataan Dimas tadi siang yang memintanya untuk mundur. Setelah ia pikir-pikir lagi, rasanya sangat sulit mendapatkan uang sebesar 2 Miliar hanya dalam waktu 1,5 tahun. “Ngapain sih bang dari tadi ngelamun aja,” ucap Syifa membuyarkan lamunan Farhan. “Siapa yang ngelamun, abang lagi lihatin bulan tuh,” ucap Farhan. “Kalau mau bohong, cari alasan yang masuk akal dong bang. Lagi mendung gini kok bang Farhan malah lihat bulan,” ucap Syifa. “Maksudnya tadi pas belum mendung,” ucap Farhan. “Jujur aja deh bang. Abang lagi mikirin apa sih?” tanya Syifa. “Abang lagi mikirin syarat orang tua Karina. Uang 200 juta aja belum tentu abang bisa dapatkan dalam waktu 1,5 tahun, apalagi 2 Mili