Chapter 3

992 Words
3 “Gimana Kak Verlita sudah nemu gantinya Mbak Mery?" tanya Ayunda pada sepupunya saat keesokan harinya mereka bertemu kembali di kantor. "Semoga sesuai keinginan kita semua dan nanti kerjanya se keren Mbak Mery, kemarin aku sudah interview tiga orang, kayaknya aku cocok sama satu orang ini deh, meski usia relatif muda tapi dia sudah punya pengalaman, minimal gak bingung harus ngapain pas ngadepin laporan bulanan." "Alhamdulillah, pasti cocok deh kalo pilihan Kak Verlita," ujar Ayunda, " Trus kapan akan dihubungi orangnya itu kak?" "Emmm ... yaaa setelah akhir bulan ini aku hubungi, akhir bulan kan dah di depan mata, jadi dia kerja pas awal bulan," sahut Verlita. "Ok, deh, kakak selalu keren, makasih banyak ya." Akhirnya Verlita meninggalkan ruangan Ayunda dengan senyum puas sambil mengacungkan jempolnya. Ayunda mengembuskan napas lega dan berharap semua baik-baik saja meski Mbak Mery, karyawan yang sangat tekun, loyal dan disiplin dalam hal laporan keuangan akhir bulan ini benar-benar akan meninggalkannya. Ayunda merasa bersyukur ia dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padanya, ia tak pernah merasa kesepian meski saat ini tak ada laki-laki yang dekat dengan dirinya, keluarga dan sahabat itu sudah lebih dari cukup bagi Ayunda. Saat asik melamun, dirinya dikejutkan oleh bunyi nyaring ponselnya, sejenak Ayunda ragu, karena di sana hanya terlihat nomor tanpa nama, siapa? Pikir Ayunda, tapi khawatir penting akhirnya ia angkat juga. Halo, selamat Pagi, dengan Ayunda dari UD. Makmur Jaya Selamat pagi Mbak Cantiiiik, eh panggil Kakak aja ya Siapa ini? Aku si ganteng Bagus DAPAT DARI MANA NOMORKU? Ya Allah Kaaak nggak usah ngegas Napa tar cepet tua loh Bukan urusan kamu, cepet mau apa, aku tutup loh, aku sibuk Cieee yang sibuk dan kaya raya Cepet mau apa? Emmm di Kakak ada loker gak? Ih sorry ya di sini gak ada nepotisme kalo mau lamar kerja ya lamar aja jangan lewat aku Ya ampun ngegas aja dari tadi, aku cuman nanya Kakak cantik, ada loker gaaak? Gak ada sudah terisi salah sendiri telat Tetep nyoba ah sapa tau masih jadi pertimbangan, tar tanya-tanya Bagas Gak bisa udah terisi Pasti bisa Ngeyel, lagian ngapain kamu masi nyari kerja kan udah kerja Pengen deket Kakak cantik, makanya mau kerja deket-deket Kakak Gak urus aku, kamu mau deket mau jauh, udah ah aku ga ada waktu buat ngeladeni bocah somplak macam kamu, Bai Kaaak ... "Heh, emang kamu siapa? Seenaknya aja main telepon, kenal juga terpaksa." Ayunda merasa kesal karena paginya menjadi terganggu, tapi entah mengapa ia menyimpan nomor Bagus dengan nama makhluk astral. Segera ia telepon adiknya, pasti Bagas yang telah memberi nomor ponselnya pada bocah gak tau aturan itu, tapi jawaban Bagas mengejutkan karena Bagus tak pernah bertanya nomor ponsel Ayunda. Ayunda yakin pastilah si Bagus nyolong nomor ponselnya dari ponsel Bagas saat Bagas tidur. *** Dua Minggu kemudian Mbak Mery secara resmi mengundurkan diri, acara perpisahanpun jadi momen yang mengharukan. Karena Mbak Mery adalah salah satu karyawan yang disegani, dia baik tapi juga tidak banyak bicara, hanya seperlunya saja itupun jika ada hal yang sangat penting. Ayunda adalah orang pertama yang memeluk Mbak Mery saat tiba giliran semua karyawan memberikan salam perpisahan. Keduanya lama saling memeluk dengan penuh haru. Setelah semua karyawan selesai mengucapkan kata perpisahan pada Mbak Mery, terlihat Verlita kebingungan. "Ada apa Kak?" tanya Ayunda. "Ini aku nunggu karyawan baru itu, dia tadi telepon minta maaf terlambat karena dia keserempet truk tadi pas mau ke sini, sekalian aku kenalin yaudah biar makan siang aja semua ya Yu? Pemilik catering dari tadi bilang semuanya sudah siap katanya." "Iya dah Kak disilakan aja makan siang." Baru saja Ayunda melangkah menuju salah satu kursi untuk duduk sejenak, dari pintu masuk hall tempat perpisahan Mbak Mery, ia melihat makhluk astral yang sangat ia benci, darahnya naik seketika, ia melangkah cepat menuju pintu dan menahannya agar tidak masuk. "Mau apa kau ke sini bocah, mau bikin onar?" Bagus hanya cengar-cengir sambil membetulkan bajunya yang agak kusut di bagian lengan, kemeja lengan panjangnya ia gulung hingga tampak beberapa bekas luka yang masih baru. "Aku nggak nyari Kakak, aku nggak nyari Mbak galak," sahut Bagus dia terlihat menoleh ke kiri dan ke kanan seperti mencari-cari seseorang. "Keluar kamu." Suara Ayunda semakin tinggi dan dari belakang ia mendengar suara detak sepatu yang berlari, saat menoleh ia melihat ada Verlita di belakangnya "Ibu Verlita?" tanya Bagus. Dan Verlita mengangguk sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman. "Saudara Bagus Prakasa Dananjaya? Betul ya?" sapa Verlita dengan sopan. Ayunda menatap keduanya dengan tatapan aneh. "Kak, jangan bilang dia loh ya pegawai baru itu," pekik tertahan Ayunda dan Verlita menatap wajah Ayunda tak mengerti. "Lah memang Saudara Bagus ini Yu, karyawan barunya," sahut Verlita, Ayunda lemas seketika dan tak berbicara apa-apa lagi, ia berbalik dan sempat kaget saat mendengar lagi teriakan kaget dari Mbak Mery. "Guuus ngapain kamu di sini?" "Eh Tante, Bagus diterima kerja di sini." "Ya Allah Guuuus, kok bisa?" Mbak Mery tampak sangat bahagia. "Kan Tante yang kapan hari cerita kalo mau resign pas aku sama mama ke rumah Tante, ya aku cari sendiri info tentang tempat kerja Tante, gak tanya-tanya Tante tar dikira nepotisme lagi," ujar Bagus melirik Ayunda yang terlihat menahan marah tapi berusaha tersenyum pada Mbak Mery. "Alhamdulillah Guuus nggak nyangka beneran Tante, eh iya Ibu Ayunda, titip keponakan ya, kalo nakal jewer aja," ujar Mbak Mery pada Ayunda, Ayunda hanya mengangguk sopan pada Mbak Mery. Lalu entah dari mana Bagus memberi setangkai bunga pada Ayunda, semua yang berada di sana sempat kaget pada keberanian Bagus, karena selama ini tak ada yang berani main-main atau usil pada Ayunda. "Emmm ... Selamat ulang tahun Bu Ayunda," ujar Bagus dan akhirnya semua karyawan bertepuk tangan, pesta ulang tahun sederhana memang disiapkan setelah acara perpisahan dengan Mbak Mery, tapi siapa yang menyangka ternyata Bagus yang memulai lebih dulu mengucap selamat ulang tahun. Ayunda hanya mengangguk menerima setangkai mawar dari Bagus. Ia berusaha tersenyum namun saat semua mata tertuju pada tumpeng yang baru saja masuk ke ruangan itu, Ayunda memperlihatkan kepalan tangannya pada Bagus. "Awas kamu." Dan Bagus menjulurkan lidahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD